Gerakan Keagamaan dalam Agama Hindu
Dipengaruhi Kristen
Makalah
Disusun untuk memenuhi Syarat pada mata kuliah Hinduisme
Dosen Pembimbing :Hj. Siti Nadroh, M.Ag
Oleh:
Lailatul Fawaidah (1111032100053)
JURUSAN PERBANDINGAN
AGAMA
FAKULTAS
USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI (UIN)
2012
I.
PENDAHULUAN
Arya Samaj adalah sebuah gerakan reformasi Hindu modern
yang didirikan oleh Swami Dayananda Sarasvati, pada tahun 1875. Arya Samaj atau masyarakat Arya, menjadi kuat ketika berada di Punjab,cabangnya di
Mumbay (d/h Bombay) yang di dirikan pada tahun1876,
mengikuti model Brahmo Samaj
(Masyarakat Tuhan)
yang didirikan oleh
Ram Mohan Roy dan Debendranath
Tagore. Penyatuan kedua
gerakan ini tidak berhasil karena keyakinan Swami Dayananda Saravati atas
kebenaran mutlak dari Weda, sementara Brahmo Samaj mengambil sebagian ajarannya
dari agama Kristen, Para pengikut Arya Samaj menentang pemujaan murti atau
patung, serta ingin menyederhanakan ritual Hindu. Interpretasi Swami
Dayananda Sarasvati atas Weda ditemukan dalam bukunya berjudul "Vedabhasya"[1].
Para pengikut Arya Samaj tidak mentoleransi pemisahan berdasarkan kasta dalam
masyarakat Hindu. Mereka memperkenalkan ide baru untuk mengkonversi orang-orang
dari agama lain kedalam agama Hindu, terutama orang-orang Hindu yang sebelumnya
beralih ke agama lain (rekonversi). Arya Samaj melakukan karya-karya yang tak
ternilai harganya dalam melenyapkan ketidak adilan sosial. Arya Samaj dewasa
ini menjadi gerakan global yang bekerja di seluruh dunia.[2]
II.
SITUASI SOSIAL POLITIK, KEAGAMAAN INDIA DENGAN MASUKNYA
INGGRIS PADA ABAD KE-18-19
Pada tahun 1498, seorang berbangsa Portugis, Vasco dan Gama mendarat di
pantai Kerala dan berhasil menanamkan pengaruh portugis di Goa pada tahun1510.
Mengingat Portugis tidak memiliki sumber daya yang mencukupi untuk mempertahankan
daerah jajahanya, maka kekuasaannya berangsur-angsur digantikan oleh bangsa
Eropa lainnya, yaitu Ingris. Spanyol, Belanda dan Perancis. Inggris mulai
memasuki India melalui British East India Company dan berhasil mambuka
pelabuhan-pelabuhan dagang di Madras (1640), Bombay / Mombai (1668) dan
Calcutta (1690).
Kekuasaan Inggris yang semula lebih bersifat dagang, kamudian mulai
melakukan penguasaan secara fisik dan politis, mencapai puncaknya dalam pertempuran
Buxar pada tahun 1756 melawan para raja India. Kemenangan dalam pertempuran
tersebut memberikan Inggris kekuasaan atas daerah-daerah Benggala, Bhar, dan
Orissa yang kemudian dalam waktu kurang dari setengah abad disusul dengan
kekuasaan atas bagian-bagian lain India.[3]
Pada tahun 1842, pemerintahan Inggris mengambil alih kekuasaan atas India
dari British East India Company dan dengan demikian secara mutlak
menancapkan kekuasaaanya atas India. Inggris selanjutnya menempatkan seorang
gubernur Jenderal di India sebagai wakil mahkota dan pemerintahan.
Perlawanan terhadap penjajahan Inggris diawali pada akhir abad ke-19 atau sekitar Tahun 1.754-1905 M. orang-orang
Inggris datang ke India untuk mengawali penjajahan yang di mulai dari kota
Delhi, dan di akhiri sampai Tahun 1947 M. melalui penjajahan ini, mereka juga
membawa dan menyebarkan Agama Kristen melalui misioneris-misioneris, di samping
itu juga mereka menyebarkan kebudayaan Barat. Misioneris
datang dalam jumlah yang besar terjadi
pada Tahun 1813 M. dimana para misioneris ini Mendiskreditkan[4]agama
Hindu dan berusaha mengkonversi[5]
orang-orang Hindu untuk masuk Kristen, dengan cara mendirikan sekolah-sekolah,
rumah sakit dan pusat pelayanan umum lainya dengan bantuan
pemerintah Inggris, dan upaya ini berhasil menarik simpati orang hindu,
terutama dari kasta Pariah (lower caste) untuk berpindah agama. Sehingga ini
menjadi tantangan yang sangat berat bagi agama dan kebudayaan hindu.
Untuk melawan propaganda Kristen tersebut maka para
cendekiawan hindu yang telah menyelesaikan studinya di luar negeri mulai
melakukan reformasi ajaran agama Hindu, peristiwa itu terjadi antara Tahun
1850-1950M. golongan cendekiawan dan sarjana-sarjana yang melakukan reformasi
ini yang paling utama adalah yang belajar di Inggris dan Negara-negara Eropa lainya.
Mereka ingin memberikan pengertian
yang benar dan sejati mengenai agama Hindu dengan jalan menafsirkan agama Hindu
secara modern, dan penafsiran itu berdasarkan atas logika dan reosionalitas
serta mengajarkan prinsip-prinsip dan dasar-dasar agama hindu yang praktis dan
modern sekaligus membangun kehidupan social sesuai dengan zaman modern.
Gerakan
golongan rasional ini muncul secara serentak, terutama di India Timur yang
berpusat di Kalkuta. Ini merupakan gerakan yang radikal dengan merombak agama
Hindu sedemikian rupa. Mereka juga memasukan ajaran-ajaran yang baik dari agama
Kristen, Islam, Buddha, Zoroaster, dan lain-lain menjadi ajaran agama Hindu (Upanisadic thought),
sehingga agama Hindu menjadi lebih modern dan maju (Mahajan,1990:641-643;Rajeev,
1990:36). Kaum rasional ini mengajarkan nilai-nilai universal dari Hindu, mengajarkan Hindu sebagai “way of life” (jalan hidup);
menolak dogma-dogma agama dan takhayul; pemikiran yang bebas dan toleran, serta
mengedepankan logika dan rasio.
Periodisasi zaman Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduism) (Narang, 1969:87) di India pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yatu gerakan yang muncul sebelum India merdeka (pre Indian Independence) dan gerakan muncul setelah India merdeka (Post Indian Independence). Namun demikian, berdasarkan pokok-pokok ajarannya gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan reformis (pembaharuan Hindu) dan golongan revivalis (kebangkitan kembali Hindu) (Grover, 1998:382). Pemimpin gerakan reformasi yang terkenal adalah Raja Ram Mohan Roy, Mahatma Gandhi, Dewemdranath Tagore, dan lain-lain. Pemimpin-pemimpin gerakan revivalis adalah Swami Dayananda Saraswai, Ramakrishna Paramahamsa, Swami Wiwekananda, dan lain-lain.[6] Untuk mencapai tujuan tertinggi orang tidak perlu beralih agama
Bersamaan dengan berlangsungnya gerakan Hindu Modern di India, rupanya juga terjadi gerakan kebangkitan agama Buddha (Narang, 1969:98). Seperti diketahui bahwa pada sekitar abad ke-14 Masehi, agama Buddha hampir sama sekali lenyap di India. Dr. B. R. Ambedkar (1.891 – 1.956 M), seorang sarjana hukum dari kasta Pariah (di luar catur warna) adalah pelopor pendiri gerakan Neo-Buddhisme di India. Gerakan B.R. Ambedkar ini dimulai dari Maharasta (Grover, 1998:402). Dari sini Ambedkar menyebarkan ajaran- ajaran barunya yang disebut Agama Buddha Baru atau Neo-Buddhisme ke seluruh India. Pada tahon lima piluhan, ia sudah mendapat pengikut lebih dari tiga puluh juta, terutama dari golongan Pariah atau orang-orang yang tidak boleh disentuh (untouchability). Ajaran-ajaran Neo-Buddhisme ini mengambil ajaran-ajarn dari agama Buddha Hinayana (Rajeev, 1990-66; Grover, 1998:402).
Periodisasi zaman Gerakan Hindu Modern (Neo Hinduism) (Narang, 1969:87) di India pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua yatu gerakan yang muncul sebelum India merdeka (pre Indian Independence) dan gerakan muncul setelah India merdeka (Post Indian Independence). Namun demikian, berdasarkan pokok-pokok ajarannya gerakan ini dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu golongan reformis (pembaharuan Hindu) dan golongan revivalis (kebangkitan kembali Hindu) (Grover, 1998:382). Pemimpin gerakan reformasi yang terkenal adalah Raja Ram Mohan Roy, Mahatma Gandhi, Dewemdranath Tagore, dan lain-lain. Pemimpin-pemimpin gerakan revivalis adalah Swami Dayananda Saraswai, Ramakrishna Paramahamsa, Swami Wiwekananda, dan lain-lain.[6] Untuk mencapai tujuan tertinggi orang tidak perlu beralih agama
Bersamaan dengan berlangsungnya gerakan Hindu Modern di India, rupanya juga terjadi gerakan kebangkitan agama Buddha (Narang, 1969:98). Seperti diketahui bahwa pada sekitar abad ke-14 Masehi, agama Buddha hampir sama sekali lenyap di India. Dr. B. R. Ambedkar (1.891 – 1.956 M), seorang sarjana hukum dari kasta Pariah (di luar catur warna) adalah pelopor pendiri gerakan Neo-Buddhisme di India. Gerakan B.R. Ambedkar ini dimulai dari Maharasta (Grover, 1998:402). Dari sini Ambedkar menyebarkan ajaran- ajaran barunya yang disebut Agama Buddha Baru atau Neo-Buddhisme ke seluruh India. Pada tahon lima piluhan, ia sudah mendapat pengikut lebih dari tiga puluh juta, terutama dari golongan Pariah atau orang-orang yang tidak boleh disentuh (untouchability). Ajaran-ajaran Neo-Buddhisme ini mengambil ajaran-ajarn dari agama Buddha Hinayana (Rajeev, 1990-66; Grover, 1998:402).
