Responding Paperss
Kelompok 11
(Annisa Khalida)
GERAKAN GURU NANAK DAN AJARAN-AJARANNYA
Kamis, 6
Desember 2012
Dosen
Pembimbing: Hj. Siti Nadroh, M.Ag
Oleh :
Siti Nurhayati
1111032100043
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
I. PENDAHULUAN
Agama
Hindu yaitu agama yang berkembang sampai dewasa ini di India. Hinduisme
sesungguhnya agama Brahma yang sudah bercampur dengan anasir-anasir agama
Budha. Yaitu kebudayaan Dravida dan filsafat-filsafat India.[1]
Pada awalnya bangsa India amatlah besar pemikiran-pemikiran filsafat India.
Namun, sesudah abad ke-14 filsafat India mulai mundur. Pemikiran sendiri
menjadi mandul. Tokoh-tokoh yang hanya setengah saja telah puas dengan
menirukan gema suara zaman yang lampau. Keadaan yang demikian itu
berlarut-larut hingga abad ke-18. Pada waktu itu timbullah kemungkinan serta
awal perkembangan baru.[2]
Pada abad ke-15 pengaru islam dapat dilihat dari gerakan religius di India
Utara dengan ciri monoteisme ketat dengan menghiraukan perbedaan kasta dan
menolak pemujaan imaji (patung, gambar, dan sebagainya). Sebagaimana contoh
kabir yang mengajarkan sebuah agama yang universal berdasarkan pada realisasi
personal akan Tuhan yang tinggal dihati manusia. Kemudian Guru Nanak yang akan
dibahas pada kali ini yaitu seorang yang telah mendirikan agama Sikh, yang
berusaha menyelaraskankan agama Islam dengan Hindu.
II. Latar Belakang Permulaan Pengaruh Islam di India
Zaman pererintahan khalifah-khalifah, mulai dari
khalifah Abu Bakar, Umar dan keturunan mereka pengaruh Islam lambat laun
bertambah luas. Dengan mencapai kemenangan-kemenangan yang gilang gemilang
bangsa Arab dibawah panji Islam menaklukan negeri-negeri Palestina, Syiria
(Syam, Mesir, Afrika Utara, Spanyol, Irak dan Iran (Persia). Sehingga pada
tahun 75 H kerajaan dari keturunan-keturunan khalifah Umar telah berbatas
disebelah Timur dengan tanah India dan Tiongkok. Khalifah yang menguasai Iran
dan berdiam di Bagdad menyerah pamarintaha daerah-daerah disebelah timur itu
kepada emir-emirnya.
Salah seorang diantara emir-emir itu bernama Ibn
Kasim. Ditahun 712 atau 93 H, ia disuruh oleh khalifah Walid II memerangi
negeri Sindh, yaitu daerah sungai Indus bagian India yang paling jauh disebelah
barat dan ia menaklukkan negeri itu juga. Itulah permulaan pengaruh bangsa Arab
di India. Perhubungan dengan Iran bertambah rapat, baik yang mempergunakan
jalan darat maupun laut. Jadi pehubungan yang mula-mula diadakan oleh Iskandar
Zul Karnain dizaman Islam bertambah teguh dan kekal sampai sekarang.
Penyerangan yang kedua yang dilakukan oleh bangsa
Arab baru terjadi 300 tahun kemudian. Disebalah Timur Iran timbul suatu
kerajaan baru yaiti kerajaan Ghazni,
terletak di Afghanistan sekarang, yang diperintah oleh seorang raja bernama Mahmud
Ghazni, bangsa Turki. Diantara tahun 1000-1026 (390-417H) ia memerangi
daerah Punjab yang ditaklukannya juga. Akan tetapi, kerajaan Ghazni
dibelakang hari direbut oleh Muhammad Ghuri. Sultan inilah yang
mengadakan serangan terhadap India semata-mata untuk merebut seluruh negeri itu.
Waktu pemerintahannya dari 1175-1203 (570-601H) ia menduduki Punjab, Gujarat,
Bihar dan Benggala, jadi dapat dikatakan
seluruh Hindustan. Sungguhpun raja-raja Hindu mengadakan persekutuan
yang kuat untuk melawan musuh baru itu, mereka dikalahkan juga dua kali di
Tarain dekat Delhi, suatu tempat yang merupakan pintu gerbang kelembah gangga.
