SAD DARSANA (FILSAFAT SAMKYA)
AJARAN TENTANG KELEPASAN
Dosen
pembibing Ibu Hj. Siti Nadhroh
Makalah
Disusun
untuk memenuhi Syarat
Pada
Mata Kuliah Hinduisme
Oleh:
Miftah Surur
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
4. AJARAN TENTANG KELEPASAN
Ajaran
tentang Moksa atau kelepasan merupakan tujuan akhir dari filsafat Samkhya.
Hidup di dunia ini adalah campuran antara senang dan susah. Banyak kesenangan
dapat dinikmati, banyak pula kesusahan dan sakit yang diderita orang. Bila
seseorang dapat menghindar dari kesusahan dan sakit, maka ia dapat
menghindarkan diri dari ketentuan dan kematian. Ada tiga macam sakit dalam
hidup ini, yaitu : Adhyatmika, Adibhautika dan Adidaivika. Adhyatmika adalah
sakit karena sebabnya dari dalam badan sendiri seperti kerja alat-alat tubuh
yang tidak normal dan gangguan perasaan. Dengan demikian ia merupakan gangguan
jasmani dan rohani seperti sakit kepala, takut marah dan sebagainya.
Adibhautika adalah sakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh faktor ,luar tubuh,
seperti terpukul, kena gigitan nyamuk dan sebagainya. Adidaiwika adalah
penyakit (Vyadhi) yang disebabkan oleh kekuatan gaib seperti setan, hantu dan
lain-lainnya. Tidak seorangpun yang ingin menderita sakit semuanya ingin hidup
bahagia. Lepas dari susah dan sakit tetapi kenyataanya tidaklah demikian.
Selama orang masih berbadan lemah, selama itu sukha dan dukha, sakit dan sehat
selalu berdampingan. Dengan demikian itu suka dan dukha. Sakit dan sehat selalu
berdampingan. Dengan demikian tidak perlu bercita-cita hidup yang menyenangkan
terus, cukup hidup yang normal, biasa-biasa saja dengan berusaha melepaskan
penderitaan atas dasar pikiran yang sehat. Dalam ajaran Samkhyakelepasan itu
adalah penghentian yang sempurna dari semua penderitaan. Inilah tujuan terkhir
dari hidup kita.
Kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi memperingan hidup kita, namun tidak dapat
melepaskan kita dari penderitaan sepenuhnya. Samkhyamengajarkan bahwa cara
mencapai kelepasan itu ialah melalui pengetahuan yang benar atas kenyataan
dunia ini. Tiadanya pengetahuan itulah yang menyababkan seseorang menderita.
Dalam banyak hal orang-orang yang tidak mempunyai pengetahuan tentang hukum
alam dan hukum kehidupan terbentur pada masalah yang membawanya pada kesedihan.
Berbeda halnya dengan orang-orang berpengetahuan akan menerima dan menikmati
kenyataan hidup ini. Namun karena pengetahuan terhadap kenyataan itu tidak
sempurna, maka ia tidak sepenuhnya lepas dari penderitaan. Kelepasan itu hanya
akan dicapai bila pengetahuan terhadap kenyataan itu sudah sempurna.
Menurut
Samkhya Roh ( Purusa ) itu bukan badan, dan badan selalu ingin dipuakan.
Menyamakan roh dengan badan adalah kebodohan, kebodohan adalah akar
penderitaan. Kelepasan tercapai bila seseorang menydari perbedaan itu. Untuk
mencapai bila seseorang menyadari perbedaan itu. Untuk menyadari hal itu
denagan sempurna perlu latihan rohani dan renungan kebatinan yang terus
menerus. Ajaran tentang hal ini diuraikan dalam ajaran Yoga. Dua macam kelepasan
itu, yaitu Jiwanmukti, yakni kelepasan Roh selama hidup ini, dan Widehamukti,
yakni kelepasan ( Moksa ), terlepasnya Atman (roh) dari ikatan badan kasar dan
badan halus ( Sthula dan Suksma sarira ). Inilah tujuan filsafat Samkhya.
Pertemuan Purusa dengan Prakrti disebut Samyoga, Purusa merupakan sinarnya
Prakrti disebut Bhokta. Dan Sifat Prakrti yang tidak pernah diam disebut
Samyawastha. Kebodohan disebut Awiweka dan pengetahuan untuk membedakan Purusa
dan Prakrti (Roh dan badan, yang kekal dan yang sementara/Ksanika)disebut
Wiwekajnana. Inilah ajaran yang mendasar dalam Samkhya.
Tugas
manusia adalah berbuat sedemikian rupa, sehingga jiwanya dapat kembali kepada
asalnya (Tuhan). Jalan kelepasan ada tiga; Pertama, Jnana-Marga. Jalan
kelepasan melalui pengetahuan akan kebenaran yang tertingggi. Kedua,
Bhakti-Marga. Jalan kelepasan dengan melalui kasih dan pemujaan kepada Purusa
yang tertinggi. Ketiga, Karma-Marga. Jalan kelepasan dengan penaklukan kehendak
sendiri kepada tujuan Tuhan.
Ketiga jalan kelepasan ini
sama-sama menuju satu tujuan, yaitu kelepasan. Orang mendapatkan kelepasan
melalui segala segi kesadaran hidup. Tak ada perbedaan mutlak antara
jalan-jalan itu. Ini disebabkan kehudupan ilahiyah yang tak terpisah-pisah
adanya.
Tuhan adalah Sat (kenyataan),
Cit (kebenaran), Ananda (kebahagiaan). Tuhan yang demikian itu menyatakan
dirinya sebagai terang yang kekal bak matahari pada tengah hari kepada
orang-orang yang mencari pengetahuan. Tetapi ia menyatakan diri sebagai
keadilan yang kekal kepada mereka yang bergumul bagi kebajikan. Akhirnya Tuhan
menyatakan diri sebagai kasih keindahan, kesucian yang kekal kepada mereka yang
mencarinya dengan kasih dan pemujaan.
Sebagaimana Tuhan mempersatukan
di dalam dirinya sendiri hikmat, kebaikan dan kesucian, demikianlah manusia
harus menuju kepada hidup rohani yang tak terpisah. Dengan demikain,
kelepasan terdiri dari persekutuan jiwa dengan jiwa tertinggi, yaitu
menyaksikan, mengalami dan menghayati hidup ilahi. (Harun Hadiwijoni,
1982:29-30)
Tujuan Akhir Ajaran Samkhya
Tujuan akhir dari Ajaran Samkhya
adalah kelepasan. Kelepasan dapat dicapai oleh seseorang bila orang tersebut
menyadari bahwa purusa tidak sama dengan alam pikiran, perasaan, dan badan
jasmani. Bila seseoarng belum menyadari hal itu, maka ia tidak akan dapat
mencapai kelepasan, akibatnya ia mengalami kelahiran yang berulang-ulang. Jalan
untuk mencapai kelaepasan adalah melalui pengetahuan yang benar, latihan
kerohanian yang terus menerus,merealisasikan perbedaan purusa dan prakerti
serta cinta kasih terhadap semua makhluk. Dengan demikian samkhya menekankan
pada jalan jnanadalam wujud wiweka dan kebijaksanaan untuk melepaskan purusa
dari jebakan prakerti.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiwijono,
Harun. 1982. Agama Hindu dan Budha, Jakarta. Bpk Gunung Mulia.
John
M. Koller, asian Philosophies, (terjemahan, Donatus Sarbana, Filsafat Asia,
ledarero-flores, NTT, 2010)
Director Jendral Bimbingan
masyarakat Hindu, Dasar-dasar Agama Hindu, Jakarta: Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2010.
Nyoman S Pendik, Aspek-aspek Agama
Hindu, Menik Geni, 1993.
Dr. I Made Titib, pengantar Weda,
Hanoman Sakti, 1996.
Maswinara, I Wayan, 1999, Sistem Filsafat Hindu
(Sarva DarĂșana Samgraha), Surabaya : Paramita.
Putu
Suamba, I.B, 2003, Dasar Dasar Filsafat India, Universitas Hindu
Indonesia dan Widya Dharma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar