Kamis, 20 Desember 2012

Responding Papers Gerakan Nanak dan Ajaran-ajaranya



Responding Paperss
Kelompok 11 (Annisa Khalida)

GERAKAN GURU NANAK DAN AJARAN-AJARANNYA

Kamis, 6 Desember 2012
Dosen Pembimbing: Hj. Siti Nadroh, M.Ag



Oleh :
Siti Nurhayati
1111032100043




    JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

I. PENDAHULUAN
Agama Hindu yaitu agama yang berkembang sampai dewasa ini di India. Hinduisme sesungguhnya agama Brahma yang sudah bercampur dengan anasir-anasir agama Budha. Yaitu kebudayaan Dravida dan filsafat-filsafat India.[1] Pada awalnya bangsa India amatlah besar pemikiran-pemikiran filsafat India. Namun, sesudah abad ke-14 filsafat India mulai mundur. Pemikiran sendiri menjadi mandul. Tokoh-tokoh yang hanya setengah saja telah puas dengan menirukan gema suara zaman yang lampau. Keadaan yang demikian itu berlarut-larut hingga abad ke-18. Pada waktu itu timbullah kemungkinan serta awal perkembangan baru.[2] Pada abad ke-15 pengaru islam dapat dilihat dari gerakan religius di India Utara dengan ciri monoteisme ketat dengan menghiraukan perbedaan kasta dan menolak pemujaan imaji (patung, gambar, dan sebagainya). Sebagaimana contoh kabir yang mengajarkan sebuah agama yang universal berdasarkan pada realisasi personal akan Tuhan yang tinggal dihati manusia. Kemudian Guru Nanak yang akan dibahas pada kali ini yaitu seorang yang telah mendirikan agama Sikh, yang berusaha menyelaraskankan agama Islam dengan Hindu.

II. Latar Belakang Permulaan Pengaruh Islam di India
Zaman pererintahan khalifah-khalifah, mulai dari khalifah Abu Bakar, Umar dan keturunan mereka pengaruh Islam lambat laun bertambah luas. Dengan mencapai kemenangan-kemenangan yang gilang gemilang bangsa Arab dibawah panji Islam menaklukan negeri-negeri Palestina, Syiria (Syam, Mesir, Afrika Utara, Spanyol, Irak dan Iran (Persia). Sehingga pada tahun 75 H kerajaan dari keturunan-keturunan khalifah Umar telah berbatas disebelah Timur dengan tanah India dan Tiongkok. Khalifah yang menguasai Iran dan berdiam di Bagdad menyerah pamarintaha daerah-daerah disebelah timur itu kepada emir-emirnya.
Salah seorang diantara emir-emir itu bernama Ibn Kasim. Ditahun 712 atau 93 H, ia disuruh oleh khalifah Walid II memerangi negeri Sindh, yaitu daerah sungai Indus bagian India yang paling jauh disebelah barat dan ia menaklukkan negeri itu juga. Itulah permulaan pengaruh bangsa Arab di India. Perhubungan dengan Iran bertambah rapat, baik yang mempergunakan jalan darat maupun laut. Jadi pehubungan yang mula-mula diadakan oleh Iskandar Zul Karnain dizaman Islam bertambah teguh dan kekal sampai sekarang.
Penyerangan yang kedua yang dilakukan oleh bangsa Arab baru terjadi 300 tahun kemudian. Disebalah Timur Iran timbul suatu kerajaan baru yaiti  kerajaan Ghazni, terletak di Afghanistan sekarang, yang diperintah oleh seorang raja bernama Mahmud Ghazni, bangsa Turki. Diantara tahun 1000-1026 (390-417H) ia memerangi daerah Punjab yang ditaklukannya juga. Akan tetapi, kerajaan Ghazni dibelakang hari direbut oleh Muhammad Ghuri. Sultan inilah yang mengadakan serangan terhadap India semata-mata untuk merebut seluruh negeri itu. Waktu pemerintahannya dari 1175-1203 (570-601H) ia menduduki Punjab, Gujarat, Bihar dan Benggala, jadi dapat dikatakan  seluruh Hindustan. Sungguhpun raja-raja Hindu mengadakan persekutuan yang kuat untuk melawan musuh baru itu, mereka dikalahkan juga dua kali di Tarain dekat Delhi, suatu tempat yang merupakan pintu gerbang kelembah gangga. Seperti pada zaman Iskandar Zul Karnain, tentera Hindu tidak berdaya sma sekali menghadapi tentara yang sudah biasa bergerak dengan cepat dan yang mempunyai pengalaman berperang. Dalam menahan desakan tentara Islam itu, nyatalah juga bahwa dasar-dasar cara berperang sebagai tertulis dalam kitab-kitab dan beberapa sastra-sastra Hindu yang menyerah kewajiban berperang kepada golongan Ksatrya saja, tidak berarti lagi untuk melawan musuh yang tidak mengindahkan peraturan-peraturan Hindu seperti tentara Arab yang sudah diasah di Afrika Utara, Spanyol dan lain-lain medan perang.  Pembagian masyarakat Hindu dalam beberapa golongan ternyata tidak dapat dipegang lagi dalam masa-masa bahaya. Tentara Hindu sekalipun luar biasa besarnya tidak dibantu oleh segala lapisan masyarakat dan oleh karena itu lemah pada hakekatnya.[3]

III. Masa Pertengahan (1000-1800 M)
Ciri utama masa ini menunjukan fakta bahwa Islam memberikan sebuah konteks mendasar bagi perkembangan Hinduisme sebagai teks. Pendukung Alberuni, Mahmud Ghazni memimpin tujuh belas serangan yang gemilang ke India dan mematahkan perlawanan orang-orang Hindu dengan mudah. Dia lebih tertarik untuk menghancurkan kota-kota daripada membangun kerajaan. Pada tahun 1192, penguasa utama Rajput di Utara dikalahkan dan dibunuh oleh Muhammad Guri, pada tahun 1200, dinasti budak (slave dynasty) mendirikan aturan muslim di India Utara dan berakhir sampai 1858.
Hinduisme berkembang dengan baik, sampai kedatangan Islam, dalam mengakomodasikan, jika bukan menyerap semua tantangan dalam bentuk agresi dari luar  dan perpecahan dari dalam. Islam memberikan pengaruh ganda bagi Hinduisme, disatu pihak Islam menganjurkan perpindahan agama; dipihak lain, Islam lebih mendorong kecenderungan yang lebih agaliter dan monoteistik kepada kaum Hindu. Kemudian muncul tokoh-tokoh yang berusaha menjembatani jurang pemisah antara keduanya, seperti Kabir dan Guru Nanak.[4]
Memang ada interaksi antara Islam mistis dan Hinduisme, namun ajaran utama Hinduisme menarik diri ke dalam kerang pelindung; dan secara mendasar berada dalam cengkraman keputusan politik, sehingga berbalik ke arah penghiburan spiritual pada Tuhan. Hal ini terlihat dengan berkembangnya gaya hidup sebagai patapa atau pengunduran diri dari kehidupan duniawi. Kehidupan sanyasin menjadi semacam pelarian diri, seperti yang dilihat dengan jelas oleh guru Nanak. Pada sekitar abad ke-16, keekstreman Hinduisme terlihat jelas dalam karya-karya puisi devosional dengan kulaitas sensasional, yang gerakannya diwakili oleh Surdas, Tulsidas, Mirabai, dan lain-lain.[5]

