I.
PENDAHULUAN
Telah kita ketahui aliran filsafat
Nyaya tergolong kedalam kelompok
filsafat Astika (Ortodok) yakni filsafat yang mengakui kedaulatan dan kebenaran
Weda. Sesungguhnya Nyaya membicarakan tentang Filsafat dan metode untuk
mengadakan penelitian kritis dan logis
Maka
setidaknya itulah yang melatarbelakangi penulis makalah ini untuk mengutarakan
secercah pengetahuan tentang filsafat Nyaya yang merepresentasikan pada
sebentuk Tuhan dan Kelepasan.
II. FILSAFAT NYAYA
Jika ke empat system pemikiran india
lainnya (samkhya,yoga,purva- mimamsa dan vedanta) adalah bersifat spekulatif,
Dalam arti bahwa mereka menjelaskan alam-semesta sebagai satu kesatuan
menyeluruh, maka sistem nyaya-vaishenhika mewakili tipe filasafat analisis
serta menjungjung tinggi akal sehat dan sains. Ciri khas system nyaya adalah
penggunaan metode sebagai sains,yakni pemeriksaan logis dan kritis, mereka
mencoba untuk mengembalikan subtansi-subtansi tradisional, jiwa di dalam diri
dan alam (nature) di luar diri, tanpa semata-mata berdasarkan otoritas. Kaum
nyaya mengakui kebenaran segala sesuatu berdasarkan akal-budi (reason). Yang
membedakan system nyaya dari system lainnya adalah perlakuan kritis terhadap
masalah metafisika. Vacaspati mendefinisikan tujuan nyaya sebagai pemeriksaan
kritis atas objek pengetahuan melalui pembuktian logis. Sistem nyaya sebenarnya
juga menjelaskan mekanisme pengetahuan secara mendetail serta beragumen melawan
skeptisisme yang menyatakan bahwa tidak ada yang pasti[1].
Sistem ini sejak lama diperlakukan
sebagai bagian dari satu keseluruhan, system vaisheshika dipakai untuk
melengkapi system nyaya,dan banyak sutras dalam sistem nyaya mengandaikan
system vasheshika.Menurut Jacobi, “penyatuan kedua system ini sudah mulai sejak
awal dan mencapai puncaknya pada saat nyayavarttika ditulis.
Sejak dahulu kala, filsafat nyaya
sudah mendapat penghormatan besar.Bahkan Manu sendiri memasukkannya dalam
katagori surti. Yajnavalkya menganggapny sebagai salah satu dari ke-empat ruas
weda. Dalam studi klasik tentang hinduisme, terdapat lima subjek, yakni sastra
(kavya),drama (namaka),retorika (alamkara),logika (tarka), dan tata bahasa
(uyakarana).Setiap system filsafat hindu menerima prinsip dasar logika
nyaya.Jadi,system nyaya berfungsi sebagai sebuah pengantar bagi semua filsafat
sistematis.[2]
II.
Ruang lingkup Nyaya
Secara
harfiah, kata “Nyaya” berarti sarana yang membimbing pikiran untuk mencapai
suatu kesimpulan. Kata Nyayalantas menjadi setara dengan ‘Argumen”,karena itu
system filsafat yang menggunakan argument secara menyeluruh disebut filsafat
nyaya. Secara popular, nyaya berarti ‘benar’ atau ‘lurus’,sehingga nyaya
menjadi sains tentang penalaran yang benar.Dalam arti sempit, ‘nyaya’ berarti
penalaran silogistis,sedangkan dalam arti yang luas , ‘nyaya berarti peme-riksaan
objek melalui bukti-bukti dan menjadi sebuah sains pembuktian atau pengetahuan
yang benar.Semua pengetahuan mengimplikasikan empat kondisi :
1.
Subjek
pengenal (pramatr)
2.
Objek
(prameya)
3.
Kondisi hasil
dari pengenalan (pramiti)
4.
Sarana
pengetahuan (pramana)
Setiap tindakan sah atau tidak sah, melibatkan tiga unsure, yakni :
subjek pengenal,isi apa yang disadari oleh subjek,dan hubungan pengetahuan
antara keduanya,yang dapat dibedakan walaupun tidak dapat di pisahkan.Hakikat
pengetahuan sebagai sah atau tidak sah tergantung pada unsure ke-empat yakni ‘pramana’[3].
Filsafat nyaya bukan
hanya mempertanyakan cara serta sarana yang dipakai oleh pikiran manusia untuk
mengerti dan mengembangkan pengetahuan,tetapi juga menafsirkan fakta-fakta
logis dan mengungkapkannya dalam rumusan yang logis. Pramana lantas menjadi
ukuran pengetahuan melalui mana kita dapat memeriksa dan mengevaluasi
pengetahuan yang sudah ada di dalam diri kita. Karenanya, logika adalah sains
pembuktian atau pengukuran bukti.Masalah kebenaran memiliki dampak penting bagi
teori metafisika. Sistem nyaya merupakan sebuah metafisika tentang
realitas.Jadi, ia bukan hanya merupakn logika formal semata, tetapi juga
sebagai sebuah epistemology penuh,yang menggabungkan diskusi tentang
psikologi,metafieika gan teologi.
III.
Subtansi dan Katagori
Filsafat
nyaya mulai dengan pustulat bahwa semua pengetahuan secara hakiki atau kodrati
menunjuk pada sebuah objek di luar dirinya dan bersifat mandiri. Objek-objek
ini bukan hanya bersifat mandiri,lepas dari pengetahuan, tetapi juga lepas dari
satu sama lainnya,dokri ini dapat digambarkan sebagai realisme plualistis.
Namun kita tidak dapat mengasumsikan bahwa data pengetahuan adalah tidak
berhubungan satu sama lainnya.Keragaman benda-benda yang dialami dapat dibagi
menjadi dalam kelompok-kelompok yang disebut ‘subtansi’. Nyaya-vaishehika
membagi subtansi menjadi Sembilan macam yakni :
1.
Tanah
(prithivi)
2.
Air
(apah,jala)
3.
Api (tejas)
4.
Udara (vayu)
5.
Eter (akasha)
6.
Waktu (kala)
7.
Ruang (dik)
8.
Diri (atman)
9.
Pikiran
(manas).Kesembilan subtansi ini bersama-sama dengan berbagai sifat dan
hubungannya menjelaskan seluruh semesta alam.
Subtansi-subtansi di
atas tidak dengan sndirinya selu amenjelaskan menjelaskan seluruh alam semesta,
namun hanya berfungsi sebagai kerangka- kerja.Dalam objek individual dalam
alam, system nyaya-vasheshika meletakkan objek dalam enam katagori berbeda yakni
:
·
Kualitas
(guna)
Katagori
ini mencakup 24 gunas, yakni warna (rupa),rasa (rasa),bau (gandha),sentuhan
(sparsa),angka (sankhya),ukuran (parimiti),perbedaan (prthaktva),hubungan
(samyoga),pemisah (vibhaga),kedekatan (paratva),berat (gurutva),kecairan (daravatva),kekentalan
(sneha),suara (sacda),pengetahuan (buddhi),keinginan (iccha),kebencian
(dvesa),usaha (yatna),kebaikan/jasa (dharma),keburukan (adharma),dan kesan
laten (samskara).
·
Tindakan atau
macam-macam gerak (karma)
Yang
berhubungan dengan unsure dan kualitas, namun uga memiliki realitas mandiri,ada
lima macam gerak yakni : ke atas, ke bawah, mendatar,mengerut, dan mengembang.
·
Universalia
(samanya)
Aspek
objek yang memberikan label secara umum menurut sipat yang paling umum, imi
agak mirip dengan idenya plato. Seperti contoh “ ide ‘kesapian’ adalah tunggal
dan tidak dapat dianalisis. Ide itu selalu hidup,tetapi tidak dapat dimengerti
melalui dirinya sendiri,namun hanya melalui dengan se ekor ‘sapi’ dan kesapian
dipahami sebagai dua entitas berbeda.
·
Individualitas
(visesa)
Katagori
ini menunjukkan ciri atau sifat yang membedakan sebuah objek dari objek
lainnya.
·
Hubungan
niscaya (samavaya)
Dimensi
objek ini menunjukkan hakekat hubungan yang mungkin kalitas-kulitasnya yang
inheren.
·
Penyangkalan,negasi,non-eksistensi
Katagori
ini menunjukkan sebuah objek yang telah terurai atau larut dalam partikel
subatomic terpisah melalui pelarutan universal dan ke dalam ketiadaan.
System
nyaya menerima empat sumber pengetahuan : persepsi,penyimpulan,analogi dan
bukti terpercaya.
Ada
juga nyaya mengajarkan ada empat cara atau alat untuk mencari atau mendapatkan
pengetahuan yang benar yakni :
1.
Sabda pramana
dapat dibedakan atas dua hal yaitu :
·
Kesaksian
yang diberikan oleh orang yang dapat dipercaya karena keluhuran dank e tinggian
budi nya yang dinyatakan dalam kata-katanya yang di sebut pula laukita.
·
Kesaksian
atau kebenaran weda,nyaya menyakini bahwa weda merupakan wahyu tuhan,maka
kesaksian kitab weda dipandang sbagai kesaksian yang sempurna serta tidak dapat
dibantah kebenarannya (weda merupakan kebenaran yang mutlak)
2.
Upamana
pramana yaitu mendapatka pengetahuan yang benar dengan objek yang dilihat
kemudian,
Cintoh : seseorang yang tidak
tahu dengan binatang singa.
Dari seorang zoolog dia
mendapatkan keterangan bahwa singa itu bentuknya menyerupai anjing namun muka
dan kepalanya kelihatan lebih garang.pada suatu ketika orang yang mendapat
keterangan tentang nama (sebutan) singa itu berjumpa dengan binatang serupa anjing
di kebun binatang,maka dia dapat membandigkan keterangan yang dia terima dengan
binatang yang dilihatnya serta dapat meyakini bahwa binatang tersebut adalah
singa.
Dengan menghubungkan sedemikian rupa akhirnya
seoarang memiliki pengetahuan yang benar tentang suatu binatang. Cara seperti
ini berlaku pula pada objek-objek yang lain.[4]
3.
Anunama
pramana yaitu cara mendapatkan pengetahuan yang benar denagn penyimpulan dari
suatu peristiwa.
Contoh :ditempat jauh dari kita dapat melihat ada
asap mengepul.maka dapat kita simpulkan bahwa sebelum asap itu tentu ada
sesuatu yang terbakar oleh api.
4.
Pratyaksa
pramana merupakan cara mendapatkan pengetahuan denagn pengamatan langsung.alat
yang dipakai untuk mengamati sesuatu dibedakan menjadi dua yaitu :
·
Pengamatan
melalui panca indera.
·
Pengamatan
yang bersifat transenden atau yang luar biasa.
Contoh:
seorang yogi dapat mengetahui sesuatu yang tidak dapat diamati oleh
indera orang biasa.ini disebabkan karna seorang yogi dapat berhadapan dengan
sasaran yang mengatasi indera manusia.kekuatan seperti itu dimiliki karna
menguasai dan menghubungkan prana pada dirinya dengan prana makrokosmos.Umpamanya
: seutas tali disangka se-ekor ular.Kesalahan bukan terletak pada objek atau
sasaran yang disajikan yaitu “seutas tali” sebab objek /atau sasaran itu
benar-benar ada.Kesalahan ada pada keterangan tambahan atau keterangan sifatnya
(disangka ular).Sekali demikian harus di ingat bahwa ular benar-benar ada,hanya
saja mungkin di tempat lain bukan waktu orang melihat seutas tali tadi. Jadi kesalahan terletak pada perbuatan member
corak/sifat kepada sesuatu yang sebenarnya tidak memiliki oleh sesuatu yang
diamati.[5]
IV. TUHAN
Karena
nyaya menyakini keberadaan weda, maka penganut nyaya (naiyayika)percaya akan
adanya tuhan dan tuhan disamakan denagn siwa.Untuk membuktikan adanya tuhan
nyaya mengemukakan dua macam pembuktian tentang tuhan yaitu
a)
Bukti
Kosmologi
Pembuktian ini menyatakan bahwa dunia ini adalah
akibat dari suatu sebab. Oleh karena itu tentu ada sebab yang pertama dan
utama.sebab itulah tuhan. Tidak ada sebab pertama kecuali tuhan karena segala
sesuatu yang diketahui oleh manusia memiliki kemampuan yang terbatas selain
tuhan.tidak ada sesuatu sebagai penciptanya sendirikecuali tuhan.
b)
Pembuktian
teologis
Pembuktian ini menyatakan bahwa di dunia ini ada
suatu tata tertib dan atura tertentu sehingga dunia ini menampakkan suatu
rencana yang berdasarkan pemikiran dan tujuan tertentu. Tentu ada yang
mengadakan rencana dan tujuan tersebut.yang mengadakan itulah tuhan.
Tuhan
disebut juga paratman karena tuhan termasuk golongan jiwa tertinggi yang
bersifat kekal abadi, berada dimana-mana. Memenuhi alam dan merupakan kesadaran
agung.
Nayan
juaga meyakini kebenaran huku karma sehingga menyatakan bahwa mahluk-mahluk di
dunia terikat akan haasil usahanya (karmanya).Setiap mahluk hidup tentu berbuat
sesuatu demi hidupnya. Dan ini akan menimbulkan suatu ikatan.Karena keterikan
itu menyebabkan jiwatnya menjadi terbelenggu oleh hasil karmanya yang akhirnya
mengakibatkan mahluk meengalami suka dan duka (derita).Jiwa mengalami kelahiran
selama jiwatnya itu terikat akan pahala karma.selain itu pula jiwatma akan
menglami kelahiran .hal itu disebabkan karena ketidak tahuan (awidya)terhadap
kebenaran sejati.
V.
KELEPASAN
Kelepasan merupakan tujuan dari
mahluk (manusia).Kelepasan akan dapat dicapai denagan melalui pengetahuan yang
benar dan sempurna. Pengetahuan itu akan didapat dari tuntunan tuhan melalui
ajarannya. Sebagai wujud dari kelepasan iyalah terbebasnya jiwatma dari
kelahiran kesenangan maupun penderitaan.
Agar
kelahiran dan penderitaan terhenti maka hendaklah aktifitas (kerja)dihentikan
sehingga terwujudlah kelepasan yaitu suatu keadaan yang tidak terikat akan
karma ataupun phala karma.Untuk menghentikan aktifitas maka orang harus
melandasi hidupnya dengan pengetahuan kebebasan sejati sehigga dengan
pengetahuan itu orang akan bebas dari ketidak tahuan yang menyebabkan orang
menjadi sadar dan bebas dari keinginan,kesalahan dan penyelewengan.Dengan
demikian jiwatma akan bebas dari kerikil derita,tercapailah kelepasan.
Daftar
pustaka
I
adiputra gede rudia. Tattwa Darsana : Yayasan Darsa Sarathi Jakarta : 1990
Ali
matius. Filsafat india sebuah pengantar hinduisme & buddhisme : sanggar luxor cet ke-1 2010
Hadi
wijono,harun.sari filsafat india. Gunung mulia.cet 3 ke-1 1979
Ali,mukti.agama-agama
di dunia.yogyakarta : IAIN sunan kalijaga press. Cet ke-1 1988
Schade,Johannes
p. Encyclopedia of word religion.New York : concord publishing.2006
Sad
Darsana
Filsafat
Nyaya tentang Tuhan dan Kelepasan
Makalah
Disusun
untuk Memenuhi Syarat pada Matakuliah Hinduisme
Oleh
:
Moh.
Sandiawan
(1111032100048)
JURUSAN
PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS
USHLUDDIN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2012
[1] Matius ali. Filsafat india (sebuah pengantar
hinduisme & buddhisme). (sanggar luxor,2010).h.31-32
[2] Matius ali. Filsafat india (sebuah pengantar
hinduisme & buddhisme). (sanggar luxor,2010).h.32-33
[3] Vatsyayana mendefinisikan ‘pranama’ sebagai
sarana atau instrument pengetahuan : uddhyotakara menyebutkan ‘penyebabnya
pengetahuan’ (upalabdhiheru).Fungsi subjek pengenal dan objek hanya terpenuhi
dengan mengaktifkan pranama : sementara pramana tidak terpenuhi fungsinya,
kecuali dengan mengaktikafkan pengenalan,jadi pramana dianggap sebagai penyebab
pengenalan yang sebenarnya.lihat Matius ali. Filsafat india (sebuah pengantar
hinduisme & buddhisme)h.34
[4] Gede rudia adiputra (tattwa darsna,yayasan
darsa sarathi)h.22
[5] Dr.Harun wijono.sari filsafat india (gunung
mulia,1979)cet 3 h.58
Tidak ada komentar:
Posting Komentar