Meskipun gerakan reformasi ini tampak berkembang pada zaman ini, tetapi
sesungguhnya juga muncul penentangan dari kelompok Brahmanisme ortodoks. Salah
satunya adalah gerakan Hindu Ortodoks yang dipimpin oleh Raja Radakant Deb yang
disebut Gerakan Dharma Sabha (Dharma Sabha Movement) pada tahun 1.850 Masehi.
Gerakan ini murni dilakukan untuk menentang ajaran agama Hindu dari kelompok
reformis dan revivalis (Grover, 1998:384). Berikutnya juga, muncul gerakan
Hindu Ortodoks lainnya. Gerakan ini selain menentang ajaran kelompok reformis
dan revivalis, juga aktif dalam gerakan politik menentang penjajahan Inggris
menjelang India merdeka.[7]
III.
ASAL
- USUL ARYA
SAMAJ
Pengaruh kebudayaan Barat
memberikan dampak menentukan bagi Hinduisme. Walaupun Hinduisme
popular dan tradisional tetap menguasai masyarakat umum, namun orang-orang terpelajar sangat – sangat
dipengaruhi oleh ide-ide baru yang
datang dari Barat. Rasionalisme dan Positivisme cukup memikat pikiran orang-orang
yang tidak puas dengan Hinduisme tradisional. Berbagai gerakan reformasi dimulai, dimana Brahmo-Samaj, Arya-Samaj,dan
Ramakrisna Mission merupakan
gerakan yang paling penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan
dengan Barat telah membuat
penganut Hinduisme lebih sadar akan keniscayaan untuk menjaga nilai-nilai
tradisional Hinduisme, walaupun mereka harus menyesuaikan diri dengan melintas modern.
Masuknya
orang-orang Inggris sebagai penjajah membuat Hinduisme memenghadapi situasi
yang berbeda secara kualitatif, serta mengurangi kekuatan Islam, namun
Hinduisme harus menghadap sebuah kekuatan
baru, yakni agama Kristen. Pada saat yang sama, Hinduisme dihadapkan
dengan sebuah ancaman baru, yakni: sain,
sekularisme dan humanisme. Justru melalui inisiatif orang-orang Barat,
pengetahuan tentang Hinduisme ditemukan kembali dan termasuk studi atas kitab Weda.
Dampak bagi pengikut Hinduisme tampak dari pernyataan orang seorang tokoh nasionalis seperti Swami
Vivekananda bahwa Max Muller yang
mengedit Rig-Weda dimasa modern mungkin adalah reinkarnasi dari Sayana di masa kerajaan Vijayanegara.
Walaupun
ada sejumlah unsur yang dipertimbangkan untuk menjelaskan kebangkitan kembali
Hinduisme setelah tahun 1800, namun dari
sisi Hinduisme sebagai system religious, orang harus mengenali peran Weda dalam
proses tersebut. Pada masa reformasi
awal, justru isu tentang Weda dan otoritas Weda muncul kembali kepermukaan.
Tokoh reformasi Hindu pertama adalah Raja Rammohun
Roy berusaha untuk membenarkan monoteisme yang berbasis Vedanta. Sekitar 1830,
dia mendirikan gerakan Brahmo Samaj
di wilayah Bengal untuk melanjutkan perjuanganya. Kemudian di akhir abad
ke-19, Swami Dayananda Saravati mendirikan gerakan Arya Samaj di Bombay, memperkuat keabsolutanWeda
yang telah dicetuskan oleh gerakan Brahma Samaj.
Menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, perkembangan Hinduisme mengalami sebuah proses
pembalikan. Pada perkembangan sebelumnya, tradisi Hinduisme memperkeras posisinya untuk mempertahankan otoritas Weda karena di bawa tekanan Buddhisme, Jainisme dan Materialisme. Di masa
modern, walaupun Hinduisme sekali lagi mendapat tekanan dari sumber Kristiani yang rasional, modernis, dan reformis, Hinduisme tidak bereaksi dengan cara yang sama.
Hinduisme sekarang meninggikan
religious di atas otoritas
religious dan tidak lagi terikat pada otoritas Weda. Sri Ramakrisna kadang kala melakukan penolakan terhadap
Weda dan hanya menggunakanya sebagai simbul. Kemudian Swani Vivekananda
juga pada saat tertentu meremehkan otorita Hindu berkata: “Jika saya
mengutip sebuah teks dari Weda dan memberikan arti yang tidak masuk akal… maka
semua orang bodoh akan mengikuti saya”. Dia tidak ragu untuk mengatakan ini
dalam ceramah-ceramahnya.[8]
IV.