IV. Mengenal Sosok Guru Nanak Sebagai Pendiri Agama Sikh
Guru Nanak merupakan pencipta agama Sikh, dilahirkan pada tanggal 15 april 1469 Masehi di Talwandi Rai Bhoi sekarang terkenal sebagai Nanakana Sahib di distrik sheikhupura di Punjab, kini diwilayah Pakistan Barat. Ayahnya Mehta Kalu, adalah seorang Hindu dari golongan Bedi keturunan kesatria dan ia bekerja sebagai akuntan desa pada Rai Bular, seorang Islam, tuan tanah setempat. Ia mempunyai sebidang tanah yang luas dan sejumlah ternak yang cukup banyak. Ibunya bernama Tripta dan kakak perempuannya Nanaki, yang berumur lima tahun lebih tua dari padanya. Dari sejak masa kanak-kanak Nanak terkenal sebagai seorang anak yang memiliki watak yang luar biasa, sangat condong ke arah pengabdian dan kebaktian.
Pada umur tujuh tahun, Nanak dikirim ke sekolah dasar untuk menerima pelajaran mengenai Devanagri, sansekerta dan berhitung. Tapi segalanya ini tidak menyenangkan hatinya. Ia yang telah ditakdirkan untuk suatu panggilan lain, yaitu panggilan seorang pembentuk, telah memiliki visi yang luas, segala pelajaran yang diberikan oleh gurunya ia jawab sebelum diberikan, sehingga gurunya menjadi tercengang dan mengakui bahwa Nanak adalah seorang anak yang luarbiasa.
Kemudian ia dikirim kepada seorang Brahmin untuk mempelajari buku-buku Veda dan Shastra, tetapi disini juga ia tidak belajar lama. Setelah sudah agak mahir dalam bahasa parsi, ia meninggalkan sekolah dan bergabung dengan orang-orang suci. Tindakan ini sangat menusuk hati ayahnya yang berusaha keras agar anaknya merubah pendiriannya dan menjadi seorang padagang.
Guru Nanak selalu melawan adat istiadat kolot agama Hindu sehingga pada umur Sembilan tahun ketika ia hendak dikalungi benang keagamaan di lehernya pada upacara Yajnopayitam ia menolak dengan tegas dan meminta penjelasan akan guna benang tersebut. Setelah di jelaskan oleh pendeta keluarganya  bahwa benang tersebut adalah lambang agama Hindu dan bahwa tanpa benang tersebut seorang Hindu dari kasta tinggi biasanya kehilangan hak-hak kekastaanya. Ia makin keras menolak dianugrahi benang tersebut. Ia banyak melakukan keajaiban-keajaiban untuk menyebarluaskan ajaran-ajaranya dan untuk membawa umat manusia yang sedang menderita sengsara kembali kepada jalan yang benar.
Kakaknya Nanaki dikawinkan dengan Jai Ram, sekretaris Daulat Khanlodi, Gubernur provinsi Punjab dengan ibukotanya di Sultanpurlodi. Jai Ram terkadang-kadang suka mengunjungi desa Rai Bular. Pada salah satu kunjungannya Rai Bular menjelaskan kepada Jai Ram betapa kejamnya Nanak diperlakukan oleh ayahnya dan mohon agar ia mencarikan pekerjaan untuk Nanak. Jai Ram menepati janjinya dan Nanak ditugaskan sebagai Modi atau pengawas Toko pada salah satu perusahaan Daulat Khanlodi pada akhir tahum 1487. Nanak menunaikan tugas dengan baik dan membawa penghasilan yang bagus.
Tujuh bulan setelah ia bekerja pada Daulat Khanlodi itu, Nanak dikawinkan pada tahun 1488 dengan Sulakhani, putrid Mulchand dari Batala yang bekerja sebagai Patwari (akuntan desa) di Pokhoke-Randhwa di distrik Gurdaspur. Ia dikaruniai dua orang putra, Siri Chand dan Lakhmi Das yang masing-masing lahir pada tahun 1497.
Pada tanggal 20 Agustus 1507 sebagaimana biasa pada suatu pagi sebelum fajar ia pergi untuk mandi dikali Ravi sesaat setelah mandi ia duduk bermeditasi dan pada waktu itulah mendengar panggilan tuhan agar ia mengabdikan hidupnya bagi kebaikan dunia, dengan menuntun manusia ke jalan yang benar menuju tuhan. Menurut cerita, pagi hari itu Nanak menyelam ke dalam air dan tidak muncul-muncul lagi. Hal tersebut dilaporkan kepada majikannya dan Nanak dituduh korupsi dalam dagang, yang tenyata sama sekali tidak benar setelah diperiksa pembukuannya. Selama masa penyelamannya ia dikatakan menghadap tuhan dan muncul kembali pada hari keempat setelah ia menyelam. Ia sekarang tidak lagi bekerja sebagai pengawas toko tetapi mengabdi kepada misi agung dari hidupnya, untuk menunjukan jalan yang benar kepada umat manusia yang sedang berbuat kesalahan-kesalahan besar dan penderitaan-penderitaan yang menekan. Teman-teman sekerjanya sangat menyayangkan keberhentiannya itu karena ia sangat disenangi mereka berkat efisiensi serta kejujurannya.
Ia meninggalkan desanya dengan berjalan kaki untuk berkhotbah kepada rakyat. Sekarng ia bukan seorang Nanak lagi tetapi telah memperoleh peranan seorang Guru duniawi dan disebut sebagai Guru Nanak. Dengan mengatasi kesedihan istrinya dan berjanji untuk sewaktu-waktu mengunjungi kakaknya Nanaki ia memulai perjalanannya dengan ditemani oleh Mardana Bhai. Tempat pertama yang penting yang ia kunjungi adalah Sayyedpur di kota Eminabad di distrik Gujranwala.
Ia membagi perjalanannya atas lima bagian, bagian yang memakan waktu kira-kira tiga pululh tahun untuk meluaskan daerah ajarannya. Ia mengelilingi seluruh India, Srilangka (menurut beberapa orang juga kepulauan Maladewa dan Lokadewa). Perjalanan-perjalanan itu meluas ke Assam dan Birma di Timur, Tibet, Turkistan dan Siberia Selatan di Utara, dan Afganistan, Iran, Arab Saudi dan Turki di Barat.
Dalam perjalanannya ke Selatan ia mengunjungi pusat-pusat penting agama Hindu. Untuk menyampaikan fahamnya kepada umat manusia ia mengunjungi tempat-tempat suci pada waktu sedang dilangsungkan suatu upacara sembahyang.
Demikianlah ke mana-mana ia pergi menyebarkan ajaran-ajarannya sehingga ia menarik banyak pengikut dan simpatisan-simpatisannya. Sesudah mengakhiri perjalananya ke Selatan, Timur, dan Utara, Guru Nanak kembali ke Punjab lagi dan dari sinilah mulai lagi perjalanannya kea rah Barat. Ia mengunjungi Lahore, Peshawar, Bagdad, Mekkah, Madinah, Jerusalam, Damaskus, Alleppo dan lain-lain tempat suci.
Nanak merasa puas dengan menyebutkan dirinya sebagai seorang Guru dan tidak menuntut untuk dinamakan orang suci (divinity) atau penghubung tuhan. Ia tidak menyatakan tulisan-tulisannya ataupun ucapan-ucapannya dengan baju “ramalan” atau kesucian dari suatu “pesan”. Ajaran-ajaran Nanak adalah suatu perombakan terhadap segala sesuatu yang buruk dalam kehidupan masyarakat maupun agama pada jamanya.[6]
Guru Nanak  pendiri agama Sikh, berada dalam kondisi spiritual yang sama dengan Kabir. Ia mungkin juga seorang muslim, meskipun tradisi Hindu dan Sikh sama-sama memandangnya sebagai seorang Hindu. Seperti Kabir ia mencari jalan untuk mengatasi perbedaan antara Islam dan Hinduisme dengan mempersatukan penganut Hindu dan Muslim atas dasar kebenaran-kebenaran spiritual utama yang menjadi milik bersama kedua agama ini. Ia juga mengutuk penyembahan terhadap berhala dan politeisme Hindu dengan berpegang teguh pada kehendak dan niat Allah yang mahakuasa dan mahatahu saja. Namun pendiriannya yang teguh ini tentang keunikan dan kemutlakan Allah didasarkan bukan pada tendensi Islam yang mengeklusifkan apa yang bukan menjadi kodrat dari Allah sendiri, melainkan lebih pada tendensi India kuno yang merangkum segala sesuatu dalam satu kesatuan yang lebih besar sambil mengakui dengan cara itu unsu-unsur yang berlawanan  sebagai unsur-unsur yang berhubungan dan saling melengkapi.
Jalan hidup Sikhisme adalah untuk mencapai keselamatan melalui persatuan dengan Allah; pribadi Allah yang hidup dihadirkan melalui cinta. Persatuan dengan Allah adalah tujuan terakhir. Hidup tidak punya arti bila berpisah dari Allah. Sebagaimana Guru Nanak berkata,”Betapa ngeri perpisahan itu ketika terpisah dari Allah, dan betapa membahagiakan persatuan itu, ketika bersatu dengan Dia”.[7]

