Sejarah
agama hindu dari zaman sungai Indus
Sejarah kebudayaan India itu dimulai pada perkembangan
kebudayaan-kebudayaan yang besar di
Mesopotamia dan Mesir. Istilah Hindu ditemukan sekitar abad Ke-10 SM. Dimana pada zaman kuno penduduk India disebut dengan Jambodwipa
yang artinya benua pohon jambu atau Bharatwarsa yang artinya tanah keturunan
Bharat. Nama India dijelaskan dari nama Sungai Sindhu, yang mengairi
daerah barat India. Kalau bangsa Persia menyebut sungai itu Sungai
Hindu. Kemudian nama ini diambil oleh orang Yunani, sehingga nama itulah yang
terkenal di dunia Barat. Akhiranya nama itu di ambil alih oleh Pemerintah India
sekarang ini. Ketika agama Islam datang ke-India nama yang diberikan oleh
bangsa Persia timbul kembali dalam istilah Hindustan, sedangkan
penduduknya yang masih memeluk agama India asli disebut orang Hindu.[1]
Ternyata
Sungai Shindu sekarang ini terletak di wilayah Pakistan tepatnya di
selatan wilayah Islamabad. Sungai Sindhu ini melewati sepanjang Pakistan terus
ke wilayah Kasmir , hyderabad dan bermuara di sebelah timur wilayah Karachi
terus keluar bermuara di lautan Arabian.[1]
Dan india dipisahkan dari bagian-bagian
Asia yang lain oleh bukit-bukit yang tertinggi dan terjal, yaitu di bagian
barat oleh tanah Pegungungan Hindu Kush, di bagian utara oleh bukit-bukit
Pegunungan Himalayadan di sebelah timur oleh tanah Pegunungan yang memisahkan
India dari Birma.Pegunungan Windhya yang membujur dari barat ke timur membagi
India menjadi dua bagian, yaitu: India
Utara dan India Selatan.
India Utara memiliki
dua lembah sungai yang luas dan subur, tempat kekayaan yang melimpah-limpah dan
tempat kerajaan-kerajaan besar berkembang, yaitu Lembah Sungai Indus atau
Sindhu di sebelah baratm dan Lembah Sungai Gangga di tengah dan timur.kedua
lembah ini dipisahkan oleh Padang Pasir yhar atau Rajasthan dan Dataran Tinggi
Kuruksetra, yang pada zaman kuno merupakan medan pertempuran bangsa-bangsa yang
ingin merebut atau mempertahankan India.
India
Selatan terdiri dari tanah Pegunungan Windhya di sebelah utara dan lembah
pantau di sebelah timur, selatan dan barat, sedang tengah-tengah terdapat suatu
Dataran Tinggi Dekhan, yang sukar sekali dimasuki. Sebagian besar
Dataran Dekhan adalah kering. Di sebelah Barat maupun timur dataran ini
dibatasi oleh jajaran bukit-bukit, demikian juga di sebelah timur, sehingga
banyak sungai mengalir ke barat. Daerah panrai merupakan daerah yang luas dan
subur, dengan banyak lota dagangnya.[2]
DI antara tahun 3000 dan 2000 S.M, rupa-rupanya di Lembah Sungai Sindhu
(Indus) telah ada bangsa-bangsa yang
peradabanya menyerupai bangsa Sumeria di daerah Efrat dan Tiggris.
peradaban itu dapat di ketahui dengan adanya sisa-sisa dari berbagai penemuan
seperti cap dari dinding dan tembikar yang ada tanda-tanda tulisan dan
lukisan-lukisan binatang yang
menceritakan kepada kita adanya persesuaian dalam peradaban tersebut. Dan pada
zaman itu juga di temukan di sepanjang pantai dari laut Tengah sampai ke teluk
Benggala terdapat sejenis peradaban yang sama dan sudah meningkat perkembangan
kebudayaanya terutama di dekat kota Harappa di punjab dan di sebelah utara
Karachi, bahkan di situ ditemukan sisa-sisa sebuah kota yang bernama
Mohenjodaro, yang mana orang-orang tersebut telah mempunyai rumah-rumah yang
berdinding tebal dan sudah mengenal tetangga.[3]
Penduduk
itu terkenal dengan “Bangsa Dravida”. Yang mula-mulanya mereka tinggal tersebar
di seluruh negeri, tetapi lama-kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan
memerintah negrinya sendiri, karena mereka di sebelah utara telah hidup sebagai
orang taklukan dan dan bekerja kapada bangsa-bangsa yang merebut negeri itu.[4]
Sehingga penduduk itu di namai “Damasyu”
(artinya budak). Yang di ambil dari kasta-kasta Dasyu itulah diambilkanya nama
buat kasta Syudra. Dan peristiwa ini terjadi lebih kurang 20 abad SM.[5]
Dan
dari penggalian tanah di Mohennyo Daro dan Harappa dapat di ketahui bahwa
bangsa Dravida adalah bangsa yang sudah memiliki suatu peradaban yang tinggi.