Seperti pada zaman Iskandar Zul Karnain, tentera Hindu tidak berdaya sma sekali
menghadapi tentara yang sudah biasa bergerak dengan cepat dan yang mempunyai
pengalaman berperang. Dalam menahan desakan tentara Islam itu, nyatalah juga
bahwa dasar-dasar cara berperang sebagai tertulis dalam kitab-kitab dan
beberapa sastra-sastra Hindu yang menyerah kewajiban berperang kepada golongan
Ksatrya saja, tidak berarti lagi untuk melawan musuh yang tidak mengindahkan
peraturan-peraturan Hindu seperti tentara Arab yang sudah diasah di Afrika
Utara, Spanyol dan lain-lain medan perang.
Pembagian masyarakat Hindu dalam beberapa golongan ternyata tidak dapat
dipegang lagi dalam masa-masa bahaya. Tentara Hindu sekalipun luar biasa
besarnya tidak dibantu oleh segala lapisan masyarakat dan oleh karena itu lemah
pada hakekatnya.[3]
III. Masa Pertengahan
(1000-1800 M)
Ciri
utama masa ini menunjukan fakta bahwa Islam memberikan sebuah konteks mendasar
bagi perkembangan Hinduisme sebagai teks. Pendukung Alberuni, Mahmud Ghazni
memimpin tujuh belas serangan yang gemilang ke India dan mematahkan perlawanan
orang-orang Hindu dengan mudah. Dia lebih tertarik untuk menghancurkan
kota-kota daripada membangun kerajaan. Pada tahun 1192, penguasa utama Rajput
di Utara dikalahkan dan dibunuh oleh Muhammad Guri, pada tahun 1200, dinasti
budak (slave dynasty) mendirikan
aturan muslim di India Utara dan berakhir sampai 1858.
Hinduisme
berkembang dengan baik, sampai kedatangan Islam, dalam mengakomodasikan, jika
bukan menyerap semua tantangan dalam bentuk agresi dari luar dan perpecahan dari dalam. Islam memberikan
pengaruh ganda bagi Hinduisme, disatu pihak Islam menganjurkan perpindahan
agama; dipihak lain, Islam lebih mendorong kecenderungan yang lebih agaliter
dan monoteistik kepada kaum Hindu. Kemudian muncul tokoh-tokoh yang berusaha
menjembatani jurang pemisah antara keduanya, seperti Kabir dan Guru Nanak.[4]
Memang
ada interaksi antara Islam mistis dan Hinduisme, namun ajaran utama Hinduisme
menarik diri ke dalam kerang pelindung; dan secara mendasar berada dalam
cengkraman keputusan politik, sehingga berbalik ke arah penghiburan spiritual
pada Tuhan. Hal ini terlihat dengan berkembangnya gaya hidup sebagai patapa
atau pengunduran diri dari kehidupan duniawi. Kehidupan sanyasin menjadi semacam pelarian diri, seperti yang dilihat dengan
jelas oleh guru Nanak. Pada sekitar abad ke-16, keekstreman Hinduisme terlihat
jelas dalam karya-karya puisi devosional dengan kulaitas sensasional, yang
gerakannya diwakili oleh Surdas, Tulsidas, Mirabai, dan lain-lain.[5]
IV. Mengenal Sosok Guru Nanak Sebagai Pendiri Agama Sikh
Guru
Nanak merupakan pencipta agama Sikh, dilahirkan pada tanggal 15 april 1469
Masehi di Talwandi Rai Bhoi sekarang terkenal sebagai Nanakana Sahib di distrik
sheikhupura di Punjab, kini diwilayah Pakistan Barat. Ayahnya Mehta Kalu,
adalah seorang Hindu dari golongan Bedi keturunan kesatria dan ia bekerja sebagai
akuntan desa pada Rai Bular, seorang Islam, tuan tanah setempat. Ia mempunyai
sebidang tanah yang luas dan sejumlah ternak yang cukup banyak. Ibunya bernama
Tripta dan kakak perempuannya Nanaki, yang berumur lima tahun lebih tua dari
padanya. Dari sejak masa kanak-kanak Nanak terkenal sebagai seorang anak yang
memiliki watak yang luar biasa, sangat condong ke arah pengabdian dan
kebaktian.