V. Asal Usul Agama Sikh
Agama Sikh berasal dari anak benua Indo-Pakistan, tepatnya wilayah bagian Punjab. Di tempat ini pula Ahmadiyah muncul pada pertengahan abad ke-19. Hingga sekarang daerah Punjab menjadi wilayah  kediaman sebagian besar pengikut agama Sikh dan Sikha, yang menurut catatan paling akhir  berjumlah sekitar 16 juta jiwa atau sekitar 2% dari seluruh penduduk India saat ini.
Agama Sikh lahir bersamaan dan mulai berkembang bersamaan dengan waktunya dengan kelahiran agama Protestan di Eropa, yaitu di akhir abad ke-19 Masehi. Guru Nanak sendiri hanya empat belas tahun lebih tua dari pada Martin Luther. Pendiri agama Protestan itu. Motivasinya juga senada dengan kelahiran Protestan. Kalau Protestan lahir sebagai reaksi terhadap eksistensi dan kekuasaan gereja Katolik Roma di daratan Eropa, maka agma Sikh lahir sebagai reaksi terhadap agama Brahma atau Hinduisme.                         
Memang, baik dari segi sosial dan politik, maupun dari segi pandangan  agama, agama Sikh sungguh-sungguh menentang pengaruh Brahmana dan sistem kasta yang diajarkannya. Mungkin pendapat yang menyatakan bahwa ia lebih dekat dengan Islam dari pada Hinduisme itu ada benarnya.[8]



VI. Ajaran-ajaran Guru Nanak (Ajaran Agama Sikh)
·         Tentang Tuhan Yang Maha Esa
Dalam ajarannya mengenai Tuhan Yang Maha Esa, Guru Nanak selalu menandaskan bahwa Tuhan adalah tunggal, yang Maha Esa. Ia tiada termanifestasikan dan juga termanifestasikan dalam segala hal, tidak terbatas, ia bertahta di mana-mana, termasuk di dalam tubuh dan jiwa manusia. Maka itu Guru Nanak mengajarkan bahwa, kalau orang ingin kebahagiaan dan menemui Tuhannya, carilah Ia dalam jiwa.
Menurutnya Tuhan adalah pencipta tetapi juga pemusnah. Ia adalah pemberi tetapi juga Ia adalh Peminta Kembali, kebesaran Tuhan tidaklah dapat dinyatakan dengan kata-kata manusia dan Ia tidak boleh dilupakan sekejap jua. Dan bila orang ingin menemuan kekayaan spiritual, orang harus mengikuti ajaran-ajaran tuhan.
Tiadalah terbatas kebajikan, rahmat, inspirasi, jangkauan, penglihatan, dan cipta Tuhan. Dan tidaklah ada bandingan-Nya kemurahan, penerimaan, pengampunan, dan perintahNya, sebab Tuhan adalah Kebenaran dan Kenyataan di masa lalu, di masa kini, dan masa yang akan datang.
Seperti beberapa Syair dibawah ini dari beberapa syairnya tentang Ke-Esaan Tuhan
Tuhan itu tunggal
Ia adalah Pencipta segala
Ia tanpa rasa takut apapun
Ia tiada mempunyai musuh
dan Ia tidak mengenal mati
Ia bebas dari inkarnasi
·         Tentang Sabda Adalah Kata Tuhan
Menurut Guru Nanak, sabda adalah kata Tuhan. Orang dapat memiliki kekuatan suci dan mencapai status yang mulia dalam masyarakat, baik kini maupun nanti apbila dapat menyadari arti Sabda tersebut.
Guru Nanak menganjurkan agar tiap orang dapat menyatukan diri dengan Sabda untuk mengerti misteri hidup di dunia kini dan dunia kelak. Dan apabila seseorang telah menyatukan diri dengan sabda tersebut maka ia harus melaksanakan Sabda tersebut dan orang dapat menuntun orang lain, kesadarannya terangkat menuju kemanusiaan universal, terbebas dari duka dan derita dan lepas dari roda inkarnasi, menuju kelepasan dan kedamaian abadi.
Sabda dalam arti kata yang sebenarnya adalah kata Tuhan dengan menyebut Nama Tuhan. Sabda sebenarnya telah terucapkan. Dan Sabda mengungkapkan dirinya dalam seluruh cipta Tuhan, bergetar tiada terbatas, ke setiap penjuru, juga ke setiap hati sanubari manusia.
·         Tentang Guru Adalah Penuntun Hidup Abadi
Dengan tuntunan seorang Guru yang arif-bijaksana, yang suci dan yang agung, pengabdian kepada Tuhan dapat diarahkan dengan tepat dan mencapai tujuannya, sebab Guru itu akan memperlihatkan tempat yang sebenarnya, akan membuka misteri alam semesta ini dan membawa kebahagiaan dan ketentraman ke dalam hati setiap penganut.
·         Tentang Praktek Spirituil (Sadhasana)
Bagi Guru Nanak, hidup spiritual adalah melaksanakan praktek spiritual dengan selalu tunduk kepada Sabda Tuhan melalui petuah-petuah dan ajaran-ajaran Guru. Tuhan adalah penuntun kalbu dan dengan Sabda-Nya orang harus mengendalikan jiwa dan pikirannya dan dengan petunjuk-petunjuk Guru orang akan diantar  menuju jalan  kebenaran.
Mendengarkan Sabda menurut Guru Nanak adalah mempraktekan Sabda tersebut. Dan mempraktekan Sabda adalah melaksanakan tugas hidup di dunia ini bagi kebajikan dan kebenaran. Tuhan adalah penuntun yang memimpin kita lewat SabdaNya (Satnam), lewat kongregasi para pendita (satsangat) dan lewat guru sejati (Satguru). berarti menumbuhkan persaudaraan universal, mendalami pengetahuan dan buku suci, mengampuni orang yang bertobat, melaksanakan kitan, mempraktekan perbuatan-perbuatan suci, sabar, sederhana, rela memberi, penuh kasih sayang, dan jujur,
Melaksanakan tuntunan Tuhan ini adalah melaksankan praktek spiritual, praktek spiritual nafsu jahat, bekerja keras, berbuat kebajikan selalu, membela kebenaran.
Bagi Guru Nanak, penyiksaan diri sebagai praktek spiritual atau petapa yang membabi-buta atau menggunakan jubah agama berlebihan atau berbuat amal dan ibadah secara formil belaka, adalah hiporkrit yang tidak sesuai dengan sabda Tuhan. [9]




