Kamis, 20 Desember 2012

HASIL DISKUSI: Zaman Pertengahan sampai Kemerdekaan India



HASIL DISKUSI KELOMPOK 4
ZAMAN SESUDAH AGAMA BUDHA
DAN
ZAMAN PERTENGAHAN SAMPAI KEMERDEKAAN INDIA
Pemakalah:
Rifqi Miftahul Amili
Ratna Hildya Astuti
Moderator:
Vitri Astuti
Notulen:
Siti Nurhayati (1111032100043)
Dosen Pembimbing:
Hj. Nadroh, M. Ag.
Pada: Kamis, 4 Oktober 2012
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012

A. TAHAP DISKUSI
      Penanya:
1. Arif Hidayat : Kenapa pada Madzhab Siwa Lingga itu disembah?
Jawaban Rifqi Miftahul Amili : Ketika madzhab Siwa menyembah Lingga karena memiliki sebuah kekuatan energi yang tinggi.
Afif Hidayat : Sosok Dewa Siwa itu seperti apa?
Jawaban Rifqi Miftahul Amili : Siwa itu yang biasa disandang permaesurinya yang seperti ada dimakalah.
Dede Ardi Hikmatullah menambahkan : Dewa Siwa merupakan sebagai Dewa pendaur ulang. Lebih condong kelepasan kembali. Penyembahan lebih kepenekanan terhadap kelahiran kembali.
Noviah menambahkan : Lingga ini merupakan suatu simbol yang dikuil-kuil untuk disembah.

2. Dede Ardi Hikmatullah :    a. Sebanarnya faktor-faktor apa yang menyebabkan madzhab-madzhab                                        itu bisa timbul?
b. Tolong jelaskan kembali proses masuknya islam ke India secara mendetail.
a. Jawaban Rifqi Miftahul amili : Karena mempunyai kitab yang berbeda-beda, redaksinya berbeda-beda pula. Dan juga Kitab pegangan yang berbeda-beda.
b. Jawaban Ratna Hildya Astuti : Penyebaran Islam dalam sejarah Islam di India berlangsung secara bertahap. Islam masuk melalui pembaruan kebudayaan setempat. Sebagaimana yang tertera di makalah.
Fahmi Dzulfikri menambahkan : Islam masuk di India Di Mongol Jangistan, keturunan Jangistan ada yang menjadi Muslim, kemudian menjadi kerajaan muslim. Berhijralah mereka ke India. Kemudian berasimilasi di India. Dari situ Islam menyebar luas di India bisa melalui jalur perdagangan, perkawinan antara raja melahirkan agama islam di India.
3. Rini Farida : Ko bisa si Wisnu, Brahma dan lain-lain bisa menjadi Dewa. Faktornya itu apa?
Jawaban Rifqi Miftahul amili : Mungkin ketika orang beragama Hindu digambarkan seorang manusia itu menjadikan simbol. Dan seluruh dewa-dewa senelumnya tersingkirkan karena pergeseran oleh Trimurti.
Agus Risky Nurhuda menambahkan : Hindu meyakini ada sebuah zat yang kuat sebagai Tuhan disebut sebagai Brahma. Ia menciptakan dewa-dewa lain untuk menghantarkan doa-doa sebagai penghantar kepada Brahma. Karena Dewa-Dewa tidak bersentuh dengan manusia.
Fahmi Dzulfikri mengomentari : Ketika mengatakan pertanyaan konyol karena tentang ketuhanan kenapa dewa-dewa disembah. Akan dijawab oleh penganutnya. Ketika manusia dalam keadaan lemah. Seseorang akan menciptakan sesuatu untuk menghilangkan rasa takut. Seperti kata  Lucretius. Dewa yang paling pertama adalah dewa ketakutan.
Rini Farida : Mereka itu asalnya apa?
Fahmi Dzulfikri menjawab : Karena hasil personifikasi atau pendaur ulang. Tidak bisa berani menjawab, karena itu dari rohania-rohaniah agamanya.
B. TAHAP ANALISIS NOTULEN
            1. Zaman Sesudah Agama Budha
Konsepsi hinduisme sesudah Budhisme mengalami perkembangan yang luas, sehingga banyak hal yang telah dijadikan pedoman dalam kitab suci Wedha seperti jumlah banyaknya dewa-dewa dan upacara-upacara, mengalami penambahan-penambahan atau pengurangan-pengurangan.
Dalam konsepsi ketuhanan, Hinduisme juga mengalami perkembangan sejalan dengan kehendak/kebutuhan masyarakatnya, sehingga nampaklah pada kita berbagai ragam filsafat ketuhanan yang berbeda dengan dasar-dasar yang diberikan semula. Jumlah Dewa serta kedudukan dewa-dewa tertentu sering mengalami perubahan, misalnya bilamana dalam Hinduisme Wedhanya belum dikenal  adanya Dewa TRIMURTI yaitu rangkaian 3 tokoh dewa yang berkuasa atas alam semesta, maka dalam Hinduisme ini timbul filsafat  Trimurti tersebut.
Setelah munculnya aliran Vedanta, Dewa Trimurti tersebut  pandang sebagai penggambaran dari kekuasaan yang Esa yaitu Brahman.
Perubahan status dan fungsi beberapa dewa, misalnya dewa wisnu yang sebelumnya tidak mendapatkan kedudukan dan tugas yang sangat penting dalam rangkaian trimurti tersebut, yaitu sebagai Dewa pemelihara alam, disamping dewa-dewa Brahma sebagai pencipta alam serta dewa Siwa, dewa perusak alam, dengan avatara-avataranya (titisanya) seperti Siwa dapat menjadi dewa Maha Guru (yang Suka Mengajar), dan Maha Dewa (Dewa yang menguasai seluruhnya) dan Maha Kala (dewa berbentuk raksasa) yang berwatak menghancurkan.
Pada prinsipnya penggambaran dewa-dewa tersebut disesuaikan dengan ciri dan watak psychis dari pribadi masing-masing dewa tersebut. Akhirnya agama Hindu menjadi pemuja dewa-dewa yang jumlahnya tidak terhitung yang berpusat pada dewa-dewa Trimurti yang berintikan pada kekuatan Dewa Brahma.
Menurut rumusan dari Hindu Darma, dewa-dewa Trimurti itu adalah hanya merupakan menifestasi dari sIfat dan kekuasaan Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, sedang yang disebut dewa-dewa sebenarnya hanya nama suci bagi makhluk-makhluk halus yang disucikan seperti malaikat-malaikat, bidadari dan sebagainya.[1]
Dewa tidaklah bisa digambarkan oleh kita sendiri. Karena itu, yang tahu hanya ada pada penganutnya sendiri. Ketika rasa takut manusia pada alam, dari suara guruh yang menggetarkan, dari luasnya lautan dan ombaknya yang menggulung gejala-gejala alamiah lainya. Sebagai akibat rasa takut ini, terlintaslah agama dalam benak manusia. Lucretius, seorang filsuf Yunani menyebutkan bahwa nenek moyang pertama para dewa ialah dewa ketakutan.[2]
Mengenai tentang Dewa Siwa, Keadaan Siwa lain dengan Wisnu sebagai pelebur dunia ia memiliki dua sifat yang bertentangan. Ia digambarkan sebagai mata-mata  ditempat yang mengerikan, sebagai misalnya dimedan pertempuran, ditempat pembakaran mayat, diperempatan jalan, dan lain sebagainya. Ia mengenakan kalung dari tengkorak dan senantiasa dikelilingi roh-roh jahat, raksasa dan lain sebagainya. Ia merusak segala sesuatu.
Disamping itu Siwa juga digambarkan sebagai seorang pertapa yang ulung, yang menjadi contoh dalam pertapaan. Siwa juga disembah sebagai Tuhan tari-tarian (Nataraja), yang senantiasa menari-nari dalam sorganya. Ia juga disembah sebagai guru.
Yang paling terkenal, Siwa disembah sebagai Lingga, simbol kelamin laki-laki.[3] Yang dimaksud  Lingga disini merupakan suatu simbol  yang ada dikuil-kuil kemudian disembah. Lingga ini merupakan sebuah kekuatan kreatif. Dewa Siwa  merupakan sebagai Dewa pendaur ulang. Lebih condong kelepasan kembali. Penyembahan lebih kepenekanan terhadap kelahiran kembali. Jalan kelepasan ada 3 macam, yaitu: 1) Jnana-marga, ialah jalan kelepasan melalui pengetahuan akan kebenaran yang tertinggi, 2) Bakti-Marga, yaitu jalan kelepasan melalui kasih dan pemujaan kepada purusa yang tertinggi, 3) Karma-marga, ialah jalan kelepasan dengan menaklukan kehendak sendiri kepada tujuan Tuhan. Ketiga jalan kelepasan ini sama-sama menuju satu tujuan yaitu kelepasan. Orang dapat mendapat kelepasan melalui segala segi kesadaran hidup. [4]
2. Zaman Pertengahan Sampai kemerdekaan India
Masuknya Islam ke India
 Zaman pemerintahan khalifah-khalifah mulai dari khalifah Abu Bakar, Umar dan keturunan mereka pengaruh Islam lambat laun bertambah luas. Dengan mencapai kemenangan-kemenangan yang gilang gemilang bangsa Arab dibawah panji Islam menaklukan negri-negri Palestina, Syiria(Syam, Mesir, Afrika Utara, Spanyol, Irak dan Iran (persia), sehingga pada tahun 75 hijriah kerajaan dari keturunan-keturunan khalifah Ujar telah berbatas disebelah timur dengan tanah India dan Tiongkok. Kholifah juga menguasai Iran dan berdiam di Bagdad menyerahkan pemerintahan daerah-daerah disebelah timur itu kepada emir-emirnya.
Salah seorang emir-emir itu bernama Muhammad Ibn Kasim. Di tahun 712 H ia disuruh oleh kholifah Walid II memerang negri Sindh, yaitu daerah sungai Indus, bagian India yang paling jauh disebelah Barat dan ia menaklukan negri itu juga. Itulah permulaan pengaruh bangsa Arab di India. Perhubungan Iran bertambah rapat, baik yang jarang mempergunakan jalan darat maupun yang melalui laut. Jadi perhubungan yang mula-mula diadakan oleh iskandar Zul Karnain, dizaman Islam bertambah teguh dan kekal sampai sekarang.
Penyerangan yang kedua yang dilakukan oleh bangsa Arab baru terjadi 300 tahun kemudian. Disebelah timur Iran timbul suatu kerajaan baru yaitu kerajaan Ghazni, terletak di afghanistan sekarang, yang diperintah oleh seorang raja bernama Mahmud Ghazni, bangsa Turki. Diantara tahun 1000-1026 (390-417 H) ia memerangi daerah Punjab yang ditaklukannya juga. Akan tetapi kerajaan Ghazni dibelakang hari direbut oleh Muhammad Ghuri. Sultan inilah yang mengadakan serangan ke India semata-mata untuk merebut seluruh negri itu. Waktu pemerintahannya 1175-1203 (570-601 H) ia menduduki Punjab, Gujarat, Bihar dan Benggala, jadi dapat dikatakan seluruh Hindustan. Sungguhpun raja-raja Hindu mengadakan persekutuan yang kuat untuk melawan musuh baru itu, mereka dikalahkan juga dua kali di Tarain dekat Delhi; suatu tempat yang merupakan pintu gerbang kelembah Gangga. Seperti dizaman Iskandar Zul Karnain, tentara Hindu tidak berdaya sama sekali menghadapi tentara yang sudah biasa bergerak dengan cepat dan yang mempunyai pengalama berperang. Dalam menahan desakan tentara Islam itu, nyatalah bahwa dasar-dasar cara berperang sebagai tertulis dalam kitab-kitab dan dalam sastra-sastra Hundu yang menyerahkan kewajiban berperang kepada golongan Kshatrya saja, tidak berarti lagi untuk melawan musuh yang tidak mengindahkan peraturan-peraturan Hindu seperti tentara Arab yang sudah diasah di Afrika Utara, Spanyol dan lain-lain dimedan perang. Pembagian masyarakat Hindu dalam beberapa golongan ternyata tidak dapat dipegang lagi pada masa mara bahaya. Tentara Hindu sekalipun luar biasa besarnya tidak dibantu oleh seliruh lapisan masyarakat dan oleh itu lemah pada hakekatnya.[5]
Penyebaran Islam dalam sejarah islam di India berlangsung secara bertahap, Islam mulai masuk melalui pembaharuan kebudayaan setempat. Pada abad-abad tersebut, para imigran dari hadramaut (daerah yaman) mulai membanjiri daratan India, sebagai pedagang maupun juru dakwa. Puncaknya adalah ketika kekaisaran Mughal yang dipimpin oleh Babar pada tahun 1529.
C. TAHAP KESIMPULAN
Agama Hindu sesudah agama Budha mengalami banyak perkembangan. Antara lain dalam konsepsi ketuhanan maupun dalam konsepsi keagamaan. Dalam konsep ketuhanan perubahannya antara lain perubahan status dan fungsi beberapa dewa. Kemudian dalam konsep keagamaan perubahannya  adalah adanya unsur campuran  yang terdiri dari bermacam-macam unsur keagamaan, bentuk ini terutama dipengaruhi oleh keyakinan-keyakinan bangsa Dravida.
Mengenai tentang proses masuknya agama Islam di India merupakan suatu proses yang sangat panjang dan secara bertahap. Namun puncaknya adalah ketika kekaisaran Mughal yang dipimpin oleh Babar pada Tahun 1529. Yang kemudian berasimilasi dengan India. Dari situ agama Islam menyebar di India melalui jalur perkawinan dan perdagangan. Yang kemudian melahirkan sebuah kerajaan Islam di India.






[1] Arifin. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar. (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1995), h.65
[2] Abdullah ali. Agama Dalam Perbandingan Agama. (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), h. 31
[3] Harun Hadiwijono. Agama Hindhu Budha. (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), h. 36
[4] Harun Hadiwijono. Agama Hindhu Budha. (Jakarta: Gunung Mulia, 2010), h. 38
[5] T.S.G. Mulia. India Sejarah politik dan pergerakan kebangsaan.(Jakarta:Balai Pustaka, 1959), h.50-51

Tidak ada komentar:

Posting Komentar