Pada
umur tujuh tahun, Nanak dikirim ke sekolah dasar untuk menerima pelajaran
mengenai Devanagri, sansekerta dan berhitung. Tapi segalanya ini tidak
menyenangkan hatinya. Ia yang telah ditakdirkan untuk suatu panggilan lain,
yaitu panggilan seorang pembentuk, telah memiliki visi yang luas, segala
pelajaran yang diberikan oleh gurunya ia jawab sebelum diberikan, sehingga
gurunya menjadi tercengang dan mengakui bahwa Nanak adalah seorang anak yang
luarbiasa.
Kemudian
ia dikirim kepada seorang Brahmin untuk mempelajari buku-buku Veda dan Shastra,
tetapi disini juga ia tidak belajar lama. Setelah sudah agak mahir dalam bahasa
parsi, ia meninggalkan sekolah dan bergabung dengan orang-orang suci. Tindakan
ini sangat menusuk hati ayahnya yang berusaha keras agar anaknya merubah
pendiriannya dan menjadi seorang padagang.
Guru
Nanak selalu melawan adat istiadat kolot agama Hindu sehingga pada umur
Sembilan tahun ketika ia hendak dikalungi benang keagamaan di lehernya pada
upacara Yajnopayitam ia menolak dengan tegas dan meminta penjelasan akan guna
benang tersebut. Setelah di jelaskan oleh pendeta keluarganya bahwa benang tersebut adalah lambang agama
Hindu dan bahwa tanpa benang tersebut seorang Hindu dari kasta tinggi biasanya
kehilangan hak-hak kekastaanya. Ia makin keras menolak dianugrahi benang
tersebut. Ia banyak melakukan keajaiban-keajaiban untuk menyebarluaskan ajaran-ajaranya
dan untuk membawa umat manusia yang sedang menderita sengsara kembali kepada
jalan yang benar.
Kakaknya
Nanaki dikawinkan dengan Jai Ram, sekretaris Daulat Khanlodi, Gubernur provinsi
Punjab dengan ibukotanya di Sultanpurlodi. Jai Ram terkadang-kadang suka
mengunjungi desa Rai Bular. Pada salah satu kunjungannya Rai Bular menjelaskan
kepada Jai Ram betapa kejamnya Nanak diperlakukan oleh ayahnya dan mohon agar
ia mencarikan pekerjaan untuk Nanak. Jai Ram menepati janjinya dan Nanak
ditugaskan sebagai Modi atau pengawas Toko pada salah satu perusahaan Daulat
Khanlodi pada akhir tahum 1487. Nanak menunaikan tugas dengan baik dan membawa
penghasilan yang bagus.
Tujuh
bulan setelah ia bekerja pada Daulat Khanlodi itu, Nanak dikawinkan pada tahun
1488 dengan Sulakhani, putrid Mulchand dari Batala yang bekerja sebagai Patwari
(akuntan desa) di Pokhoke-Randhwa di distrik Gurdaspur. Ia dikaruniai dua orang
putra, Siri Chand dan Lakhmi Das yang masing-masing lahir pada tahun 1497.
Pada
tanggal 20 Agustus 1507 sebagaimana biasa pada suatu pagi sebelum fajar ia
pergi untuk mandi dikali Ravi sesaat setelah mandi ia duduk bermeditasi dan
pada waktu itulah mendengar panggilan tuhan agar ia mengabdikan hidupnya bagi
kebaikan dunia, dengan menuntun manusia ke jalan yang benar menuju tuhan.
Menurut cerita, pagi hari itu Nanak menyelam ke dalam air dan tidak
muncul-muncul lagi. Hal tersebut dilaporkan kepada majikannya dan Nanak dituduh
korupsi dalam dagang, yang tenyata sama sekali tidak benar setelah diperiksa pembukuannya.
Selama masa penyelamannya ia dikatakan menghadap tuhan dan muncul kembali pada
hari keempat setelah ia menyelam. Ia sekarang tidak lagi bekerja sebagai
pengawas toko tetapi mengabdi kepada misi agung dari hidupnya, untuk menunjukan
jalan yang benar kepada umat manusia yang sedang berbuat kesalahan-kesalahan
besar dan penderitaan-penderitaan yang menekan. Teman-teman sekerjanya sangat
menyayangkan keberhentiannya itu karena ia sangat disenangi mereka berkat
efisiensi serta kejujurannya.
Ia
meninggalkan desanya dengan berjalan kaki untuk berkhotbah kepada rakyat.
Sekarng ia bukan seorang Nanak lagi tetapi telah memperoleh peranan seorang
Guru duniawi dan disebut sebagai Guru Nanak. Dengan mengatasi kesedihan
istrinya dan berjanji untuk sewaktu-waktu mengunjungi kakaknya Nanaki ia
memulai perjalanannya dengan ditemani oleh Mardana Bhai. Tempat pertama yang
penting yang ia kunjungi adalah Sayyedpur di kota Eminabad di distrik
Gujranwala.
Ia
membagi perjalanannya atas lima bagian, bagian yang memakan waktu kira-kira
tiga pululh tahun untuk meluaskan daerah ajarannya. Ia mengelilingi seluruh
India, Srilangka (menurut beberapa orang juga kepulauan Maladewa dan Lokadewa).
Perjalanan-perjalanan itu meluas ke Assam dan Birma di Timur, Tibet, Turkistan
dan Siberia Selatan di Utara, dan Afganistan, Iran, Arab Saudi dan Turki di
Barat.
Dalam
perjalanannya ke Selatan ia mengunjungi pusat-pusat penting agama Hindu. Untuk
menyampaikan fahamnya kepada umat manusia ia mengunjungi tempat-tempat suci
pada waktu sedang dilangsungkan suatu upacara sembahyang.
Demikianlah
ke mana-mana ia pergi menyebarkan ajaran-ajarannya sehingga ia menarik banyak
pengikut dan simpatisan-simpatisannya. Sesudah mengakhiri perjalananya ke
Selatan, Timur, dan Utara, Guru Nanak kembali ke Punjab lagi dan dari sinilah
mulai lagi perjalanannya kea rah Barat. Ia mengunjungi Lahore, Peshawar,
Bagdad, Mekkah, Madinah, Jerusalam, Damaskus, Alleppo dan lain-lain tempat
suci.
Nanak
merasa puas dengan menyebutkan dirinya sebagai seorang Guru dan tidak menuntut
untuk dinamakan orang suci (divinity) atau penghubung tuhan. Ia tidak
menyatakan tulisan-tulisannya ataupun ucapan-ucapannya dengan baju “ramalan”
atau kesucian dari suatu “pesan”. Ajaran-ajaran Nanak adalah suatu
perombakan terhadap segala sesuatu yang buruk dalam kehidupan masyarakat maupun
agama pada jamanya.[6]
Guru
Nanak pendiri agama Sikh, berada dalam
kondisi spiritual yang sama dengan Kabir. Ia mungkin juga seorang muslim,
meskipun tradisi Hindu dan Sikh sama-sama memandangnya sebagai seorang Hindu.
Seperti Kabir ia mencari jalan untuk mengatasi perbedaan antara Islam dan
Hinduisme dengan mempersatukan penganut Hindu dan Muslim atas dasar
kebenaran-kebenaran spiritual utama yang menjadi milik bersama kedua agama ini.
Ia juga mengutuk penyembahan terhadap berhala dan politeisme Hindu dengan
berpegang teguh pada kehendak dan niat Allah yang mahakuasa dan mahatahu saja.
Namun pendiriannya yang teguh ini tentang keunikan dan kemutlakan Allah
didasarkan bukan pada tendensi Islam yang mengeklusifkan apa yang bukan menjadi
kodrat dari Allah sendiri, melainkan lebih pada tendensi India kuno yang
merangkum segala sesuatu dalam satu kesatuan yang lebih besar sambil mengakui
dengan cara itu unsu-unsur yang berlawanan
sebagai unsur-unsur yang berhubungan dan saling melengkapi.
Jalan
hidup Sikhisme adalah untuk mencapai keselamatan melalui persatuan dengan
Allah; pribadi Allah yang hidup dihadirkan melalui cinta. Persatuan dengan
Allah adalah tujuan terakhir. Hidup tidak punya arti bila berpisah dari Allah.
Sebagaimana Guru Nanak berkata,”Betapa ngeri perpisahan itu ketika terpisah
dari Allah, dan betapa membahagiakan persatuan itu, ketika bersatu dengan Dia”.[7]
V. Asal Usul Agama Sikh
Agama
Sikh berasal dari anak benua Indo-Pakistan, tepatnya wilayah bagian Punjab. Di
tempat ini pula Ahmadiyah muncul pada pertengahan abad ke-19. Hingga sekarang
daerah Punjab menjadi wilayah kediaman
sebagian besar pengikut agama Sikh dan Sikha, yang menurut catatan paling akhir berjumlah sekitar 16 juta jiwa atau sekitar
2% dari seluruh penduduk India saat ini.
Agama
Sikh lahir bersamaan dan mulai berkembang bersamaan dengan waktunya dengan
kelahiran agama Protestan di Eropa, yaitu di akhir abad ke-19 Masehi. Guru
Nanak sendiri hanya empat belas tahun lebih tua dari pada Martin Luther.
Pendiri agama Protestan itu. Motivasinya juga senada dengan kelahiran
Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi terhadap eksistensi dan
kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka agma Sikh lahir sebagai
reaksi terhadap agama Brahma atau Hinduisme.
Memang,
baik dari segi sosial dan politik, maupun dari segi pandangan agama, agama Sikh sungguh-sungguh menentang
pengaruh Brahmana dan sistem kasta yang diajarkannya. Mungkin pendapat yang
menyatakan bahwa ia lebih dekat dengan Islam dari pada Hinduisme itu ada
benarnya.[8]
VI. Ajaran-ajaran Guru Nanak (Ajaran Agama Sikh)
·
Tentang Tuhan Yang Maha Esa
Dalam ajarannya mengenai Tuhan Yang Maha Esa, Guru Nanak selalu
menandaskan bahwa Tuhan adalah tunggal, yang Maha Esa. Ia tiada
termanifestasikan dan juga termanifestasikan dalam segala hal, tidak terbatas,
ia bertahta di mana-mana, termasuk di dalam tubuh dan jiwa manusia. Maka itu
Guru Nanak mengajarkan bahwa, kalau orang ingin kebahagiaan dan menemui Tuhannya,
carilah Ia dalam jiwa.
Menurutnya Tuhan adalah pencipta tetapi juga pemusnah. Ia adalah
pemberi tetapi juga Ia adalh Peminta Kembali, kebesaran Tuhan tidaklah dapat
dinyatakan dengan kata-kata manusia dan Ia tidak boleh dilupakan sekejap jua.
Dan bila orang ingin menemuan kekayaan spiritual, orang harus mengikuti
ajaran-ajaran tuhan.
Tiadalah terbatas kebajikan, rahmat, inspirasi, jangkauan,
penglihatan, dan cipta Tuhan. Dan tidaklah ada bandingan-Nya kemurahan,
penerimaan, pengampunan, dan perintahNya, sebab Tuhan adalah Kebenaran dan
Kenyataan di masa lalu, di masa kini, dan masa yang akan datang.
Seperti beberapa Syair dibawah ini dari beberapa syairnya tentang
Ke-Esaan Tuhan
Tuhan itu tunggal
Ia adalah Pencipta segala
Ia tanpa rasa takut apapun
Ia tiada mempunyai musuh
dan Ia tidak mengenal mati
Ia bebas dari inkarnasi
·
Tentang Sabda Adalah Kata Tuhan
Menurut Guru Nanak, sabda adalah kata Tuhan. Orang dapat memiliki
kekuatan suci dan mencapai status yang mulia dalam masyarakat, baik kini maupun
nanti apbila dapat menyadari arti Sabda tersebut.
Guru Nanak menganjurkan agar tiap orang dapat menyatukan diri
dengan Sabda untuk mengerti misteri hidup di dunia kini dan dunia kelak. Dan
apabila seseorang telah menyatukan diri dengan sabda tersebut maka ia harus
melaksanakan Sabda tersebut dan orang dapat menuntun orang lain, kesadarannya
terangkat menuju kemanusiaan universal, terbebas dari duka dan derita dan lepas
dari roda inkarnasi, menuju kelepasan dan kedamaian abadi.
Sabda dalam arti kata yang sebenarnya adalah kata Tuhan dengan
menyebut Nama Tuhan. Sabda sebenarnya telah terucapkan. Dan Sabda mengungkapkan
dirinya dalam seluruh cipta Tuhan, bergetar tiada terbatas, ke setiap penjuru,
juga ke setiap hati sanubari manusia.
·
Tentang Guru Adalah Penuntun Hidup
Abadi
Dengan tuntunan seorang Guru yang arif-bijaksana, yang suci dan
yang agung, pengabdian kepada Tuhan dapat diarahkan dengan tepat dan mencapai
tujuannya, sebab Guru itu akan memperlihatkan tempat yang sebenarnya, akan
membuka misteri alam semesta ini dan membawa kebahagiaan dan ketentraman ke
dalam hati setiap penganut.
·
Tentang Praktek Spirituil
(Sadhasana)
Bagi Guru Nanak, hidup spiritual adalah melaksanakan praktek
spiritual dengan selalu tunduk kepada Sabda Tuhan melalui petuah-petuah dan ajaran-ajaran
Guru. Tuhan adalah penuntun kalbu dan dengan Sabda-Nya orang harus
mengendalikan jiwa dan pikirannya dan dengan petunjuk-petunjuk Guru orang akan
diantar menuju jalan kebenaran.
Mendengarkan Sabda menurut Guru Nanak adalah mempraktekan Sabda tersebut.
Dan mempraktekan Sabda adalah melaksanakan tugas hidup di dunia ini bagi
kebajikan dan kebenaran. Tuhan adalah penuntun yang memimpin kita lewat
SabdaNya (Satnam), lewat kongregasi para pendita (satsangat) dan lewat guru
sejati (Satguru). berarti menumbuhkan persaudaraan universal, mendalami
pengetahuan dan buku suci, mengampuni orang yang bertobat, melaksanakan kitan,
mempraktekan perbuatan-perbuatan suci, sabar, sederhana, rela memberi, penuh
kasih sayang, dan jujur,
Melaksanakan tuntunan Tuhan ini
adalah melaksankan praktek spiritual, praktek spiritual nafsu jahat, bekerja
keras, berbuat kebajikan selalu, membela kebenaran.
Bagi Guru Nanak, penyiksaan diri sebagai praktek spiritual atau
petapa yang membabi-buta atau menggunakan jubah agama berlebihan atau berbuat
amal dan ibadah secara formil belaka, adalah hiporkrit yang tidak sesuai dengan
sabda Tuhan. [9]
VII. Kitab Suci Agama Sikh
Kepemimpinan
guru yang menguasai kehidupan agama Sikh berakhir secara resmi dengan
berakhirnya jabatan guru yang kesepuluh pada tahun 1708 sejak itu yang menjadi
guru kaum Sikh adalah kitab sucinya, terutama Adi Granth, karena disamping kitab ini terdapat pula kitab suci
yang kedua, yaitu Dasam Granth. Tersusunnya
kedua kitab ini tidak bisa dipisahkan dari peranan guru-guru dalam agama
tersebut.
a. Adi Granth
kitab suci ini juga disebut Guru Granth Sahib, dan merupakan kitab
yang disusun oleh guru yang kelima, Arjun, di Amritsar. Sebelumnya Guru Angarh,
guru kedua, sudah berjasa memelopori penyusunan naskah Punjabi, Gumurkhi
kedalamnya ia masukan himpunan syair-syair serta fatwa-fatwa Guru Nanak. Naskah
ini menjadi embrio bagi kelahiran Adi Granth.
Tulisan-tulisan Adi Granth dapat
digolongkan tiga macam, yaitu pertama, nyanyian-nyanyian suci yang disusun oleh
guru-guru Sikh, yang terdiri dari 2218 syair, kedua, nyanyian yang berasal dari
kaum mistik, baik bagi yang beragama Hindu maupun kaum Sufi, ketiga, pujian-pujian
yang ditujukan terhadap guru Sikh, disusun oleh para penyair pengembara Sikh.
b.Dasam Granth
Kitab ini juga disebut dengan Dasvin Padshah ka Granth dan merupakan
kumpulan tulisan Guru Govind Singh sendiri. Isinya dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu bagian mitologi;
bagian yang bercorak filosofies, bagian yang berisi otobiografi; bagian yang
ada sangkut pautnya dengan masalah hawa nafsu atau erotik.
Bagian terbesar adalah mitologi,
yaitu dongeng-dongeng yang diceritakan oleh Guru Govind Singh mengenai
dewa-dewa dan dewi-dewi agama Hindu. Unsur yang memuat masalah-masalah yang
bersifat folosofies adalah bagian yang terdiri dari karya-karya terkenal
seperti Jap Sahib (tidak sama dengaan
Jappi Guru Nanak) Akal Ustat, Gyian
Probodh dan Sabad Hazare. Bagian
yang berkenaan dengan riwayat hidup atau biografi termasuk kedalam Bichitra Natak dan Zafar Nama. Bagian yang berkenaan dengan uraian yang ada
hubungannya dSengan hawa nafsu atau erotic, yang biasa dibandingkan dengan Pakhyan Charits dan hikayat-hikayat,
termasuk diantaranya adalah cerita-cerita yang diceritakan oleh Guru Goving
Singh mengenai godaan-godaan kaum wanita serta penuh cerita-cerita yang sangat
cabul.[10]
DASASILA AJARAN GURU NANAK
1.
