Kamis, 20 Desember 2012

HASIL DISKUSI: Filsafat Nyaya, Filsafat Mimamsa dan Filsafat Waisesika

pengawas        : Hj. Nadroh, M. Ag. Moderator       : Fahmi Dzilfikri (1111032100030)
Notulis              : Lailatul Fawaidah (1111032100053)
Narasumber     : Muhammad Sandiawan, Rini Farida, Muhammad Ridwan Zain.
Materi              : Filsafat Nyaya, Filsafat Mimamsa dan Filsafat Waisesika
Hari/tanggal    : Kamis, 22 November 2012


Kamis pagi yang cerah, seperti biasa mulai pukul 10:00 WIB diskusi Hinduisme dimulai. Tepatnya pada tanggal 22 November 2012. Diskusi panel kali ini dimoderatori oleh Fahmi Dzilfikri dan Lailatul Fawaidah sebagai notulisnya. Menghadirkan 3 narasumber : Mohammad Sandiawan dengan judul Filsafat Nyaya, Rini Farida Filsafat Mimamsa dan Mohammad Ridwan Zain dengan Filsafat Waisesika.
Diskusi diawali dengan persentasi dari ketiga narasumber. Mohammad Sandiawan atau yang lebih akrab dipanggil Sandi, mengawali persentasinya dengan menjelaskan Filsafat Nyaya. Ia mempersentasikan hasil bacanya dari beberapa buku referensi yang dia punya. Penjelasannya fokus pada konsep Tuhan, alam dan kelepasan (moksa) menurut Filsafat Nyaya. Dari pemarannya, dapat diambil kesimpulan secara tentatif, bahwa Nyaya merupakan dasar dan pengantar dari seluruh pengajaran filsafat Astika. Nyaya lebih menekankan pada aspek logis dan nalar dengan pendekatan ilmiah dan realisme. Nyaya ditulis oleh Rsi Gautama.

Selanjutnya, Rini Farida memaparkan mengenai Filsafat Mimamsa yang terfokus pada pembahasan alam dan Weda. Meskipun pembahasanya dibatasi hanya tentang alam dan Weda, ia mencoba menampilkan kekhasan dari Filsafat Mimamsa. Mimamasa sendiri mempunyai arti penyelidikan yang sistematis terhadap Weda. Dan terkahir, Muhammad Ridwan Zain membahas mengenai Filsafat Waisesika. Ia memfokuskan pembahasan mengenai pembentukan alam, dan lebih jauh membahas mengenai 7 unsur alam.
Setelah pemaparan dari ketiga pembicara, diskusi pun dimulai dengan dibukanya sesi tanya jawab. Untuk memudahkan berikut daftar pertanyaan dan jawaban.
  1. Moh. Muhyidin, sebagai mahasiswa kritis dan penuh ambisi merasa tidak puas dengan penjelasan yang dipaparkan para pembicara. Setidaknya dia menggondol tiga pertanyaan untuk Rini dan satu pertanyaan untuk Zain.
    1. Bagaimana cara praktek ritual tersebut?
    2. Jenis-jenis kurbanya itu seperti apa?
    3. Apa yang di maksud dengan sapi dan ke-sapi-an jelaskan?

  1. 2.    Dede Ardi Hikmatullah :
Filsafat Nyaya itukan meyakini adanya Tuhan
  1. Maka Tuhan disana menurut Filsafat Nyaya itu seperti apa?
  2. Dan kelepasan itu dapat dicapai melalui apa?
  3. Apa alasan Filsafat Mimamsa tidak mempercayai adanya Tuhan?

  1. 3.      Agus Riski :
  2. Apa betul untuk memcapai Moksa hanya dengan moska?
  3. Alasan kenapa Mamamsa berpisah?

  1. 4.      Ati  Puspits :
    1. Apa tujuan upacara di dalam filsafat mimamsa itu
    2. Kenapa timbul dua aliran di dalam filsafat mimamsa dan apa perbedaanya?
    3. Apa yang di maksud penggandaan badani itu?
5.Annisa Kholidah :
a.menurut Waisiska Tuhan itu seperti apa?

Jawaban :
Dari Rini :
a.Untuk mencapai ke surga menurut filsafat mimamsa dengan cara memberikan tekanan pada ritual dan membacakan mantra-mantra. 
b.Adapun jenis-jenis kurban yang di pakai yang saya ketahui itu sama dengan seperti hewannya  kurban yang di pakai di dalam Agama Islam.
Tetapi di dalamnya kita harus melepas milik pribadi kita maksudnya dalam berkorban atau bagi orang yang berkorban harus rela tanpa ada maksud untuk mendapatkan imbalan yang di dalam agama kita dinamakan Ikhlas.seperti ketika orang yang berkurban dia tidak boleh berharab ketika dia mengeluarkan atau melakukan  kurban dan suatu saat dia dia meninggal dia kurbanya itu sebagai  untuk jalan menuju surga namun di dalam melakukan itu semua harus di barengi dengan mantra-mantra.

Dari Zain :
  1. yang di maksud dengan sapi-ke-sapi-an itu yakni kesasapian itu sebagai sifatnya yang disebut moral-moral manusia.
Dan yang dimaksud sapi yaitu obyeknya (universal) jika dilihat dari pertikuarnya ini itu berbeda, namun dua hal yang berbeda jika diteliti secara partikular (mendetail) sapi dan ke-sapi-an itu itu tidak berbeda.
Dan sifat itu tidak bisa di mengerti.
Tambahan dari Fahmi : Filsafat Waisesika ini mirip dengan idenya Plato. Yang dimaksud “sapi” dan “ke-sapi-an” adalah sapi mempunyai bermacam-macam jenis seperti sapi Bali, sapi India tetapi ide tentang ke-sapi-an hanya ada di alam idea. Artinya ketika disebutkan tentang sapi itu sudah tergambar dalam benak kita bentuk atau wujud tentang sapi.
Dari Sandi :
  1. Menurut penganut nyaya Tuhanya itu disamakan dengan siwa.
  2. Dan pelepasan itu dicapai melalui pengetahuan-pengetahuan yang benar dan sempurna.
Penambahan Rini :
Disana yang dimaksud dengan pengetahuan Nyaya itukan ada 4 (empat) :
1.sabda pramana
2.upaman  pramana
3. anumana pramana
4. pratyaksa pramana
dan dari pengetahuan yang ke-empat itu yang lebih penting itu adalah kesaksian Rsi sehingga kelepasan itu harus mencapai dengan pengetahuan yang sebenarnya dan tidak palsu.
  1. Menurut mimamsa tidak mengakui adanya Eksistensi Tuhan itu karena dia menyatakan Alam itu ada dengan sendirinya. Seperti: kitab suci Weda, Weda itu adalah sabda Kosmik, yaitu suaranya yang sabda suara itu timbul dan weda itu ada dengan sendirinya. dan Dewa itu sebagai kekuatan nanti disana itu dikasihkan kepada si pengorban jika dewanya senang maka yang berkurban tadi akan mendapat spiritual yang tinggi.
  2. Kenapa timbul dua aliran mimamsa disini karena ada perbedaan dimana Kumarila Bhatta muncul 5 tahun sebelum Prabharaka, Khamarila Bhatta hanya menambahkan dari pengetahuan yang di pakai Prabharaka 5 pengetahuan menjadi 6 pengetahuan.
  3. Asa Penggandaan Badani ini mungkin masi nyambung dengan reankarnasi kalaui dengan jiwa, kalau dengan Alam itukan Akibat Subtansi yang terdiri Api, tanah, udara, akasa dan lain sebagainya. Seperti untuk mengetahui Ridhonya  Dewa terhadap si penkurban? Itu dengan cara-cara yang ada di dalam kitab Suci Weda yang di ketahui oleh para Rsi.
Penambahan dari Fahmi : sebetulnya ketika kita tidak melaksanakan shalat pasti hati kita akan merasakan ada sesuatu yang berat dan ketika kita telah melaksanakanya pasti kita akan merasakan ketenangan.
Dari Zain: yang di bahas di dalam filsafat Waisiska itu lebih ke pada pembentukan Alam. Dan filsafat Waisiska mempercayai adanya yang menggerakkan gerakan-gerakan itu adalah si penggerak yang utama. Kalau di dalam Aristoteles dapat dinamakan dengan Asmopolos.
Setiap diskusi tidak harus ada kesimpulan, namun bisa dipahami bahwa filsafat Sad Darsana ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Antara satu filsafat dengan yang lainnya saling melengkapi. Jika salah satu filsafat tidak membicarakan tentang konsep ketuhanan bukan berarti tidak membicarakan tentang Tuhan. Akan tetapi, dianggap setuju dengan filsafat sebelumnya. Harus dipahami pula bahwa ada dua golongan yaitu astika (ortodoks- meyakini Tuhan) dan nastika (menolak Tuhan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar