HASIL DISKUSI KELOMPOK
4
ZAMAN SESUDAH AGAMA
BUDHA
DAN
ZAMAN PERTENGAHAN
SAMPAI KEMERDEKAAN INDIA
Pemakalah:
Rifqi Miftahul Amili
Ratna Hildya Astuti
Moderator:
Vitri Astuti
Notulen:
Siti Nurhayati (1111032100043)
Dosen Pembimbing:
Hj. Nadroh, M. Ag.
Pada: Kamis, 4 Oktober 2012
JURUSAN PERBANDINGAN
AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN DAN
FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
A. TAHAP
DISKUSI
Penanya:
1. Arif Hidayat
: Kenapa pada Madzhab Siwa Lingga itu
disembah?
Jawaban
Rifqi Miftahul Amili : Ketika madzhab Siwa menyembah Lingga karena memiliki sebuah kekuatan
energi yang tinggi.
Afif Hidayat : Sosok Dewa Siwa itu seperti apa?
Jawaban Rifqi Miftahul Amili : Siwa itu yang biasa disandang permaesurinya yang
seperti ada dimakalah.
Dede Ardi Hikmatullah menambahkan : Dewa Siwa merupakan sebagai Dewa pendaur
ulang. Lebih condong kelepasan kembali. Penyembahan lebih kepenekanan terhadap
kelahiran kembali.
Noviah menambahkan : Lingga ini merupakan suatu simbol yang dikuil-kuil
untuk disembah.
2. Dede Ardi Hikmatullah : a. Sebanarnya
faktor-faktor apa yang menyebabkan madzhab-madzhab itu bisa timbul?
b. Tolong jelaskan kembali proses masuknya islam ke India secara
mendetail.
a. Jawaban
Rifqi Miftahul amili : Karena
mempunyai kitab yang berbeda-beda, redaksinya berbeda-beda pula. Dan juga Kitab
pegangan yang berbeda-beda.
b.
Jawaban Ratna Hildya Astuti : Penyebaran Islam dalam sejarah Islam di India
berlangsung secara bertahap. Islam masuk melalui pembaruan kebudayaan setempat.
Sebagaimana yang tertera di makalah.
Fahmi Dzulfikri
menambahkan : Islam masuk di India Di Mongol Jangistan, keturunan Jangistan ada yang
menjadi Muslim, kemudian menjadi kerajaan muslim. Berhijralah mereka ke India.
Kemudian berasimilasi di India. Dari situ Islam menyebar luas di India bisa
melalui jalur perdagangan, perkawinan antara raja melahirkan agama islam di
India.
3. Rini Farida : Ko
bisa si Wisnu, Brahma dan lain-lain bisa menjadi Dewa. Faktornya itu apa?
Jawaban
Rifqi Miftahul amili : Mungkin ketika orang beragama Hindu digambarkan seorang manusia itu
menjadikan simbol. Dan seluruh dewa-dewa senelumnya tersingkirkan karena
pergeseran oleh Trimurti.
Agus Risky Nurhuda
menambahkan : Hindu meyakini ada sebuah zat yang kuat sebagai Tuhan disebut sebagai
Brahma. Ia menciptakan dewa-dewa lain untuk menghantarkan doa-doa sebagai
penghantar kepada Brahma. Karena Dewa-Dewa tidak bersentuh dengan manusia.
Fahmi Dzulfikri mengomentari :
Ketika mengatakan pertanyaan konyol karena tentang ketuhanan kenapa dewa-dewa
disembah. Akan dijawab oleh penganutnya. Ketika manusia dalam keadaan lemah.
Seseorang akan menciptakan sesuatu untuk menghilangkan rasa takut. Seperti kata Lucretius. Dewa yang paling pertama adalah
dewa ketakutan.
Rini Farida : Mereka itu asalnya apa?
Fahmi Dzulfikri menjawab : Karena hasil personifikasi atau pendaur ulang.
Tidak bisa berani menjawab, karena itu dari rohania-rohaniah agamanya.
B. TAHAP ANALISIS NOTULEN
1. Zaman Sesudah
Agama Budha
Konsepsi hinduisme sesudah Budhisme mengalami perkembangan yang
luas, sehingga banyak hal yang telah dijadikan pedoman dalam kitab suci Wedha
seperti jumlah banyaknya dewa-dewa dan upacara-upacara, mengalami
penambahan-penambahan atau pengurangan-pengurangan.
Dalam konsepsi ketuhanan, Hinduisme juga mengalami perkembangan
sejalan dengan kehendak/kebutuhan masyarakatnya, sehingga nampaklah pada kita
berbagai ragam filsafat ketuhanan yang berbeda dengan dasar-dasar yang
diberikan semula. Jumlah Dewa serta kedudukan dewa-dewa tertentu sering
mengalami perubahan, misalnya bilamana dalam Hinduisme Wedhanya belum
dikenal adanya Dewa TRIMURTI yaitu
rangkaian 3 tokoh dewa yang berkuasa atas alam semesta, maka dalam Hinduisme
ini timbul filsafat Trimurti tersebut.
Setelah munculnya aliran Vedanta, Dewa Trimurti tersebut pandang sebagai penggambaran dari kekuasaan
yang Esa yaitu Brahman.
Perubahan status
dan fungsi beberapa dewa, misalnya dewa wisnu yang sebelumnya tidak mendapatkan
kedudukan dan tugas yang sangat penting dalam rangkaian trimurti tersebut,
yaitu sebagai Dewa pemelihara alam, disamping dewa-dewa Brahma sebagai pencipta
alam serta dewa Siwa, dewa perusak alam, dengan avatara-avataranya (titisanya)
seperti Siwa dapat menjadi dewa Maha Guru (yang Suka Mengajar), dan Maha Dewa
(Dewa yang menguasai seluruhnya) dan Maha Kala (dewa berbentuk raksasa) yang
berwatak menghancurkan.
Pada prinsipnya
penggambaran dewa-dewa tersebut disesuaikan dengan ciri dan watak psychis dari
pribadi masing-masing dewa tersebut. Akhirnya agama Hindu menjadi pemuja
dewa-dewa yang jumlahnya tidak terhitung yang berpusat pada dewa-dewa Trimurti
yang berintikan pada kekuatan Dewa Brahma.
Menurut rumusan
dari Hindu Darma, dewa-dewa Trimurti itu adalah hanya merupakan menifestasi
dari sIfat dan kekuasaan Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, sedang yang
disebut dewa-dewa sebenarnya hanya nama suci bagi makhluk-makhluk halus yang
disucikan seperti malaikat-malaikat, bidadari dan sebagainya.[1]
Dewa tidaklah
bisa digambarkan oleh kita sendiri. Karena itu, yang tahu hanya ada pada
penganutnya sendiri. Ketika rasa takut manusia pada alam, dari suara guruh yang
menggetarkan, dari luasnya lautan dan ombaknya yang menggulung gejala-gejala
alamiah lainya. Sebagai akibat rasa takut ini, terlintaslah agama dalam benak
manusia. Lucretius, seorang filsuf
Yunani menyebutkan bahwa nenek moyang pertama para dewa ialah dewa ketakutan.[2]
Mengenai
tentang Dewa Siwa, Keadaan Siwa lain dengan Wisnu sebagai pelebur dunia ia
memiliki dua sifat yang bertentangan. Ia digambarkan sebagai mata-mata ditempat yang mengerikan, sebagai misalnya
dimedan pertempuran, ditempat pembakaran mayat, diperempatan jalan, dan lain
sebagainya. Ia mengenakan kalung dari tengkorak dan senantiasa dikelilingi
roh-roh jahat, raksasa dan lain sebagainya. Ia merusak segala sesuatu.
Disamping itu
Siwa juga digambarkan sebagai seorang pertapa yang ulung, yang menjadi contoh
dalam pertapaan. Siwa juga disembah sebagai Tuhan tari-tarian (Nataraja), yang
senantiasa menari-nari dalam sorganya. Ia juga disembah sebagai guru.
Yang paling
terkenal, Siwa disembah sebagai Lingga, simbol kelamin laki-laki.[3]
Yang dimaksud Lingga disini merupakan
suatu simbol yang ada dikuil-kuil
kemudian disembah. Lingga ini merupakan sebuah kekuatan kreatif. Dewa Siwa merupakan sebagai Dewa pendaur ulang. Lebih
condong kelepasan kembali. Penyembahan lebih kepenekanan terhadap kelahiran
kembali. Jalan kelepasan ada 3 macam, yaitu: 1) Jnana-marga, ialah jalan kelepasan melalui pengetahuan akan
kebenaran yang tertinggi, 2) Bakti-Marga,
yaitu jalan kelepasan melalui kasih dan pemujaan kepada purusa yang tertinggi,
3) Karma-marga, ialah jalan kelepasan
dengan menaklukan kehendak sendiri kepada tujuan Tuhan. Ketiga jalan kelepasan
ini sama-sama menuju satu tujuan yaitu kelepasan. Orang dapat mendapat
kelepasan melalui segala segi kesadaran hidup. [4]
2. Zaman Pertengahan Sampai kemerdekaan India
Masuknya Islam ke India
Zaman pemerintahan
khalifah-khalifah mulai dari khalifah Abu Bakar, Umar dan keturunan mereka
pengaruh Islam lambat laun bertambah luas. Dengan mencapai
kemenangan-kemenangan yang gilang gemilang bangsa Arab dibawah panji Islam
menaklukan negri-negri Palestina, Syiria(Syam, Mesir, Afrika Utara, Spanyol,
Irak dan Iran (persia), sehingga pada tahun 75 hijriah kerajaan dari
keturunan-keturunan khalifah Ujar telah berbatas disebelah timur dengan tanah
India dan Tiongkok. Kholifah juga menguasai Iran dan berdiam di Bagdad
menyerahkan pemerintahan daerah-daerah disebelah timur itu kepada emir-emirnya.
Salah seorang emir-emir itu bernama Muhammad Ibn Kasim. Di tahun 712 H ia
disuruh oleh kholifah Walid II memerang negri Sindh, yaitu daerah sungai Indus,
bagian India yang paling jauh disebelah Barat dan ia menaklukan negri itu juga.
Itulah permulaan pengaruh bangsa Arab di India. Perhubungan Iran bertambah
rapat, baik yang jarang mempergunakan jalan darat maupun yang melalui laut.
Jadi perhubungan yang mula-mula diadakan oleh iskandar Zul Karnain, dizaman
Islam bertambah teguh dan kekal sampai sekarang.
Penyerangan yang kedua yang dilakukan oleh bangsa Arab baru terjadi 300
tahun kemudian. Disebelah timur Iran timbul suatu kerajaan baru yaitu kerajaan
Ghazni, terletak di afghanistan sekarang, yang diperintah oleh seorang raja
bernama Mahmud Ghazni, bangsa Turki. Diantara tahun 1000-1026 (390-417 H) ia
memerangi daerah Punjab yang ditaklukannya juga. Akan tetapi kerajaan Ghazni
dibelakang hari direbut oleh Muhammad Ghuri. Sultan inilah yang mengadakan
serangan ke India semata-mata untuk merebut seluruh negri itu. Waktu
pemerintahannya 1175-1203 (570-601 H) ia menduduki Punjab, Gujarat, Bihar dan
Benggala, jadi dapat dikatakan seluruh Hindustan. Sungguhpun raja-raja Hindu
mengadakan persekutuan yang kuat untuk melawan musuh baru itu, mereka
dikalahkan juga dua kali di Tarain dekat Delhi; suatu tempat yang merupakan
pintu gerbang kelembah Gangga. Seperti dizaman Iskandar Zul Karnain, tentara
Hindu tidak berdaya sama sekali menghadapi tentara yang sudah biasa bergerak
dengan cepat dan yang mempunyai pengalama berperang. Dalam menahan desakan
tentara Islam itu, nyatalah bahwa dasar-dasar cara berperang sebagai tertulis
dalam kitab-kitab dan dalam sastra-sastra Hundu yang menyerahkan kewajiban
berperang kepada golongan Kshatrya saja, tidak berarti lagi untuk melawan musuh
yang tidak mengindahkan peraturan-peraturan Hindu seperti tentara Arab yang
sudah diasah di Afrika Utara, Spanyol dan lain-lain dimedan perang. Pembagian masyarakat
Hindu dalam beberapa golongan ternyata tidak dapat dipegang lagi pada masa mara
bahaya. Tentara Hindu sekalipun luar biasa besarnya tidak dibantu oleh seliruh
lapisan masyarakat dan oleh itu lemah pada hakekatnya.[5]
Penyebaran Islam dalam sejarah islam di India berlangsung secara
bertahap, Islam mulai masuk melalui pembaharuan kebudayaan setempat. Pada
abad-abad tersebut, para imigran dari hadramaut (daerah yaman) mulai membanjiri
daratan India, sebagai pedagang maupun juru dakwa. Puncaknya adalah ketika
kekaisaran Mughal yang dipimpin oleh Babar pada tahun 1529.
C. TAHAP
KESIMPULAN
Agama Hindu sesudah agama Budha mengalami
banyak perkembangan. Antara lain dalam konsepsi ketuhanan maupun dalam konsepsi
keagamaan. Dalam konsep ketuhanan perubahannya antara lain perubahan status dan
fungsi beberapa dewa. Kemudian dalam konsep keagamaan perubahannya adalah adanya unsur campuran yang terdiri dari bermacam-macam unsur
keagamaan, bentuk ini terutama dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan bangsa
Dravida.
Mengenai tentang proses masuknya agama
Islam di India merupakan suatu proses yang sangat panjang dan secara bertahap.
Namun puncaknya adalah ketika kekaisaran Mughal yang dipimpin oleh Babar pada
Tahun 1529. Yang kemudian berasimilasi dengan India. Dari situ agama Islam
menyebar di India melalui jalur perkawinan dan perdagangan. Yang kemudian
melahirkan sebuah kerajaan Islam di India.
[1] Arifin. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar.
(Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1995), h.65
[2] Abdullah
ali. Agama Dalam Perbandingan Agama.
(Bandung: Nuansa Aulia, 2007), h. 31
[3] Harun
Hadiwijono. Agama Hindhu Budha.
(Jakarta: Gunung Mulia, 2010), h. 36
[4] Harun
Hadiwijono. Agama Hindhu Budha. (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), h. 38
[5] T.S.G.
Mulia. India Sejarah politik dan pergerakan kebangsaan.(Jakarta:Balai
Pustaka, 1959), h.50-51
Tidak ada komentar:
Posting Komentar