Engkau harus percaya padaTuhan yang Maha Esas.
2.
Engkau harus menghormati manusia sesamamu, baik laki-laki maupun
wanita, dengan respek yang sejajar.
3.
Engkau harus mempunyai rasa peri-kemanusiaan yang luas da mendalam.
4.
Engkau harus memajukan watak pribadimu dengan perbuatan kebajikan
yang mulia dan luhur.
5.
Engkau harus selalu ingat kepada Tuhan.
6.
Engkau tidak
boleh buta akan kepercayaan.
7.
Engkau harus menolak perbedaan kasta.
8.
Engkau tidak boleh berjanji dengan mempergunakan bentuk dan adat istiadat agama.
9.
Engkau tidak boleh menyangkal kenyataan dunia ini.
10.
Engkau tidak boleh percaya dengan perantaraan seorang pemimpin
rohani akan
penyelamatan dirimu atas hukuman Tuhan
KESIMPULAN
Guru Nanak merupakan pendiri agama Sikh yang mana ia
menyelaraskan antara agama Islam dengan agama Hindu. Ia berada dalam kondisi
spiritual sama seperti Kabir. Ia mungkin juga seorang muslim. Meskipun tradisi
Sikh dan Hindu sama-sama memandangnya sebagai orang Hindu. Seperti Kabir, Ia
mencari jalan untuk mengatasi perbedaan Islam dan Hinduisme dengan
mempersatukan agama Hindu dan Muslim atas dasar kebenaran-kebenaran spiritual
utama yang menjadi milik bersama kedua agama ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Matius. filsafat India (sebuah pengantar HInduisme dan Buddhisme). Sanggar
Luxor. 2010 cet.1.
Ali. Mukti, Agama-Agama Di Dunia. Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988.
Harun, Hadiwijono. Sari Filsafat
India. Tanggerang: Sanggar Luxor. 2010
Koller, John M. filsafat Asia (judul asli: Asian Philosophies). Flores NTT Ledalero. 2010. Cet. 1.
Pendit, Njoman S. Guru
Nanak dan Agama Sikh. Jakarta: Yayasan Sikh Gurdwara Mission. 1988 cet.2
Thalhas. Pengantar
Study Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Galura
Pase. 2004
T.S.G. Mulia. India Sejarah Polotik dan Kebangsaan. Jakarta:
Dinas Pemerintahan Balai Pustaka. Cet.
III. 1959
[1] Thalhas. Pengantar Study Ilmu Perbandingan Agama. (Jakarta : Galura Pase.
2006), h.55
[2] Hadiwijono,
Harun. Sari Filsafat India. (Jakarta:
BPK Gunung Mulia. 1989), h. 102
[3] T.S.G Mulia.
India. (Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka. 1959), h. 50-51
[4] M. Ali. Filsafat India, hal. 23. Dikutip dari
Buku; Sharma, Arvind. “Hinduism” dalam Our
Religion,
h. 39
[5] M. Ali. Filsafat India, hal. 24. Dikutip dari
Buku; Sharma, Arvind. “Hinduism” dalam Our
Religion, h. 39
[6] Njoman S. Pendit.
“Guru Nanak dan Agama Sikh”, Yayasan
Sikh Gurdwara Mission. Jakarta 1988 cet.2 h.17-20
[7] John M.Koller filsafat Asia (judul asli: Asian
Philosophies). Ledalero. Flores NTT 2010. Cet. 1. hal. 235-236
[8]
H. A. Mukti Ali. Agama-Agama Di Dunia. (Jogjakarta:
IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988), Cet. 1. hal. 185
[9] Njoman S. Pendit.
“Guru Nanak dan Agama Sikh”, hal
65-87
[10] H. A. Mukti Ali
“Agama-agama Dunia” (Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press.
1988), hal.206-207
Tidak ada komentar:
Posting Komentar