VII. Kitab Suci Agama Sikh
Kepemimpinan guru yang menguasai kehidupan agama Sikh berakhir secara resmi dengan berakhirnya jabatan guru yang kesepuluh pada tahun 1708 sejak itu yang menjadi guru kaum Sikh adalah kitab sucinya, terutama Adi Granth, karena disamping kitab ini terdapat pula kitab suci yang kedua, yaitu Dasam Granth. Tersusunnya kedua kitab ini tidak bisa dipisahkan dari peranan guru-guru dalam agama tersebut.
a. Adi Granth
kitab suci ini juga disebut Guru Granth Sahib, dan merupakan kitab yang disusun oleh guru yang kelima, Arjun, di Amritsar. Sebelumnya Guru Angarh, guru kedua, sudah berjasa memelopori penyusunan naskah Punjabi, Gumurkhi kedalamnya ia masukan himpunan syair-syair serta fatwa-fatwa Guru Nanak. Naskah ini menjadi embrio bagi kelahiran Adi Granth.
Tulisan-tulisan Adi Granth dapat digolongkan tiga macam, yaitu pertama, nyanyian-nyanyian suci yang disusun oleh guru-guru Sikh, yang terdiri dari 2218 syair, kedua, nyanyian yang berasal dari kaum mistik, baik bagi yang beragama Hindu maupun kaum Sufi, ketiga, pujian-pujian yang ditujukan terhadap guru Sikh, disusun oleh para penyair pengembara Sikh.
b.Dasam Granth
Kitab ini juga disebut dengan Dasvin Padshah ka Granth dan merupakan kumpulan tulisan Guru Govind Singh sendiri. Isinya dapat dibagi menjadi empat
bagian, yaitu bagian mitologi; bagian yang bercorak filosofies, bagian yang berisi otobiografi; bagian yang ada sangkut pautnya dengan masalah hawa nafsu atau erotik.
Bagian terbesar adalah mitologi, yaitu dongeng-dongeng yang diceritakan oleh Guru Govind Singh mengenai dewa-dewa dan dewi-dewi agama Hindu. Unsur yang memuat masalah-masalah yang bersifat folosofies adalah bagian yang terdiri dari karya-karya terkenal seperti Jap Sahib (tidak sama dengaan Jappi Guru Nanak) Akal Ustat, Gyian Probodh dan Sabad Hazare. Bagian yang berkenaan dengan riwayat hidup atau biografi termasuk kedalam Bichitra Natak dan Zafar Nama. Bagian yang berkenaan dengan uraian yang ada hubungannya dSengan hawa nafsu atau erotic, yang biasa dibandingkan dengan Pakhyan Charits dan hikayat-hikayat, termasuk diantaranya adalah cerita-cerita yang diceritakan oleh Guru Goving Singh mengenai godaan-godaan kaum wanita serta penuh cerita-cerita yang sangat cabul.[10]
DASASILA AJARAN GURU NANAK
1.      Engkau harus percaya padaTuhan yang Maha Esas.
2.      Engkau harus menghormati manusia sesamamu, baik laki-laki maupun wanita, dengan respek yang sejajar.
3.      Engkau harus mempunyai rasa peri-kemanusiaan yang luas da mendalam.
4.      Engkau harus memajukan watak pribadimu dengan perbuatan kebajikan yang mulia dan luhur.
5.      Engkau harus selalu ingat kepada Tuhan.
6.      Engkau tidak boleh buta akan kepercayaan.
7.      Engkau harus menolak perbedaan kasta.
8.      Engkau tidak boleh berjanji dengan mempergunakan bentuk dan adat istiadat agama.
9.      Engkau tidak boleh menyangkal kenyataan dunia ini.
10.  Engkau tidak boleh percaya dengan perantaraan seorang pemimpin rohani akan penyelamatan dirimu atas hukuman Tuhan













KESIMPULAN
Guru Nanak merupakan pendiri agama Sikh yang mana ia menyelaraskan antara agama Islam dengan agama Hindu. Ia berada dalam kondisi spiritual sama seperti Kabir. Ia mungkin juga seorang muslim. Meskipun tradisi Sikh dan Hindu sama-sama memandangnya sebagai orang Hindu. Seperti Kabir, Ia mencari jalan untuk mengatasi perbedaan Islam dan Hinduisme dengan mempersatukan agama Hindu dan Muslim atas dasar kebenaran-kebenaran spiritual utama yang menjadi milik bersama kedua agama ini.



























DAFTAR PUSTAKA
Ali, Matius. filsafat India (sebuah pengantar HInduisme dan Buddhisme). Sanggar Luxor. 2010 cet.1.
Ali. Mukti, Agama-Agama Di Dunia. Jogjakarta:   IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988.
Harun, Hadiwijono. Sari Filsafat India. Tanggerang: Sanggar Luxor. 2010
Koller, John M. filsafat Asia (judul asli: Asian Philosophies). Flores NTT Ledalero. 2010. Cet. 1.
Pendit,  Njoman S. Guru Nanak dan Agama Sikh. Jakarta:  Yayasan Sikh Gurdwara Mission. 1988 cet.2
Thalhas. Pengantar Study Ilmu Perbandingan Agama. Jakarta: Galura Pase. 2004
T.S.G. Mulia. India Sejarah Polotik dan Kebangsaan. Jakarta: Dinas Pemerintahan Balai  Pustaka. Cet. III. 1959



















[1] Thalhas. Pengantar Study Ilmu Perbandingan Agama. (Jakarta : Galura Pase. 2006), h.55
[2] Hadiwijono, Harun. Sari Filsafat India. (Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1989), h. 102
[3] T.S.G Mulia. India. (Jakarta: Dinas Penerbitan Balai Pustaka. 1959), h. 50-51
[4] M. Ali. Filsafat India, hal. 23. Dikutip dari Buku; Sharma, Arvind. “Hinduism” dalam Our Religion,
h. 39
[5] M. Ali. Filsafat India, hal. 24. Dikutip dari Buku; Sharma, Arvind. “Hinduism” dalam Our Religion, h. 39
[6] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, Yayasan Sikh Gurdwara Mission. Jakarta 1988 cet.2 h.17-20
[7] John M.Koller filsafat Asia (judul asli: Asian Philosophies). Ledalero. Flores NTT 2010. Cet. 1. hal. 235-236
[8] H. A. Mukti Ali. Agama-Agama Di Dunia. (Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988), Cet. 1. hal. 185
[9] Njoman S. Pendit.  Guru Nanak dan Agama Sikh”, hal 65-87
[10] H. A. Mukti Ali “Agama-agama Dunia”  (Jogjakarta: IAIN Sunan Kalijaga Press. 1988), hal.206-207

Tidak ada komentar:

Posting Komentar