PENYEBAB TIDAK BERHASILNYA MENGGESER DOMINASI HINDUISME
1.
Hinduisme adalah agama yang Inklusif[9] (mampu menyerap & memasukkan agama mana
saja kedalam sistemnya
2.
Masyarakat India sendiri cukup betah dengan sistem kasta :
lapisan bawah (sudra, paria) menerima statusnya
sebagai bagian dari takdir ilahi (karma; samsara), yang hanya bersifat
sementara, menunggu atman bertemu dengan brahman, baik lewat proses samadi
maupun lewat kematian ( roh manusia
mencapai nirwana)
3.
Sementara gereja lebih menampilkan wajah barat berdasarka keyakinan bahwa
India dapat dibebaskan dari belenggu
kemiskinan dan penderitaan jasmani dan rohani bika mereka semua di-Kristenkan
dan di- Baratkan.[10]
V.
SLOGAN
ARYA
SAMAJ
Slogan Arya Samaj adalah “ kembali kepada Weda ” dengan tekanan pada usahanya untuk membuktikan bahwa segala hasil perkembangan ilmu pengetahuan modern pada dasarnya telah terdapat dalam kitab-kitab Weda.[11]
VI.
TUJUAN
ARYA SAMAJ
Tujuan Arya Samaj adalah untuk memperbaharui Agama
Hindu supaya dapat bersaing dengan agama-agama yang lain dan bagaimana dapat mengadakan sintese antara yang
kuna dan yang baru,
antaraTimur dan
Barat, agar orang
dapat memberikan jaminan akan keagungan akal dan roh India. Menyebarkan faham keesaan Tuhan dengan berlandaskan kitab suci Hindu yaitu Veda.
Mereka berpendapat bahwa masyarakat modern dapat diatur dan diselenggarakan dengan Veda. Veda
dianggap sebagai sumber kebenaran.[12]
VII.
TOKOH-TOKOH ARYA SAMAJ
a.
Swami Dayananda Saraswati
Gerakan Arya Samaj didirikan Oleh Swami Dayananda Saraswati
pada (1824-1884), Swami Dayananda Sarasvati lahir pada 12 februari, 1824 di
Tankara, dekat Morbi di Kathiyawad wilayah (kabupaten Rajkot) dari Gujarat.
Ketika
ia lahir, ibunya Padiben tidak suka melihat dia. Dia memberinya kepada ayahnya
dan berkata, "Ini bukan anakku" Karena dia lahir di bawah nakshatra
mul. Nama asli Swami Dayanand Saraswati adalah Mool Shankar Tiwari. Ia
dilahirkan dalam keluarga kaya Brahmana.
Sebagai
seorang anak, Dayananda dibesarkan di bawah kekuasaan Brahmana ketat, dan pada
usia delapan dia diinvestasikan dengan Thread Suci (Upanayna). Ketika ia
berusia empat belas ayahnya membawanya ke kuil pada kesempatan Shivaratri.
Dayananda harus cepat dan tetap terjaga
sepanjang malam dalam ketaatan kepada Tuhan Shiva. Di malam hari ia melihat
tikus menggigit persembahan kepada Tuhan dan berjalan di atas tubuh Siwa. Dia
mencoba untuk mencari tahu mengapa hal ini dari para tetua "Allah
SWT" tidak bisa membela diri terhadap ancaman dari tikus kecil, yang ia
ditegur. Insiden ini membuat hancur iman
Daya Nanda Saraswati dalam penyembahan berhala dan setelah itu ia menolak untuk
berpartisipasi dalam ritual keagamaan untuk sisa kematian life. Di awal remaja dia akan menikah, seperti yang
umum di abad kesembilan belas India, namun ia memutuskan menikah bukan karena
dia dan pada tahun 1846 lari dari rumah.
Pada
usia sembilan belas Dayananda Saraswati lari dari rumah untuk melarikan diri
dari pernikahan paksa. Ia tertangkap dan dipenjarakan. Dia melarikan diri lagi
di tahun 1845, Selama lima belas tahun ia mengembara di seluruh negeri dalam
mencari seorang guru. Pada 1860, ia menemukan guru dan mentor Swami Virjanand
Saraswati di Mathura. Dia buta.
Dayananda
Saraswati menghabiskan hampir dua puluh lima tahun, 1845-1869, sebagai seorang
pertapa mengembara, mencari kebenaran agama. Seorang pertapa adalah seseorang
yang menyerah barang material dan menjalani kehidupan penyangkalan diri, yang
ditujukan untuk hal-hal rohani. Dia tinggal di hutan, di retret di Pegunungan
Himalaya, dan di sejumlah situs ziarah di India utara. Selama tahun ini
Dayananda Sarasvati mempraktekkan berbagai bentuk yoga. Birajananda percaya
bahwa Hindu telah menyimpang dari akar sejarah dan bahwa banyak dari praktik
telah menjadi tidak murni. Dayananda Saraswati menjalani pelatihan ketat di
bawah Swami Virjanand Saraswati. Virjanand Saraswati memberinya Dayananda nama
dan sebagai guru dakshina diekstraksi janji dari Dayananda bahwa ia akan
mengabdikan hidupnya untuk kebangkitan Hindu.
Dayanand
Saraswati melakukan tur seluruh daerah, membuat pidato berapi-api mengutuk
sistem kasta, penyembahan berhala, dan perkawinan anak. Dia menganjurkan usia
ideal untuk seorang gadis menjadi antara 16 dan 24, dan bagi pria antara 25 dan
40. Dayanand Saraswati adalah pemimpin pertama dalam bidang teologi yang
menyambut kemajuan ilmu dan teknologi. Baginya, Veda sebagai buku sumber
mengandung benih ilmu pengetahuan, dan kepadanya, Veda mendukung filsafat
realisme dinamis.
Dayanand
Saraswati didirikan Arya Samaj di Mumbai pada tahun 1875 untuk mempromosikan
pelayanan sosial. Arya Samaj, mendalilkan dalam keadilan prinsip yang sama bagi
semua orang dan semua bangsa, bersama-sama dengan kesetaraan gender. Ini
repudiates sistem kasta turun-temurun, dan hanya mengakui profesi atau serikat,
sesuai dengan bakat pelengkap laki-laki dalam masyarakat. Dia mengutip Veda dan
teks-teks agama lainnya yang isinya bersikeras bahwa keselamatan bukan hanya
moto Hindu atau Arya, seperti yang diyakini. Untuk menjalani kehidupan duniawi
berbuah, bekerja untuk sebuah tujuan mulia itu penting, dan ia berkhotbah bahwa
keselamatan adalah mungkin melalui pelayanan sosial.
Karena
pemikiran yang radikal, Swami Dayananda telah mengakui sisi musuh dari semua
bidang kehidupan. Pada kesempatan Deepavali pada tahun 1883, ia adalah seorang
tamu dari maharaja dari Jodhpur. The Maharaja sangat ingin menjadi muridnya dan
belajar ajaran-ajarannya. Suatu hari Dayananda pergi ke kamar kecil Maharaja
dan melihat dia dengan seorang gadis bernama tari Nanhi Jan Dayananda berani
meminta Maharaja untuk meninggalkan gadis dan semua tindakan tidak etis dan
mengikuti dharma seperti Arya benar.
Saran Dayananda yang membuat tersinggung gadis
tari dan dia memutuskan untuk membalas dendam. Dia menyuap juru masak Dayananda untuk meracuninya. Saat
tidur, juru masak membawakan segelas susu yang mengandung racun dan kaca bubuk.
Dayananda minum susu dan pergi tidur hanya untuk bangun kemudian dengan sensasi
terbakar. Ia segera menyadari bahwa ia telah diracuni dan berusaha untuk
membersihkan sistem pencernaan nya zat beracun, tapi itu terlambat. Racun telah
memasuki aliran darah. Dayananda terbaring di tempat tidur dan menderita sakit
luar biasa. Banyak dokter datang untuk memperlakukan dia tapi semua itu
sia-sia. Tubuhnya ditutupi seluruh dengan luka pendarahan besar. Pada melihat
ini Dayananda menderita, juru masak merasa bersalah dan penyesalan yang tak
tertahankan, kemudian dia mengakui kejahatannya ke Dayananda. Di ranjang
kematiannya, Dayananda memaafkannya dan memberinya sekantong uang dan
menyuruhnya untuk melarikan diri ke kerajaan supaya ia dapat menemukan dan
dieksekusi oleh pria Maharaja. Swami Dayananda Saraswati menghembuskan nafas
terakhir meneriakkan "Om".[13]
b.
Ramakrisna Paramahamsha
Ramakrisna Paramahamsha (1834-1886), adalah seorang imam di Calcutta yang mengalami bahwa tidak
ada perbedaan antara dirinya dengan Tuhan. Hanya Tuhan ada padanya dan tidak
ada yang lain. Ia dapat belajar tentang agama Islam dan Kristen dan ia
mengklaim bahwa perbedaan agama hanyalah merupakan perbedaan cara dan jalan
menuju Tuhan.[14]
Nama kecilnya Ramakrisna Paramahamsha adalah Gadahar Chattopadyay. Dia berasal dari keluarga Brahmana di desa
kamarmukur, Benggal, Pada usia 20 tahun dia menjadi Pujari (Sejenis Pemangku) di
sebuah kuil. Ramakrishna adalah seorang revivalis yang lahir dalam
kalangan tradisi, bukan dari pendidikan modern. Namun, dia mengakui bahwa dalam
meditasinya telah berhasil merealisasikan berbagai wujud Tuhan seperti,
Krishna, Rama, Yesus, dan lain-lain (Sharma, 2002:284). .[15]
Ajaran-ajaranya itu berpangkal pada bermacam-macam kepercayaan yang ada. Yang sebenarnya menuju pada satu tujuan perealisasian Tuhan.[16]
Ajaran-ajaranya itu berpangkal pada bermacam-macam kepercayaan yang ada. Yang sebenarnya menuju pada satu tujuan perealisasian Tuhan.[16]
Keyakiana ini baginya bukan hanya suatu ajaran yang di dapat ole akalnya, melainkan suatu
keyakinan yang dilahirkan oleh pengalaman.[17]
Gerakan Ramakrishna Mission juga mengajarkan paham :
·
Paham monisme
absolut dan memandang dunia sebagai ilusi atau maya
·
Mengakui Brahma
adalah nyata, dan merupakan wujud mutlak
atau Tuhan yang impersonal.[18]
Memahami pemikiran Ramakrishna merupakan suatu usaha yang
cukup sulit karena dapat keliru dalam menanggapiarah yang sebenarnya.
Pemikirannya lebih bersifat intuitif dari pada intelektual, sehingga kalau
hanya menekankan pada segi intelektualnya saja, maka ibarat orang pergi ke
kebunbuah-buahan bukan untuk memakan buahnya tetapi hanya berspekulasi
menghitung-hitung cabang masing-masingpohon dan daun pada setiap cabang
tersebut.[19]
Keyakinan Ramakrishna adalah persaudaraan yang Universal
(Tatawa asih) dan Tuhan semesta.
Sri Ramakrisna adalah orang tulen, yang sudah
bertahun-tahun sebagai Bhakta memuja Ibu ilahi di kuil Daksinaswar, di dekat
Calcutta. Sesudah itu ia mulai dengan memberitakan agama Hindu yang dimurnikan
dan mengumpulkan beberapa murid yang dengan rajin meneruskan ajaranya.
Murid-murid ini mempergunakan cara misi atau zending.
Mereka mendirikan gedung-gedung sekolah, rumah sakit, dan
poliklinil-poloklinik, serta mrnggambarkan agamanya dengan surat selebaran dan
bacaan-bacaan lainya.
Tujuan Ram Krisna Mission ialah untuk membersihkan Hindu
agar orang Hindu jangan menjadi Kristen.
Murid Sri RamaKrisna yang paling terkenal adalah Swami
Vivekananda. Ia mencoba memberikan keterangan yang modern terhadap agama
Hindu.[20]
c.
Swami Vivekananda
Swami
Vivekananda (1843-1902) adalah
Penerus dari Ramakrishna Paramahamsa yang Lahir dari keluarga Ksatrya dengan nama kecil
Narendra. Kehidupannya terbilang cukup singkat karena dia meninggal di usia 39
tahun (1.863 M–1.902 M). Swami Vivekananda adalah pendiri Wedanta Samaj dan
Ramakrishna Mission (1.897 M). Vivekananda mendapatkan pendidikan berbahasa Inggris
dan mempelajari berbagai macam aliran filsafat, baik barat maupun timur. Kecerdasan dan keberanian telah
mengantarnya ke konferensi agama-agama (All Word Religious Conference) di
Chicago dan berpidato di sana, pada tahun 1.893 M. Pidato ini menjadi rujukan
untuk memahami ide-ide Swami Vivekananda tentang agama.
Swami Vivekananda mengajarkan ajaran
Neo Hinduisme untuk meninggalkan semua takhayul. Ajaran agama yang harus
diikuti adalah ajaran yang rasional (Vedantic Doctrine). Bagi Vivekananda,
kepercayaan kepada dogma-dogma agama adalah yang nomor dua, karena pelayanan
dan pengabdian kepada sesama lebih utama dari itu (Rajeev, 1990:39; Grover,
1998:389; Sharma, 2002:285). Dia adalah pengikut fanatik ajaran Karma Marga.
Menurutnya, setiap orang akan menjadi suci apabila orang mempersembahkan
dirinya sendiri kepada Tuhan berdasarkan cinta kasih dan melayani sesamanya
dengan penuh kasih sayang. Spiritualitas lebih penting dari upacara agama.
Seperti juga gurunya, Vivekenanda meyakini bahwa semua agama (Sarwa Dharma atau
The Truth of All Religions) mengajarkan jalan untuk bersatu dengan Tuhan.[21]
Karma-yoga atau pelayanan tanpa mengharpakan upahnya, adlah persiapan yang terbaik
guna memimpin jiwa kepada tujuanya. Oleh karena itu musuh yang terbesar bagi
kerohanian aialah permusatan perhatian kepada dirinya sendiri. Aku manusia
harus ditaklukan kepada pelayanan yang menyangkal diri sendir. Tuhan silayani
di alam orang-orang yang sengsara dan yang di injak-injak. Vivekananda
memeberitakan : “satu-satunya Tuhan yang saya percaya ialah jumlah dari
keseluruhan jiwa, bahkan lebih dari itu, saya percaya kepada Tuhanku, yang
terdapat pada orang-orang jahat, orang-orang yang sengsara, orang-orang yang
miskin dari segala bangsa”. Itu dalah berita keselamatan yang dibawa Ramakrisna
bersama-sama dengan para pengikutnya.[22]
Swami
Vivekananda juga seorang tokoh terbesar yang sangat berpengaruh dalam
“mendinamiskan agamaHindu”. Ia menafsirkan ajaran Advaita dengan tafsiran yang
mampu membawa kebangkitan agama Hindudengan menekankan pada nasionalisme
dan usaha-usaha kemasyarakatan. Dia juga mengatakan bahwa India memerlukan otot
dari baja, yang hanya dapat tercapaikalu cita-cita Advaita, cita kesatuan,
dapat dimengerti dan terwujud. Mengenai brahman, vivekananda memebrikan
pengertian yang kemudian merupakan suatu permulaan bagi suatu agama baru.
Interprestasinya sangat berpengaruh di kalanagan bangsa India. Dimana tafsiran
Advaita itu selanjutnya mengatakan bahwa Tuhan dan tanah air India adlah satu;
membebaskan tanah air adalah juga membebaskan tuhan. Dan konsep maya, menurut
dia, bukanya memberikan pengertian ilustrasi semata, tetapi melalui maya justru
dapat dimengerti “realitas” yang sesungguhnya sehingga menjadi jelas bahwa
Advaita bukan bersifat pasif tetapi sebaliknya, bersifat aktif. Brahma itu
sendiri menurut Swami Vivekananda adalah nyata. Dengan demikan dapat dikatan bahwa
gerakan ini sebenarnya bukan merupakan keagamaan saja, tetapi juga merupakan
gerakan kebangsaan India.[23]
VIII.
AJARAN-AJARAN GERAKAN ARYA SAMAY
Ajaran
pokok bagi Arya Samaj adalah untuk mengembalikan dan memperbaiki agama Hindu untuk memperkuat teknologi modern
di India dan menolak dominasi Barat. Baik dalam dalam bidang pemikiran,
agama, moral, maupun dalam politik.
Ajaran
pokok untuk menjadi seorang anggota Arya Samay, harus memperhatikan dan memenuhi sepuluh ajaran yaitu:
1) Tuhan adalah sebab pertama dari segala ilmu pengetahuan yang benar dan segala sesuatu yang dikenal nama-Nya.
2)
Tuhan adalah segala kebenaran, segala pengetahuan, segala sikap perbuatan. Tuhan berdiri sendiri,
tidak bergantung pada apapun. Tuhan mahabesar,
adil, mahakasih, tidak diperanakkan,
tidak terbatas, tidak berubah-ubah, tanpa permulaan, tidak dapat diperbandingkan,
sumber dari segala kekuatan, meliputi segala sesuatu, mahatahu, tidak akan musnah,
kekal abadi, bebas dari rasa takut, mahasuci, dan merupakan sebab dari alam semesta.
Hanya kepada-Nyalah sesembahan diberikan.
3)
Weda adalah kitab pengetahuan yang benar dan orang-orang Arya wajib membacanya,
wajib mendengarkannya dengan baik pada waktu kitab tersebut dibaca, wajib mengajarkan
dan mengembangkannya kepada orang lain.
4) Orang harus menerima kebenaran dan menolak yang
tidak benar.
5) Segala perbuatan hanya dilakukan dengan mengharapkan kebaikanya semata dan harus dilakukan setelah mempertimbangkan baik buruknya terlebih dahulu.
6) Tujuan utama dari Samaj adalah berbuat baik dan melakukan kebaikan di dunia dengan meningkatkan perbaikan jasmani, rohani dan keadaan social manusia.
7) Segala sesuatu harus dinyatakan dengan rasa cinta kasih, adil, dan menjungjung tinggi kebaikan.
8) Ketidak-tahuan harus dihilangkan dan pengetahuan yang benar harus diresapi.
9) Tidak seorang pun berpendapat bahwa dirinya saja yang baik. Orang harus menghargai kebaikan orang
lain.
10) Menjunjung tinggi yang bermanfaat bagi keadaan social seluruh masyarakat dan tidak boleh memperturut diri mencampuri orang
lain; akan tetapi dalam masalah pribadinya seseorang boleh berbuat bebas.[24]
IX.
KEBAKTIAN
ARYA SAMAJ
Kebaktian yang dilakukan pada hari Minggu gerakan ini barang kali agak terpengaruh oleh agama Kristen.
Kebaktian
itu dilakukan
dengan menyanyikan kidung-kidung, doa-doa, khotbah, ibadat korban sebagaimana yang
diajarkanWeda. Organisasi gerakan ini sangat kuat dan memiliki sikap anti asing
atau Kristen yang sangat kuat. Tetapi dalam
hubungannya dengan Islam, gerakan ini mampu
hidup bersama-sama untuk jangka waktu yang
cukup lama[25]
X.
KEYAKINAN GERAKAN ARYA SAMAJ
Gerakan
ini menyakini bahwa kitab Weda adalah Abadi dan merupkan dasar dari agama
hindu, akan tetapi menafsirkannya
sedemikian rupa sehingga kadang-kadang dianggap tidak beralasan oleh
orang-orang Hindu yang beraliran ortodoks (terutama dikalangan Shanata
Dharmis). [26]
XI.
KESIMPULAN
Gerakan Arya Samaj adalah sebuah sekte reformasi yang
kuat dan modern, dimana agama Hindu ini tidak hanya menyentuh aspek kerohanian
manusia saja, melainkan sudah menjadi pandangan hidup, nafas kebudayaan dan
landasan struktur kemasyarakatan. Dimana pengaruh Barat hadir dengan corak teologi yang sepintas lalu menjadi
religiositas dan budaya hindu.
Pada masa gerakan
arya samaj ini, ajaran-ajaranya di pandang sebagai
ajaran yang mengenai ketentraman
jiwa yang paling tinggi, manusia yang telah sadar akan kesatuannya dengan Allah
akan dilepaskan dari segala hawa nafsu dan keinginannya akan aman.
Kepercayaan aliran
ini Selain kitab Weda, Hinduisme juga sangat menghargai hasil kesusasteraan
yang termaktub dalam kitab Ramayana dan Mahabarata, dimana keduanya
mengungkapkan perihal nilai perjuangan menegakkan kebenaran. Ramayana adalah
hasil karya Walmiki yang mengemukakan peranan Rama dan Sinta dalam menghadapi
keangkaramurkaan Rahwana; sedangkan Mahabarata hasil tulisan Wiyasa menampilkan
peranan Pandawa melawan kejahatan Kurawa.
Dan gerakan modern ini muncul untuk melawan kristenisasi
di India dan juga pengaruh Barat lainya.
DAFTAR
PUSTAKA:
Achmadi,
Asmoro, Filsafat Umum,Pt Grafindo Persada, Jakarta, 2010
Ali, Matius, Filsafat
India sebuah pengantar & Buddhisme,
Tangerang, Sanggar Luxor, 2010
Ali, Mukti, Agama-agama
Dunia, IAIN Sunan Kalijaga
Press, Yogyakarta, 1988
Aritonang, Jan s, dan Jonge, De, Apa dan Bagaimana
Gereja? Pengantar sejarah eklesiologi,
BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2009
Hadiwijono,
Harun, Agama Hindu dan Buddha, Jakarta, PT BPK Gunung Mulia, 2010.
Hadiwijono,Harun,
Sari Filsafat India, PT BPK Gunung Milia, Jakarta, 1989
http://dharmavada.wordpress.com/2009/11/13/sajak-%E2%80%93-sajak-swami-vivekananda/#more-270
http://www.padmabhuana.com/Evolusjai-Agama-Hindu-di-India-dan-Budayanya.html
Buku "Vedabhasya" (komentar veda) yang isinya membahas tentang berbagai topik seperti realisasi Tuhan, Vedanta, Kristen dan Islam,
perang dan perdamaian, dan India destiny,dengan Ajaran yang menegaskan bahwa dunia ini adalah nyata dan
bahwa ada perbedaan kekal dan abadi antara jiwa individu dan Tuhan.
[8]Matius Ali, Filsafat India sebuah pengantar Hinduisme & Buddhisme,(
Sanggar Luxor, Tanggerang, 2010), h. 26-27
[9] Inklusifis yaitu percaya
akan kebenaran Agamanya, namun tidak menutup kemungkinan untuk
menerimakebenaran dari agama lain yang bersifat terbuka dan tidak fanatik.
Lawan dari inklusifisme adalah eklusifisme, yaitu hanya mengakui kebenaran
agamanya saja dan menolakkebenaran agama lain yang bersifat tertutup dan
fanatik.
[10] De jonge
dan Jan s. aritonang, Apa dan
Bagaimana Gereja? Pengantar Sejarah Eklesiologi, (Jakarta, BPK Gunung
Mulia, 2009), h. 71
[13] http://www.internationalpeaceandconflict.org/profiles/blogs/swami-dayanand-saraswati-arya-samaj-and-mahatma-gandhi?xg_source=activity
Aum atau Om,bagi Arya sanaj dianggap menjadi nama
tertinggi dan paling tepat dari Allah.
[14] Konrad kebung, (Filsafat Berfikir Orang
Timur {Indonesia, Cina dan India} ), Jakarta. PT.prestasi Pustaka Kasih,
h.118
[16]Matius Ali, Filsafat India sebuah pengantarHinduisme&Buddhisme,(Sanggar Luxor,Jakarta
2010), h. 28
Tidak ada komentar:
Posting Komentar