Penggalian itu menunjukkan bahwa:
a.
Sebelum
kedatangan bangsa Arya bangsa Dravida sudah memiliki kota-kota yang besar, yang
dibangun sesuai rencana dengan jalan-jalan besar,yang membujur dari utara ke
selelatan
b.
Mereka
juga sudah bisa membuat kapal-kapal yang digunakan untuk berdagang dengan
bangsa-bangsa lain.
c.
Mereka
hidup dari pertanian dan mereka cinta damai.
d.
Masyarakat
mereka bewrsifat matriakal dan tidak mengenal kasta-kasta.[6]
Cirri-ciri
orang dravida saat itu antara lain pendek, hitam dan rambut keritting.
Di antara tahun 2000 dan 1000 S.M, masuklah bangsa
“Arya” ke India di sebelah utara, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di
Iran dan memasuki India melalui jurang-jurang di pegunungan “Hindu-Khus”.
Bangsa Arya ini tergolong bangsa Indo-German. Pada masa itu bangsa arya menetap
di Sungai Sindhu yang ketika itu masi subur, jadi ketika mereka berada di
daerah itu mereka masih menjumpai suatu peradaban tua yang di dalamnya terdapat
berbagai hal yang berbeda dengan bangsa dravida.ketika mereka lebih jauh
memasuki India sampai di tepi sungai gangga dan sampai di sebelah selatan di
situlah mereka makin campur dengan bangsa dravida dan akhirnya terwujudlah
suatu kesatuan. Berkat peleburan kebudayaan dravida yang tua itu dengan
kebudayaan arya maka terjadilah kemudian kebudayaan India.[7]
Mungkin ketika bangsa Arya memasuki kota India dengan cara yang
kurang beradab dari pada bangsa dravida yang di taklukkanya, tetapi mereka lebih
unggul di dalam ilmu peperangan dari pada bangsa dravida. Pada waktu bangsa Arya masuk ke India, mereka itu masih
merupakan setengah nomad (pengembara), yang beginya peternakan lebih besar dari
pada pertanian, sehingga bagi bangsa Arya kuda dan lembu adalah
binatang-binatang yang sangat di hargai dan di anggap suci. Di bandingkan
dengan bangsa dravida yang tinggal di kota-kota dan mengusahakan pertanian
serta menyelenggarakan perniagaan di sepanjang pantai, maka bangsa Arya itu
bolehlah dikatakan primitif. Dahulu
orang selalu berpandangan bahwa kebudayaan India itu seluruhnya dibawa oleh
bangsa Arya, tetapi setelah dilakukan
penggalian-pemggalian maka berubahlah pandangan tersebut dan semakin banyak/ diketahui bahwa
unsur-unsur di dalam kebudayaan India itu berasal dari bangsa Dravida yang
tertua. Umpamanya sebelum bangsa Arya masuk bangsa dravida sudah mempunyai
patung-patung Dewa, sedangkan bangsa Arya belum,jadi gejalah yang tipik atau
khas di dalam agama Hindu ialah pengakuan adanya dewa-dewa Induk, itupun suatu
gejalah pra-Arya. Dan gejalah-gejalah
agama Hindu itu rupanya tidak berasal dari bangsa Arya melainkan berasal dari
bangsa Dravida.[8]
Jadi
dapat dikonstatir dengan jelas, bahwa agama Hindu itu sebagai agama tumbuh dari
dua buah sumber yang berlainan, tumbuh dari perasaan dan pikiran keagamaan yang
berlainan, yang mula-mula dalam banyak hal dangat berlainan, tetapi kemudian
lebur menjadi satu[9]
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Menguak misteri Ajaran Agama-Agama Besar, PT Golden Terayon
Press,Jakarta, 1995
.Honing, A. G, Ilmu Agama,PT
BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2011
Hadiwijono,Harun, Agama Hindu dan Buddha, PT BPK Gunung Mulia,Jakarta,2010
Halim,Agus, Perbandingan Agama Pandangan Islam Mengenai Kepercayaan
Majusi, Shabiah,Yahudi, Kristen, Hindu, Budha,Sikh, CV. Dipenegoro,Bandung,
1993
[5] Agus Hakim, Perbandingan
Agama Pandangan Islam mengenai Kepercayaan Majusi, Shabiah,Yahudi, Kristen,
Hindu, Budha,Sikh, (CV. Dipenegoro,Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar