RESPONDING PAPERS
GERAKAN KEAGAMAAN YANG DI PENGARUHI AGAMA ISLAM
GERAKAN KABIR DAN AJARAN-AJARANYA
(IFA
NUR ROFIQOH)
Makalah
Disusun
untuk memenuhi Syarat pada mata kuliah
Hinduisme
Dosen
Pembimbing :Hj. Siti Nadroh, M.Ag
Oleh:
Lailatul
Fawaidah (1111032100053)
JURUSAN
PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI (UIN)
2012
I.
PENDAHULUAN
Di antara zaman abad ke-7 dan ke-12 di India telah ditandai banyak
pemikiran baru. Dimana agama Budha pada waktu itu masih memiliki pengaruh yang
besar. Orang lebih mengarahkan perhatian kepada hal-hal yang tampak dan
ajaran-ajaran yang bercorak atheis (Nyaya,Weisiska dan Sankhya). Sistem Yoga
tampil sebagai reaksi atas semua sistem di atas yang lebih mengutamakan
pelepasan dan cara-cara pelepasan yang disebut Iswara. Reaksi terbesar
datang dari Vedanta hingga abad ke-14 Vedanta hampir menguasai seluruh peikiran
India. Weisesika dan Sankhya semakin berkurang berpengaruh.dan agama Budhha
juga mulai terdesak di India setelah abad ke-14 hingga abad 18 dimana filsafat
India mulai merosot, dan nampak
perkembangan baru sebagai akibat pertemuan antara kebudayaab Barat dengan
kebudayaan India. Serta kebudayaan Barat justru menimbulkan reaksi dari para
pemikir India itu sendiri.[1]
II.
SITUASI SOSIAL POLITIK, KEAGAMAAN DENGAN MASUKNYA ISLAM KE-INDIA
Sebenarnya pada abad ke-12 sudah terlihat reaksi-reaksi seperti
itu, ketika agama Islam mulai menyebar di sana.[2]
Sesudah kedatangan Islam di India (kira-kira awal abad ke-12), timbullah
beberapa orang Hindu yang menentang pemujaan kepaa berhala. Mereka mengajarkan
bahwa hanya ada satu Tuhan.[3]
Pemikiran Islam
sudah berkembang di India sejak awal abad ke-13. Meskipun penaklukan Muslim
pertama terjadi awal abad ke-8 (kemenangan pertama Jendral Qasim terjadi tahun
712 M), namunpemikiran Islam baru ada sesudah pasukan Jenghis Khan merebut
wilayah-wilayah Muslim yang mengakibatkan masuknya kebudayaan-kebudayaan Islam
ke India. Dengan kehancuran pusat-pusat studi di Samarqand, Balkh, Gazhnin dan
akhirnyatahun 1258 bhagdad sendiri, banyak banyak cendekiawan Muslim, para
penyair , seniman, ilmuan dan para pakar sejarah melarikan diri ke India. Dengan
segera Kesultanan Delhi dan pemerintahan Mughal di India menjadi pusat-pusat
yang tidak sekedar pusat pemerintahan politik,tetapi juga menjadi pusat-pusat
terkenal untuk study Islam.
Islam telah berpengaruh besar terhadap pemikiran dan kebudayaan
India selama (500) lima ratus tahun pememrintahan Muslim.[4]
agama Islam mulai mencoba memasuki India pada tahun 711 setelah menaklukkan
kawasan Delta Hindua, Sind, untuk kemudian mendirikan negara India-Muslim di
sana. Sind lantas menjadi pos terdepan bagi penyebaran agama Islam. Jalinan
perdagangan pun terus digalang melalui kawasan Timur Tengah, kemudian mereka
juga bergabung dengan kalangan guru agama dan kelompok-kelompok Sufi.
Pada akhir abad ke-10 terjadi sebuah perubahan dramatis tatkala
Islam masuk wilayah Turki. Dimana setelah berhasil mengubah Turki, maka Islam
mulai menyebarkan pengaruhnya yang kuat sampai ke Afganistan dan Iran, serta kemudian
bergerak ke India melalui arah Barat Laut. Yang dipimpin Mahmud bin Ghazni
(971-1030), melakukan belasan kali ekspedisi yang sangat efektif antara tahun
997 hingga 1027 guna menaklikkan daerah- daerah di Utara India, termasuk daerah Punjab.
Pada tahun 1211 Syamsuddin Iltutmish berhasil mendirikan sebuah
kerajaan turki di Delhi, yakni Kesultanan Delhi. Kesultanan Delhi semenjak itu
hingga selama kurun waktu 100 tahun di bawah kekuasaan lima dinasti melakukan
perluasan pengaruh dan juga penyebaran agama Islam hingga ke wilayah Bengal dan
bahkan hingga ke India sebelah selatan. Di bawah kepemimpinan Sultan Alauddin
di masa Dinasti
Khalji, Kesultanan Delhi untuk pertama kalinya berhasil malakukan
kontrol yang cukup luas rehadap India Selatan, namun dengan cepat pula kontrol
di Selatan runtuh sehubungan dengan masih kuatnya perlawanan dari kerajaan
Hindu vijayanagar yang bercokol di Selatan.
Walau pada mulanya hanya membuat kemajuan-kemajuan kecil,
Kesultanan Delhi berhasil mengajarkan Al-Qur’an dan Hukum Islam sekaligus
manggantikan aturan-aturan Hindu. Islam sendiri menawarkan suatu ajaran agama
yang berbeda sama sekali dengan agama asli lainya yang dianut oleh masyarakat
India ketika itu seperti Hindu, Budha atau Jain.
Di bawah kesultanan Alauddin mereka juga berhasil meningkatkan
produksi pertanian di India dengan cara membangun kanal-kanal dan metode
irigasi baru.
Pada awal abad 15, para Mughal yang berasal dari Afganistan juga
telah menyabarkan pengaruh agama dan kebudayaan Islam ke seluruh India. Setelah
berhasil mengalhakan Kesultanan Delhi, para Mughal mendirikan kerajaan yang
berkuasa selama beberapa abad lamanyadi India. Bagaimana pun agama Islam secara
khusus menjadi cukup dominan selama masa Mughalini. Dalam periode ini banyak orang
Hindu terutama di kawasan Utara India yang bersal dari kasta rendah beralih
agama menjadi pemeluk Islam, sehinggamereka terbebas dari kehidupan penuh
diskriminasi yang di berlakukan pad agama Hindu.
Namun, kekuasaan para Mughal tidaklah langgeng, kerajaan Hindu
mulai menguasai peninggalan Mughal, meskipun kekuasaan kerajaan-kerajaan Hindu
inipun tidak berjalan langgengsetelah bangsa Eropa mulai menginjakkan kakinya
di India.[5]
Pada tahun 1940, untuk pertama kalinya Liga Muslim menuntut satu negara
khusus orang-orang Islam.
masuknya orang-orang Islam ke India Selatan, orang-orang Islam ternyata
juga melakukan penyerangan ke India Barat. Pada tahun 712 M, seorang gubernur
Arab Basra (Irak) yang bernama Muhamad Bin Qasim menyerbu daerah Sind di India
Barat. Dengan kekuatan 6.000 tentara, 4.000 pasukan unta, dan 100 tentara
cadangan, mereka berhasil menaklukkan dan menguasai daerah Sind dan
meng-Islam-ka penduduk di sana (Mahajan, 2003:16; Luniya, 2002:305). Kemudian,
dari tahun 1.000 M sampai 1.026 M, Sultan Mahmud Gazni dan tentara dari Turkhis
(Turki) menyerbu India sebanyak 17 kali. Mereka menghancurkan kuil-kuil,
merampas kekayaan kuil, dan menghancurkan kuil Krishna di Mathura dan di
Dwarka, Gujarat (Mahajan, 2003:43-50).Selanjutnya, dari tahun 1.175 M – 1.205
M, Muhammad Ghori dari Iran-Afganistan menyerang India dan mendirikan pusat
pemerintahan di Delhi
Selama pemerintahan sultan-sulatan Islam, India mengalami masa paling suram pada masa pemerintahan Sultan Aurangzeb (1.658 M – 1.707 M). Pada masa pemerintahannya, orang-orang Hindu di India dijadikan penduduk nomor dua (secondary citizen) karena dianggap berdosa memberikan kedudukan yang sama antara orang Hindu dengan orang Islam. Untuk itu, Aurangzeb ingin secepat mungkin mengkonversi umat Hindu dan menjadikan India sebagai Negara Islam (Islamic State) (Mahajan, 2003:305). Untuk mempercepat proses peng-Islam-an India, maka Aurangzeb melakukan gerakan politik diskriminatif dan intoleran. Orang-orang Islam dilarang menggunakan nama-nama dan istilah-istilah Hindu; dilarang ikut merayakan hari raya Hindu; umat Hindu dilarang membangun kuil baru (Mahajan, 2003:306-307); kuil-kuil yang baru dihancurkan; memerintahkan menghancurkan kuil-kuil besar seperti, Mathura, Jagatnath, dan diganti dengan Masjid; ribuan kuil Hindu (tahun 1669 M) dihancurkan terutama yang berada di kota-kota suci, sepeti Haridwar, Badrinath, Benares, dan Mathura; ketika melakukan perjalanan kenegaraan (royal tour) maka seluruh kuil yang dilewati harus dihancurkan; umat Hindu harus membayar pajak jika mengunjungi tempat-tempat suci (tirthayatra); anti kaum Brahmana kerena sering melawan sultan; melarang umat Hindu membuang abu jenazah di sungai-sungai besar; orang Islam bebas bayar pajak; orang Hindu juga dibebaskan bayar pajak, jika mau masuk Islam.[6]
Selama pemerintahan sultan-sulatan Islam, India mengalami masa paling suram pada masa pemerintahan Sultan Aurangzeb (1.658 M – 1.707 M). Pada masa pemerintahannya, orang-orang Hindu di India dijadikan penduduk nomor dua (secondary citizen) karena dianggap berdosa memberikan kedudukan yang sama antara orang Hindu dengan orang Islam. Untuk itu, Aurangzeb ingin secepat mungkin mengkonversi umat Hindu dan menjadikan India sebagai Negara Islam (Islamic State) (Mahajan, 2003:305). Untuk mempercepat proses peng-Islam-an India, maka Aurangzeb melakukan gerakan politik diskriminatif dan intoleran. Orang-orang Islam dilarang menggunakan nama-nama dan istilah-istilah Hindu; dilarang ikut merayakan hari raya Hindu; umat Hindu dilarang membangun kuil baru (Mahajan, 2003:306-307); kuil-kuil yang baru dihancurkan; memerintahkan menghancurkan kuil-kuil besar seperti, Mathura, Jagatnath, dan diganti dengan Masjid; ribuan kuil Hindu (tahun 1669 M) dihancurkan terutama yang berada di kota-kota suci, sepeti Haridwar, Badrinath, Benares, dan Mathura; ketika melakukan perjalanan kenegaraan (royal tour) maka seluruh kuil yang dilewati harus dihancurkan; umat Hindu harus membayar pajak jika mengunjungi tempat-tempat suci (tirthayatra); anti kaum Brahmana kerena sering melawan sultan; melarang umat Hindu membuang abu jenazah di sungai-sungai besar; orang Islam bebas bayar pajak; orang Hindu juga dibebaskan bayar pajak, jika mau masuk Islam.[6]
Akibat kebijakan politik Aurangzeb inilah, hamper seluruh kuil kuno di
India Utara dihancurkan dan juga sebagian kecil kuil-kuil di India Selatan. Ini
menyebabkan kuil-kuil yang ada sekarang di India Utara khususnya, lebih banyak
adalah kuil yang baru dibangun dibelakangan.
Penjajahan sultan-sultan Islam di
India baru berakhir pada akhir abad ke-19 masehi (Kundra, 1968:189). Dengan
dikuasai dan dijajahnya India oleh sultan-sultan Islam hamper enam ratus tahun
lebih namanya memerintah dari Delhi (1.200 – 1.857 Masehi), sehingga
mengakibatkan perubahan yang signifikan dalam perkembangan agama dan kebudayaan
Hindu di India. Banyak orang Hindu yang masuk Islam untuk menghindari
pembayaran Jizyah (pajak) yang berat dan agar mendapatkan pekerjaan. Perempuan
Hindu juga ikut-ikutan menjalankan system purdah (Jilbab) (Khanna, 1976:309;
Luniya, 2002:325; Mahajan, 2003). Budaya ini masih dapat ditemukan sampai
sekarang, yakni wanita India yang memakai ujung sari sebagai kerudung (di India
Utara). Kemudian juga, mulai terjadi perkawinan usia dini di kalangan
masyarakat Hindu. Orang-orang Hindu menggunakan bahasa Hindi, sedangkan orang
Islam menggunakan bahasa Urdu dan Parsi. Dalam bidang seni dan arsitektur juga
muncul perpaduan (assimilation and synthesis) kebudayaan Hindu-Islam yang disebut
Indo-Saracenic atau Indo-Islam.
Dalam bidang keagamaan, prinsip-prinsip dan ide-ide dari ajaran Islam
begitu kuat mempengaruhi pemimpin-pemimpin Hindu, baik secara langsung maupun
tidak. Ide-ide ajaran Islam mendorong tumbunya gerakan liberal dari pemimpin-pemimpin
dan orang-orang suci (santa) yang beragama Hindu (Luniya, 2002:329-333).
Gerakan keagamaan Hindu terutama adalah munculnya ajaran-ajaran yang sederhana,
seperti ajaran tentang monoteisme (percaya kepada satu Tuhan), anti terhadap
penyembahan patung, dan semua orang adalah saudara dengan hak-hak yang sama
(bahasa bali:Manusa Pada) (Mahajan, 2001:368; Mahajan, 2003:166; Luniya,
2002:327-333). Di samping itu, ajaran-ajaran dan ide-ide dari golongan sifi
juga mempengaruhi agama Hindu. Kebanyakan penganut ajaran-ajaran Sufi ini hidup
dengan jalan mengasingkan diri, mengabdikan diri, dan mempersiapkan diri mereka
untuk merealisasikan Tuhan dengan jalan Samadhi (Kundra, 1968:391; Mahajan,
2001:388; Luniya, 2002:328).
Meskipun demikian, tidak seluruhnya dari ide-ide dan ajaran-ajaran agama
Islam diterima oleh pemimpin Hindu. Ajaran yang diterima, utamanya adalah
prinsip-prinsip demokrasi dari ajaran Islam yang diterapkan dalam kehidupan
social dan system agama Hindu (Mahajan, 2003:184; Luniya, 2002:329). Prinsip
penting lainnya adalah ajaran Islam yang sangat sederhana, mudah dimengerti dan
dilaksanakan oleh masyarakat banyak. Hal ini sangat mempengaruhi pemikiran
pemimpin Hindu untuk diterapkan dalan agama Hindu. Ciri agama yang demokratis
dalam Hindu ditandai dengan munculnya gerakan menentang system kasta dan ajaran
mengenai manusa pada (Universal Brotherhood), yaitu manusia sama
kedudukannya di hadapan Tuhan. Sementara itu, cirri ajaran agama Hindu yang
sederhana dan mudah dilaksanakan adalah percaya satu Tuhan (monoteisme), tidak
menyembah patung, dan mengutamakan bhakti sehingga upacara-upacara yajnayang
rumit tidak dilakukan lagi (Luniya, 2002:328-334.
Pengaruh islam lainnya adalah ajaran yang dianut oleh golongan Sufi
(penganut mistisisme Islam). Golongan Sufi menekankan kepasrahan yang total
kepada Tuhan. Penyerahan diri secara tulus ikhlas inilah yang disebut Bhakti.
Bhakti yang sesungguhnya adalah kerelaan untuk mengabdikan diri sepenuhnya
kepada Tuhan. Ini dilakukan dengan menyebut berulang-ulang nama Tuhan (Whorship
of the name) (dzikir) dan tafakur (meditasi). Untuk melakukan ini semua
diperlukan tuntunan dari seorang “Satya-Pir” (guru spiritual/the true saint).
Sufi adalah ajaran melihat ke dalam diri (self-realization) sehingga ia menolak
pengikatan pada dogma agama secara berlebihan (Zaechner, 1994:7-8; Luniya,
2002:329).
Ajaran Sufi ini begitu kuat pengaruhnya terhadap ajaran bhakti (Bhakti
cult) yang muncul pada zaman ini. Ini menyebabkan perpecahan dari golongan
Waishnawa-wedanta yang melakukan gerakan bhakti. Sejak zaman ini, Gerakan
Bhakti (Bhakti Movement) umumnya dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu:
pertama, gerakan yang semata-mata hanya berdasarkan pada ajaran agama Hindu dan
social seperti yang dipimpin oleh Ramanuja, Ramananda, Basawa, Nimbarka,
Wallabha, Chaitanya, Tulsidas dan lain (Luniya, 2002:334); dan kedua, adalah
gerakan yang mendasarkan pada ajaran agama yang terkena pengaruh Islam
misalnya, gerakan yang dipimpin oleh Nam Dev, Guru Nanak, Kabir, dan lain-lain
(Mahajan, 2001:368; Mahajan, 2003:209). Gerakan Bhakti (bhakti movement) yang
muncul pada zaman ini menekankan ajaraan mereka pada keamanan hak dan kedudukan
dalam masyarakat (Manusa Pada) dan memegang teguh keyakinan bahwa
martabat manusia tergantung pada tindakan mereka, bukan karena kelahirannya.
Pada kelompok Waishnawa golongan pertama, prinsip utamanya adalah percaya
Tuhan Monoteis yang diterima sebagai Tuhan yang berpribadi, yaitu Wishnu, Hari,
atau Krishna. Bhakti mendalam kepada Wishnu, Hari, Rama, atau Krishna (Tuhan)
diwujudkan dengan menyebut nama-Nya berulang-ulang (kirtanam). Demikian juga
dengan mempersembahkan pikiran, perbuatan, dan kekayaan hanya kepada Tuhan
tersebut. Kedudukan seorang Guru, Swami, atau Baba juga sangat penting untuk
menggantikan pendeta, sekaligus sebagai penghubung manusia dengan Tuhan.
Sebaliknya kelompok Waishnawa yang terkena pengaruh Islam menolak kewajiban
beryajna atau kurban persembahan karena dianggap sebagai tradisi agama yang
palsu. Mereka juga menentang ajaran thirta yatra karena meyakini bahwa Tuhan
dapat dicari dalam diri.
Gerakan Bhakti yang hanya bergerak dalam bidang agama Hindu dan social
terutama dilakukan oleh golongan Waishnawa-wedanta. Salah satu pemimpin
Waishnawa dan reformasi yang paling terkenal adalah Chaitanya (1.458 – 1.513
masehi). Chaitanya menyebarkan ajaran cinta kasih dari Krishna bersama dua
orang muridnya, yaitu Nityananda dan Adwaitananda (Luniya, 2002:338). Ajarannya
adalah menyembah Krishna. Bhakti mendalam kepada Krishna diwujudkan dengan
menyerahkan badan, pikiran, dan kekayaan secara tulus kepada Krishna. Golongan
ini meyakini Bhagawad Gita dan Bhagawatam Puranam sebagai kitab suci. Keadaan
moksa (sorga) menurut Chaitanya adalah berada dekat dengan Krishna di alam
rohani yang disebut Waikuntha. Sorga ini dapat dicapai hanya melalui bhakti,
yaitu menyebut nama Krishna teru-menerus (Kirtanam), serta menyanyikan lagu dan
menarikan tarian rohani (Sangkirtan). Setelah meninggal, Chaitanya dipuja
sebagi Awatara dari Krishna, sedangkan kedua muridnya dianggap sebagai
Angsa-awatara dari Krishna. Ketiganya diakuai sebagai Tritunggal. Chaitanya
disebut juga Mahaprabhu, sedangkan guru-guru yang masih hidup dan meneruskan
ajaran-ajarannya diberi gelar Goswami, Prabhu atau Acharya. Mereka kedudukan
yang tertinggi dalam mazhab chaitanya, bahkan dianggap sedikit lebih rendah
dari para Dewa. Mereka dipuja sebagai guru karena diyakini menjadi perantara
antara manusia dan Krishna.
Gerakan Bhakti juga dilakukan oleh golongan Waishmnawa-Wedanta lainnya yang
dipelopori oleh Tulsi Das. Tulasi Das adalah pendiri dari mazhab penyembah Rama
(Religion of the Charit Manas). Ia menulis kitab suci untuk mazhabnya yang
disebut Ramayana yang disebut Tulsi Das (Ramcharit Manas) (Luniya, 2002:392).
Kitab ini menggunakan bahasa Hindi (bahasa nasionalIndia sekarang). Tulsi Das
mengajarkan bahwa Rama adalah Tuhan yang tertinggi. Rama adalah Tuhan pencipta
alam semesta dan juga memelihara alam semesta ini. Untuk menyelamatkan
pengikutnya ia menjelma (awatara) sebagai Rama.
Di samping mazhab Waishnawa-Wedanta, kemudian juga muncul mazhab Gaudiya
Waishnawa-wedanta. Menurut mazhab ini, Krishna adalah Tuhan Tertinggi. Mazhab
ini meyakini bahwa Krishna berwujud Brahma untuk menciptakan alam semesta.
Kemudian, Krishna mengajarkan ajaran-ajarannya kepada Narada. Narada
mengajarkan kepada Wyasa mengenai kitab suci Catur Weda. Kemudian kitab suci
ini diajarkan kepada Rsi Madhwa. Mazhab Gaudiya Waishnawa ini akan dilanjutkan
oleh Thakur Bhakti Vinobha yang menghadirkan Gaudiya Waishnawa Mission yang
melanjutkan ajaran dari Chaitanya Mahaprabhu. Murid yang terkenal dari Thakur
Bhakti Vinobha adalah Swami Bhakti Siddhanta yang juga guru dari Swami
Prabhupada Bhaktivedanta. Swami Prabhupada kemudian mendirikan Internasional
Society for Krishna Consciousness (ISKCON) (kesadaran masyarakat Krishna
internasional) di New York, Amerika Serikat. Mazhab ini menyebar dari Amerika
ke seluruh dunia termasuk ke India dan ke Indonesia (Klostermaier,
1998:154-156). Di Indonesia mazhab ini disebut Hare Rama Hare Krishna atau
Krishna Balarama atau kesadaran Krisna.
Di samping mazhab Waishnawa-Wedanta, kemudian juga muncul mazhab Gaudiya
Waishnawa-wedanta. Menurut mazhab ini, Krishna adalah Tuhan Tertinggi. Mazhab
ini meyakini bahwa Krishna berwujud Brahma untuk menciptakan alam semesta.
Kemudian, Krishna mengajarkan ajaran-ajarannya kepada Narada. Narada
mengajarkan kepada Wyasa mengenai kitab suci Catur Weda. Kemudian kitab suci
ini diajarkan kepada Rsi Madhwa. Mazhab Gaudiya Waishnawa ini akan dilanjutkan
oleh Thakur Bhakti Vinobha yang menghadirkan Gaudiya Waishnawa Mission yang
melanjutkan ajaran dari Chaitanya Mahaprabhu. Murid yang terkenal dari Thakur
Bhakti Vinobha adalah Swami Bhakti Siddhanta yang juga guru dari Swami
Prabhupada Bhaktivedanta. Swami Prabhupada kemudian mendirikan Internasional
Society for Krishna Consciousness (ISKCON) (kesadaran masyarakat Krishna
internasional) di New York, Amerika Serikat. Mazhab ini menyebar dari Amerika
ke seluruh dunia termasuk ke India dan ke Indonesia (Klostermaier, 1998:154-156).
Di Indonesia mazhab ini disebut Hare Rama Hare Krishna atau Krishna Balarama
atau kesadara Sementara itu, Gerakan Bhakti (Bhakti Movement) yang bergerak
dalam bidang agama dan sosial yang terkena pengaruh Islam dipelopori oleh Guru
Nanak dan Kabir. Guru Nanak (1.469 M) adalah seorang reformis dan pendiri agama
Sikh dari mazhab Waishnawa. Ia mengajarkan ajaran Waishnawa yang bebas dari
praktek penyembahan patung, bebas dari kasta (caste system), dan bebas dari
segala takhayul. Guru Nanak mendirikan agama Sikh yang bertujuan untuk
mempersatukan ajaran Islam dengan ajaran Hindu, sekaligus untuk mempersatukan
kedua umat beragama itu (Mahajan, 2001:397 – 398; Luniya, 2002:339). Reformasi
terkenal lainnya adalah Kabir. Ia mengajarkan ajaran agama berdasarkan cinta
kasih dengan tujuan untuk mengembangkan persatuan antara semua kasta dan agama.
Ia menentang Praktik penyembahan patung, upacara agama dan yajna (kurban suci),
dan menekankan ajaran kesamaan hak di antara manusia.
Selain nama-nama yang disebutkan di atas, masih banyak lagi tersapat cabang
dari mazhab Waishnawa yang lain seperti, Aaul, Kartha Bhaja, Giri Waishnawa,
Radha Ballabhi, Satnamis, Swami Narayana, dan Churadhari. Kelompok Waishnawa
mengalami evolusi yang sangat signifikan dalam periode ini (Luniya,
2002:395-396; Tattwananda, tt. 54- 82). Oleh karena itu, zaman ini juga
disebut zaman Neo Waishnawa. Tokoh-tokoh Neo Waishnawa yang lain adalah
Mirabai, Surdas, Malukdas, dadu Dayal, Sunderdas, Raidas, Birban, Sangkardev,
Jnaneshwara, Namdev, Ekanath, Tukaram, Ramdas, Bahina Bai, Chandidas,
Vidyapathi.[7]
RIWAYAT HIDUP KABIR
Sikh Bhagat
adalah orang-orang suci dari berbagai aliran agama (sect) yang ajarannya ada di
Sri Guru Granth Sahib, buku suci agama Sikh. Kata “Bhagat” berarti pengikut dan
berasal dari bahasa Sanskrit yaitu “Bhakti” yang berarti ketaatan/kebaktian
agama dan cinta. Berikut adalah daftar Bhagat yang ajarannya ada di Sri Guru
Granth Sahib.
Bhagat Kabir (1440-1518)
adalah penyair dan santa dari India yang telah mempengaruhi gerakan Bhakti dari
ajaran beliau. Bhagat Kabir ditemukan dan diadopsi oleh penenun Muslim yang
bernama Niru dan istrinya bernama Nima di Varanasi. Waktu Bhagat Kabir masih
muda beliau bertemu dengan Bhagat Ramanand di Sungai Ganga dan kemudian menjadi
pelajar di ashram Bhagat Ramanand. Selain mempunyai pengaruh yang besar di
Sikhisme, karya tulisnya termasuk Bijak, Sakhi Granth, Kabir Granthawali dan
Anurag Sagar.[8]
III.
SEJARAH MUNCULNYA KABIR
Mulai abad ke-7 sampai abad ke-15, karena jasa sankara, ajaran
wedanta mendominasi pemikiran filsafat india. Akan tetapi, setelah abad ke-14
pemikiran filsafat mengalami kemunduran hingga abad ke-18. Kemunduran ini
sebenarnya telah muncul mulai abad ke-12 saat kedatangan agama Islam di India. [9]
Pada waktu itu
timbullah kemungkinan serta awal perkembangan baru. Hal ini disebabkan karena pertemuan pemikiran
india dengan kebudayaan barat. Kedatangan Kebudayaan barat menimbulkan reaksi
yang hebat dari pihak ahli pikir india.
Reaksi yang
demikian itu telah dimulai Sesudah kedatangan agama islam di India (kira-kira
awal abad ke-12), maka timbullah beberapa orang hindu yang menentang pemujaan
kepada berhala. Mereka mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan.
Penyair Kabir Lahir tahun 1440, di
Pratapgarh, Uttar Pradesh, India dan meninggal tahun1518, Selain memiliki
pengaruh penting terhadap Sikh, warisan Kabir adalah hari ini dibawa ke depan
oleh Panth Kabir ("Path of Kabir"), sebuah komunitas agama yang
mengakui dia sebagai pendiri dan merupakan salah satu sekte Sant Mat. Para
anggotanya, yang dikenal sebagai panthis Kabir, yang diperkirakan sekitar
9.600.000. Mereka tersebar di utara dan India tengah, serta tersebar dengan
diaspora India di seluruh dunia, naik dari 843.171 dalam sensus 1901[10]
umpamanya ialah Kabir (1440-1518)[11],
yang berupaya untuk menyingkirkan unsur-unsur yang melemahkan perjuangan Islam
dan mencoba membuat satu sintesis antara Islam dengan Hindu. Kemudian
diteruskan oleh anaknya Nanak (1469-…) yang mempunyai sifat lebih ekstrim.
Didalam
encyclopedia of world religious, di jelaskan bahwa Kabir adalah:
Indian mistic and poet who attempted
to bridge or unite Hindu and Muslim thought and preached the essential unity of
all religious and the essential equality of all men. He was a forerunner of
Sikhism, established by his disciple nanak.
(Ia adalah seorang mistikus dan penyair yang mencoba untuk
menjembatani atau menyatukan Hindu dan Muslim, ia berpikir dan berkhotbah
tentang kesatuan esensial dari semua agama dan kesetaraan esensial dari semua
orang. Dia adalah seorang pelopor Sikhisme, didirikan oleh muridnya, Nanak).
Kabir yang lahir menjelang awal abad ke 15 adalah seorang murid
dari tokoh sufi Shikh Taqi dan Ramananda si bhakta
(pendeivosi) besar Hindu yang menyebarkan Hinduisme Devosional di sepanjang
wilayah India utara. Meskipun ia banyak kali di klaim oleh penganut agama Hindu
sebagai seorang mistikus dan pembaru Hindu, tetapi sudah hampir pasti bahwa ia
dilahirkan dalam satu keluarga muslim dan bahwa ia tidak pernah menyangkal
Islam. Ia tentu berkeberatan baik melawan kesempitan pandangan Islam maupun
melawan sektarianisme yang kaku dari hinduisme.[12]
Guru Hindu Kabir, yaitu Ramananda, boleh jadi sudah dipengaruhi Islam meskipun hal itu
tidak pasti. Pada salah satu kesempatan, Ramananda sendiri melancarkan protes
melawan system kasta. Ia mengakui semua orang yang mengikutinya sebagai orang
yang sama derajatnya. Namun selama tokoh terbaik dari para pemimpin devosional
Hindu menenkankan bahwa devosi yang benar dan perwujudan hidup spiritual justru
melampaui perbedaan sekte dan kasta, maka fakta bahwa Ramananda menerima
seorang dari semua kasta dan diluar kasta, malah juga menerima kaum muslim,
tentu tidak menjadi bukti adanya pengaruh Islam.
Namun tidak diragukan bahwa Kabir menerima ide-ide dan
praktik-praktik baik Islam maupun Hindu dengan mencoba mendamaikan dua agama
ini atas dasar apa yang ia kenal sebagai satu kesatuan yang lebih dalam.
Dalam mengkritik Hinduisme, ia tidak tanggung-tanggung melawan
system kasta, poleteisme dan penyembahan berhala. Ia katakan, dari segi harkat
kemanusiaan dan akses kedalam praktik
spiritual tak seorang pun harus ditolak hanya kerena kelahirannya dalam satu
kasta yang lebih rendah atau dalam satu keluarga yang tak berkasta. Ia mengutuk
penyembahan berhala karena perbuatan ini mengalihkan energy para pendevosi jauh
dari apa yang sungguh spiritual sifatnya, sementara politeisme dilihatnya
sebagai hal yang memperlemah devosi dan pengabdian orang kepada realitas
tertinggi.
Kabir diterima oleh para penganut agama Hindu kemudian sebagai
seorang kudus besar dan seorang pembaru; ia juga tercatat secara lengkap dalam
satu biografi hindu. Bahwa ia pada kenyataannya adalah seorang pembaru muslim,
pada awalnya hal itu hamper tidak menjadi soal bagi para penganut Hindu sejauh
pesan-pesan spiritualnya membawa harapan bagi jutaan kaum miskin dan tertindas.
Didalam mencari Tuhan orang memerlukan seorang pawang[13].
Kelepasan didapatkan dengan iman (bakti). Sekalipun “kitab” sangat
berharga, namun kitab tidak boleh dihormati terlalu tinggi.
IV.
GERAKAN KEAGAMAAN DALAM AGAMA HINDU YANG DIPENGARUHI AGAMA ISLAM
Seperti dikatakan di atas bahwa Hinduisme berkembang dengan baik,
sampai kedatangan Islam, dalam mengakomodasikan jika bukan menyerap semua
tantangan dalam bentuk agresi dari luar dan perpecahan dari Islam. Islam
memberikan pengaruh ganda bagi Hinduisme. Disatu pihak, Islam menganjurkan
perpindahan agama; dipihak lain Islam mendorong kecenderungan yang lebih egaliter
dan monoteistik bagi kaum Hindu. Kemudian muncul tokoh-tokoh yang berusaha
untuk menjembatani jurang pemisah antara keduanya.Sebagai contoh adalah kabir
(abadke 15).[14]
V.
AJARAN-AJARAN DALAM GERAKAN KABIR
Ajaran Kabir ingin membersihkan
Hinduisme dari tanda-tanda lahirnya seperti patung-patung dan perbedaan kasta.[15]
Dan kemudian menjadi salah satu dari sumber-sumber pokok ajaran Nanak,
pendiri sikh.[16]
Diantara ajaran-ajaran kabir adalah
sebagai berikut:
a)
Ia mengakui adanya satu Zat yang tertinggi,
yaitu Tuhan. Yang disebut dengan nama Ram. Tuhan bukanlah penjelmaan Wisnu.
Oleh karena itu menyembah banyak ilah adalah salah.
b)
Kitab-kitab
dianggapnya berharga, namun kitab-kitab itu tidak boleh dihormati secara
berlebihan.
c)
Sabha
yaitu firman Tuhan adalah penting sekali, tanpa sabha orang
akan buta secara Rohani, tanpa mendapatkan pintu gerbang kepada sabha
orang akan tersesat.
d)
Sabha diterimanya dengan perantaraan pengilhaman ilahi dan dengan
perantaraan kata-kata guru. [17]
VI.
TUJUAN GERAKAN KABIR
yaitu barusaha membersihkan agama Hindu dari pada noda-nodanya yang
melemahkan kedudukan agama itu di dalam perjuangan Hindu dan Islam,[18]
serta mencoba mengusahakan agar agama Hindu dan Islam saling mempengaruhi.[19]
VII.
KESIMPULAN
Gerakan Kabir ini muncul hanya melalui pemikiran yang emisional
yang kemudian Guru Nanak mengispirasikan
dari ajaran Kabir.
Kabir adalah
seorang mistikus (ahli tasawuf) dan penyair India. Lahir pada abad ke-15
kira-kira tahun (1440-1518). Pada mulanya penganut Vaishanafa,
kemudian pembaharu Ramananda, dan menjadi pimpinan yang menolak kasta serta
menyerukan kesatuan agama. Ia disembah orang Islam dan orang Hindu. Peranannya
yang sangat penting memberikan ilham kepada pendiri agama Sikh.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Asmoro. Filsafat
Umum, Jakarta: Rajawali Pers,
2010
Ali, Matius. Filsafat India sebuah
Pengantar Hinduisme dan Buddhisme. Tangerang: Sanggar Luxor, 2011
Hadiwijono, Harun, Agama Hindu dan buddha, Jakarta, PT. BPK
Gunung
Mulia,2010
Hadiwijono, Harun, Sari Filsafat India ,Jakarta:
GunungMulia, 1989
John M. Koller. Asian
Phlosophies.Di terjemahkan
oleh Donatus Sermada, (____: Ledalero, 2010), h. 234
kebung Konrad, Filsafat Berfikir Orang Timur {Indonesia, Cina dan
India}, Jakarta:PT.prestasi Pustaka Kasih, 2011
Mashad,Dhurorudin Muslim di India, Jakarta, Pecil-324, 2006
[1]
Konrad kebung, Filsafat Berfikir Orang Timur {Indonesia, Cina dan India} ,(
Jakarta. PT.prestasi Pustaka Kasih,2011), h.115-116
[2]
ibid
[3]
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan buddha,( Jakarta, PT. BPK Gunung Mulia,2010) h.49
[4]
John M. Koller. Asian Phlosophies.Di
terjemahkan oleh Donatus Sermada, (____: Ledalero, 2010), h. 234
[5]Dhurorudin
Mashad, Muslim di India, (Jakarta, Pecil-324, 2006),h.2-4
[9]
Asmoro Achmadi. Filsafat Umum, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2010), h. 90
[11]Harun
Hadiwijono. Sari Filsafat India ,(Jakarta: GunungMulia, 1989), cet. IV,
h.103
[12]
John M. Koller. Asian Phlosophies.Di
terjemahkan oleh Donatus Sermada, (____: Ledalero, 2010), h. 234
[13]Pawang
artinya orang yang sudah mengajar dirinya mengenal Tuhan.
[14]Matius
Ali. Filsafat India sebuah Pengantar
Hinduisme dan Buddhisme, (Tangerang: Sanggar Luxor, 2010), h. 23
[15]
Konrad kebung, Filsafat Berfikir Orang Timur {Indonesia, Cina dan India} ,
(Jakarta. PT.prestasi Pustaka Kasih,2011),, h.116
[16]Harun
Hadiwijono. Sari Filsafat India ,(Jakarta: GunungMulia, 1989), cet. IV,
h.103
[17]Ibid.h.103
[18]
Harun Hadiwijono. Sari Filsafat India ,(Jakarta: GunungMulia, 1989),
cet. IV, h.103
[19]
Harun Hadiwijono. Agama hindu dan Budha, (Jakarta:
GunungMulia, 2010), h. 49
Tidak ada komentar:
Posting Komentar