Selasa, 18 Desember 2012

VEDA PERIODIC


VEDA PERODIC
Zaman ini meliputi zaman kedatangan bangsa Arya dan penyebarannya di India. Zaman ini sebenarnya belum disebut zaman filsafat dalam artian sebenarnya. Namun dalam zaman ini sudah dimulai suatu idealisme India yang tinggi.[1]
Zaman Veda dimulai  ketika orang-orang yang berbicara bahasa Sansekerta mulai menguasai kehidupan dan pemikiran sekitar tahun 1500 SM di lembah Indus. Sejarawan biasanya berfikir bahwa orang-orang yang berbicara bahasa Sansekerta itu menyebut dirinya bangsa Arya, dan sebagai bangsa penakluk mereka memasuki lembah Indus di India barat daya sekitar 3.500 tahun lalu. Namun hasil temuan baru para ahli menentang tesis tentang bangsa Arya sebagai bangsa penakluk.[2] Kira-kira tagun 1500 SM hingga 600 SM, yairu tumbuhnya sumber-sumber keagamaan dalam bentuk kesusastraan yang diwahyukan, ialah Kitab Weda Samhita, Kitab Brahmana dan Kitab Upanishad.[3]


Ketika pada zaman ini  bangsa Arya masih berada di Punjab, yang mana masih belum banyak terdapat penyesuaian diri dengan peradaban India purba.[4]
Di katakan zaman Weda karena sumber benih pemikiran filsafat berasal dari kitab-kitab Weda (Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa Weda). Benih pemikiran filsafat tersebut dalam mantera “di atas air samudra mengapung telor dunia, kemudian pecah menjadi wismakarman sebagai anak pertama alam semesta.” Dunia tersusun menjadi tiga bagian yaitu : surga, bumi, dan langit, di mana ketiga bagian tersebut mempunyai dewa sendiri-sendiri.” Jiwa manusia tidak dapat mati”. “merekayang masuk surga adalah orang-orang yang soleh dan hidup baik.”[5]
a.       Zaman Weda Samhita
Pada zaman ini hidup manusia dikuasai oleh penyembahan kepada dewa-dewa, yang banyak sekali bilanganya. Ada dewa langit, dewa angkasa dan dewa bumi. Istilah dewa semula berarti “terang”. Kemudian istilah itu dikenalkan kepada segala sesuatu yang terang misalnya : matahari, bulan, bintang, fajar, hari, api dan sebagainya perkembangan  yang lanjut ialah bahwa kekuatan-kekuatan alam itu dipersonifikasikan, disembah sebagai dewa-dewa, sebagai ilah-ilah. [6]
Pada zaman ini kehidupan keagamaan orang Hindu didasarkan atas kitab-kitab yang disebut Weda Samhita, yang berarti pengumpulan Weda.
Kata Weda berarti pengetahuan (Wid=tahi). Menurut tradisi Hindu kitab-kitab ini adalah penciptaan Dewa Brahmana sendiri. Isinya diwahyukan oleh Dewa Brahmana kepad Rsi atau para pendeta dalam bentuk mantra-mantra, yang kemudian disusun sebagai puji-pujian oleh para Rsi tadi sebagai pernyataan rasa hati.
Sebagai wahyu yang tertinggi, maka Weda-weda itui sebut sruti, yang secara harfiah berarti apa yang didengar, yaitu di dengar dari dewa yang tertinggi. Orang Hindu yakin, bahwa Kitab-kitab Weda bukan hasil karya manusia. Weda-weda adlah kekal. Weda adalah napas Tuhan, kebenaran yang kekal, yang dinyatakan atau diwahyukan oleh Tuhan kepada para resi. Para resi tadi melihat atau mendengar kebenaran iru. Bentuk yang diwahyukan tadi adalah mantra-mantra.
Sesudah dibukukan mantra-mantra itu dibagi menjadi 4 bagian atau pengumpulan (samhita[7]), yaitu:
·         Rg-Weda, berisikan 1028 buah nyayian keagamaan (hmns) terdiri atas 10.600 bait, terpandang samhita paling tertua diantara himpunan lainnya.
·         Sama-Veda, berisikan kumpulan nada bunyi-bunyian bagi meniringi nyayian keagamaan di dalam Rig-Veda.
·         Yajur-Veda, berisikan kumpulan nyayian keagamaan beserta pengaturan upacara-upacara kebaktian.
·         Atharva-Weda, terpandang samhita paling belakangan sekali, berisikan himpunan mantra-mantra, guna-guna, nyayian-nyayian perkawinan, disertai pembahasan filosofis dan theologis.[8]

b.    Zaman Brahman
Dalam sastra Brahman disebutkan bahwa ketika bangsa Arya telah menetap di lembah Gangga, benih pemikiran filsafat berupa “korban”. Korban ini di anggap penting dalam kehidupan manusia, yang dipersembahkan kepada imim. Misalnya, korban diadakan agar matahari tetap bersinar sehingga dengan adanya korban ini kehidupan masyarakat bersifat ritualistis.[9]
Brahmana itu berisikan interprestasi (penafsiran) atas ajaran-ajaran keagamaan yang terkandung dalam himpunan nyayian Veda. Penafsiran itu bermula timbul lebih kurang pada 1.00 dan 800 tahun SM, berbentuk prosa.
Permasalan yang paling pokok di dalam Brahmana itu ialah korban-Soma (Soma sacrifice), yakni upacarakebaktian yang terpandang paling suci di antara seluruh kebaktian di dalam Veda. Soma itu sejenis cairan minuman yang memberikan sifat-sifat kedewaan bagi yang meminumnya dan memabukkan.
Brahman itu terdiri atas 13 bagian, dan bagian yang terpandang paling penting ialah Shtapata-Brahmana, berisikan petunjuk- petunjuk  tentang Purusa-medha (Pengorbanan diri) dan berbagai korban lainnya.
Sedangkan Alitareya-Brahmana berisikan petunjuk-petunjuk tentang upacara kebaktian besar, yakni Rajasuya, tentang penunjukan raja dan upacara korban beserta tatacara penunjukan ganti raja.
Ciri khusus dari Brahmana itu berisikan wewenang kependetaan (sacerdotalism) didalam setiap upacara kebaktian. Justru menempati kedudukan terpenring di dalam Agama hindu, yaitu nama pada masa belakangan terhadap Agama Brahma.[10]
Ciri-ciri zaman ini adalah:
·         Kurban mendapat tekanan yang berat
·         Para imam menjadi golonghan yang paling berkuasa
·         Perkembangan kasta dan asrama
·         Dewa-dewa berubah perangainya.
·         Timbulnya Kitab-kitab Sutra.[11]



c.       Zaman Upanisad
Pada tahun 700 benih pemikirna filsaat pembahasanya lebih mendalam lagi, bersumber pada sastra Upanisad. Keadaan yang demikian ini muncul tatkala kaum Ksatria memberontak kepada kaum Brahman. Pemberontakan ini karena ajaran Upanisad banyak yang diselewengkan. Kedalam pemikiran filsafat terbukti dari anggapan dahulu (zaman Brahman), Dewa Brahman hanya dianggap sebagai asas pertama alam semesta. Namun. Sekarang (zaman Upanisad) Dewa Brahman dianggap sebagai Dewa yang transenden dan immanen. Juga, Dewa Brahman dianggap berada dalam alam semesta dan diri manusia, yang terjelma berupa unsur api.[12]
Upanisad berisikan pembahasan- pembahasan yang bersifat mistik dan filosofis tentang Brahman, dan kejadian alam semesta, dan diri, dan jiwa, dan Atman, dan cara memulangkan Arman ke dalam Brahman.
Bagian Upanisad itu dipandang ilmu tertinggi di dalam agama Brahman karena isinya berkisar dalam masalah theologi, yang dinyatakan himpunan ilham kepada para Resi.
Arti yang dari kata Upanisad itu ialah “duduk berdekatan dengan kidmat,” dan juga punya arti “ajaran teramat rahasia.” Mungkin hal itu disebabkan bahwa bagian Upanisad itu Cuma khusus diajarkan pada masa dulu kepada orang yang seluruh jiwa dan rohaninya telah diserahkan sepenuhnya bagi menerimanya dan mengambil guna dari padanya. Tetapi sekarang ini Upanisad itu sudah dicetak dan disiarkan dan disalin orang hingga siapapun dapat mempelajarinya.[13]
  Pada zaman Veda ini para pendeta atau para penekun spiritual atau Maha Rsi atau Nabi dari bangsa Arya menerima wahyu yang kemudian hari dituliskan dalam bentuk kitab Suci Veda (Catur Veda). mendapatkan wahyu berupa bisikan-bisikan dan mulailah wahyu atau bisikan itu disebarluaskan dari mulut kemulut yang berupa ajaran cikal-bakalnya hindu lanjutan dari budaya Lembah Sungai Sindhu. Sumber keterangan mengenai orang Arya di India berasal dari kitab suci Veda yang disebut Veda Shruti. Kata Veda yang berasal dari kata “Wid” yang artinya Pengetahuan atau mengetahui.  Ajaran Veda ini diajarkan dari dulu kala dari mulut kemulut yang merupakan wahyu Tuhan dengan demikian Veda bukanlah buatan manusia melainkan wahyu Tuhan sehingga sangat disucikan oleh Umat Hindu. Maka terbentuklah Veda yang tertua dinamakan Rig veda. Sebagai cikal-bakalnya veda yang lain seperti sama veda, Yayur Veda, dan Atharwa Veda.  Seperti kita ketahui bahwa untuk Rig veda berisikan doa/mantra/nyayian ketuhanan pengunaannya dengan dibaca. pada sama veda berisikan doa/mantra/nyayian ketuhan pengunaannya dengan dinyanyikan, dan Yayur Veda sama berisikan tentang doa/mantra/nyayian dan pada umumnya tentang upakara yadnya, sedangkan Atarwa Veda berisikan mantra tentang ilmu gaib. Ajaran ini tersebar ke seluruh India Barat Iaut India termasuk wilayah Sungai Saraswati sehingga pada zaman ini dikenal dengan Zaman Veda. 
Ciri-Ciri Budaya Zaman Veda
Pada zaman veda ini kehidupan masyarakat setempat memiliki ciri-ciri kebudayaan antara lain:
  1. Percaya adanya manesfestasi Tuhan yaitu para Dewa.
  2. Percaya adanya Tuhan Yang Maha Esa.
  3. Pentingnya kedudukan upakara kurban suci
  4. Pentingnya pelaksanaan upakara kematian
  5. Percaya adanya leluhur
  6. Tidak memuja patung-patung
  7. Tegas disebutkan adanya 33 dewa.
Percaya Adanya Dewa-Dewa
            pada zaman veda ini disebutkan mereka percaya dengan dewa-dewa, mereka percaya ada dewa-dewa sebagi penolong yang amat baik sebagai berikut:  
  1. Yang terpenting adalah Dewa Indra, Dewa Indra sebagai Dewa Perang, Dewa Hujan, Dewa halilintar, Dewa penganugrah, Dewa sahabat manusia.
  2. Dewa yang terpenting kedua pada zaman Veda adalah Dewa Waruna/Baruna disebutkan sebagai Dewa Pengampun segala dosa (kita di Bali memiliki tradii melukat/mandi kelaut) , Dewa air, Pengukum yang bersalah, Dewa Alam Smesta, Dewa lautan Luas. 
  3. Juga ada beberapa dewa lainnya tapi tidak begitu diangap penting namun berperan antara lain Dewa Agni/ Dewa Brahma sebagai dewa perantara antara manusia dengan Tuhan (Guide manusia ke Tuhan) (ingat fungsi pasepan/ agni homa), sebagi Wujud dari Pendeta/dewa pelaksana upakara, Dewa yang memperbaiki kesalahan mantra, dewa Agni sebagai saksi (Di Bali kita ingat fungsi hasep/dupa), dewa yang dapat melihat segala-galanya dengan memiliki banyak muka dengan banyak mata. Sebagai Dewa penolak roh jahat (ingat di Bali kita membikin dapur di dekat pintu pekarangan).
  4. Dewa lain juga berperan di zaman veda adalah Dewa Ludra sebagai dewa tumbuhan obat-obatan, dewa pembunuh mahkluk hidup yang bersalah dan  Dewa Gunung.
  5. Dan dewa lainnya yang dipuja pada zaman ini yaitu Dewa Visnu sebagai Dewa matahari (Tri wikrama: terbit, siang dan terbenam). Dewa Maruti yang disebutkan sebagai Dewa Angin Ribut, Dewa Wayu sebagai Dewa Angin, DewaParjanya sebagai Dewa Awan,  juga disini disebutkan bahwa Dewa Aditya sebagai Dewa Matahari dipuja dengan berbagai wujud, misalnya sebagai Dewa mitra (Dewa yang bersifat dermawan), Dewa Aditya sebagai Dewa Surya (Dewa pemberi sinar), Dewa Aditya sebagai Dewa Sawitri (Dewa pemberi Gairah), Dewa Aditya sebagai Pushan (Dewa pemberi makanan) dan Dewa Aditya sebagai Dewa Sawita, Ashwin dan Usada. Dan juga Dewi Saraswati sebagai dewa Sungai dan dewa Ilmu pengetahuan pada zaman itu.
Percaya Adanya Tuhan Yang Maha Esa         
 Dan pada Rig Veda ditegaskan bahwa Tuhan itu adalah Esa yang memiliki banyak nama. Dalam kitab suci Rig Veda (Mandala X) menyatakan bahwa “yang ada berasal dari yang tidak ada” dan “ yang nyata muncul dari yang tidak nyata” yaitu kepercayaan monotheisme.  pada zaman ini tidak ada diajarkan menyembah dan membuat patung, ataupun membuat kuil-kuil tempat pemujaan mereka memuja Tuhan di tempat terbuka atau altar-altar seperti Padmasana (di Bali). Itu terjadi di zamaan Rig Veda antara tahun sekitar 1500 sebelum masehi-1000 sebelum masehi.  
Pentingnya Upacara Kurban / Yadnya
            Pada zaman Veda ini masyarakat bersifat orthodox yaitu tradisi mempersembahkan binatang sebagai kurban suci, seperti pada kitab atharwa veda disebutkan doa-doa untuk mengiringi binatang dalam upakara kurban, adanya yadnya kurban suci yang brtujuan:
       1. Mengharmoniskan keadaan alam
       2. Untuk mendapatkan kekuatan, kekuasaan dan kemenangan.
       3. Untuk memproleh kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan dan agar tanah subur.
       4. Untuk mendapatkan pengampunan dosa.
       5. Sebagai bukti bhakti untuk mencapai sorga.
            Ada juga kurban upakara khusus lainnya dilakukan pada zaman veda ini bagi praktisi/pelaksana bertujuan seperti:
  • Untuk memproleh keturunan.
  •  Untuk mendapatkan kekayaan.
  •  Untuk memenuhi keinginan personal lainnya.
Pada zaman veda ini disebutkan bahwa dengan melakukan upakara yadnya juga  dipercaya akan mendapatkan hasil sebagi berikut:
  • Untuk membantu  roh binatang itu pergi kesorga
  • Untuk membebaskan dosa dari binatang itu dan juga untuk membebaskan dosa dari yang mempersembahkannya.
  • Binatang dikorbankan maka para dewa akan memebrikan kekayaan /rejeki pada orang yang melakukan yadnya persembahan tersebut.
  • Roh binatang yang dipersembahkan itu akan terlahir menjadi kehidupan yang lebih terhormat.
            Pada zaman veda ini ada berbagai macam yadnya besar yang dilakukan diluar rumah atau ditempat umum disebutkan dalam kitab Rig veda jenis upakara kurban itu antara lain:
  •  Ashwanedha yadnya yaitu suatu persembahan binatang kuda termasuk persembahan manusia, ini sutu persembahan yang sangat utama. Dipersembahkan dengan cara disemblih atau dilepaskan, disebutkan upakara yang utama membutuhkan 609 jenis binatang baik binatang yang hidupnya di air, darat dan udara. Upakara seperti ini hanya boleh dilakukan oleh pejabat  tinggi pemerintahan, kaum bangsawan/raja yang dilakukan selama kurun waktu satu tahun. Pada pelaksanaanya binatang kuda dihias dengan berbagai pernak-pernik yang mewah dan mahal kemudian binatang kuda itu dilepas bebas selama satu tahun namun diikuti oleh Putra Mahkota dan para prajurit kerajaan yang terlatih yang bertujuan memperluas wilayah jajahannya.  Apabila kuda tersebut melewati wilayah lain tanpa mendapatkan perlawanan dari pemilik wilayah tersebut yang berarti wilayah baru yang dilaluinya menjadi miliknya. Setelah pelaksanaan upakara ini selesai maka kuda tersebut dipersembahkan dan disemblih.
  • Agni Dheya yaitu: upakara persembahan pendahuluan sebelum mempersembahkan upakara yang lainnya, dini ditafsirkan sebagai caru berupa binatang.
  • Raja Suya yadnya yaitu suatu persembahan untuk penobatan sebagai seorang raja dengan melakukan kurban binatang.
  • Waja Peya Yadnya yaitu Kurban binatang untuk acara penobatan pendeta/orang yang disucikan pada saat itu.
  • Sarwa Nedha Yadnya  yaitu persembahan berbagai jenis binatang untuk kesuburan/mendapatkan berkah.
  • Dan yadnya kurban lainnya.
            Pada zaman veda ini juga adanya upakara Agni hotra, bentuk tempat pelaksanaan Agni hotra yang berupa pasepan berbentuk binatang dan ukurannya tertentu (baca ayurveda tentang agni hotra), upakara Agni hotra ini yang digolongkan menjadi 3 macam jenis antara lain:
  • Dhaksina agni
  • Graha agni (dipakai saat upakara perkawinan)
  • Ahawaniya agni
Pentingnya Pelaksanaan Upakara Kematian
Pada zaman veda dilaksanakan upakara kematian, pada zaman veda upakara kematian berupa:
  • Dengan cara penguburan/ditanam yang dikenal dengan nama An Agni Dagdha.
  • Dengan cara dibakar/ dikremasi yang dikenal dengans ebutan Agni Dagdha.
Tidak Adanya Pemujaan Leluhur secara khusus
            Pada zaman Veda ini peracya setelah menjadi leluhur akan tinggal di tempat Indra Yama (alam para Dewa) dengan standard sama seperti para dewa. disebutkan bahwa :
  • Leluhur akan memeberikan perlindungan, kesejahteraan/rejeki, dan kesehatan
  • Leluhur tidak akan menyakiti keturunannya yang bersalah/berdosa
  • Leluhur akan memberikan keturunan serta kekayaan kepada keturunannya.
Tidak Adanya Pemujaan Patung-patung
            Tentang pemujaan dengan menggunakan patung-patung tidak disinggung pada zaman veda ini, sehingga ditafsirkan tidak menggunakan sarana berupa patung-patung seperti pada zaman  Lembah Sungai Shindu adanya archa/benda sejarah yang ditemukan bahwa menggunakan sarana Patung-patung sebagai sarana pemujaan.
            Tidak disebutkan adanya tempat persembahyangan tertutup seperti gedong (dibali) mandir (di India) namun ditafsirkan hanya berupa altar terbuka serti Palinggih Surya, padmasana (di Bali).
            Pada zaman veda ini yang terpenting adalah upakara yadnya, diyakini bahwa sorga didapat dari upakara yadnya. Pada zaman ini suatu ajaran yang optimisme, para dewa sangat baik sehingga yakin benar baik, merupakan agama kepuasan hati atau agama rasa yang disebutkan sebagai symbol rasa bhakti (Amanastuti). Benih-benih filsafat sudah disampaikan namun belum begitu berkembang karena pada zaman ini hanya ada Rig Veda.
            Lainnya setelah Zaman Rig Veda sekitar 1000 sebelum masehi – 800 sebelum masehi dapat dijumpai pada kitab suci Sama veda, Ayur Veda dan Atharwa Veda termasuk kitab kitab Vedanta. Ke empat veda tersebut diatas oleh  Bhagawan Byasa atau Krisna Dwipayana mengkondifikasikan kedalam Catur Veda.  Bhagawan Byasa juga menulis kitab-kitab Purana dan Mahabharata.  Seperti kita ketahui bahwa Kitab Suci Veda dibedakan menjadi 4 kelompok Veda, antara lain:
1. Rig Veda: Suatu veda yang memuat tentang Mantra/Doa kepada paraa dewa-Dewi yang pemakaiannya dominan dibaca.
2. Sama Veda: Suatu Veda yang berisikan tentang Mantra/Doa kepada Dewa-Dewi namun pemakaiannya dinyanyikan.
3. Yayur Veda: Suatu veda yang berisikan tentang Mantra/Doa pada Dewa-Dewi yang pada umumnya memuat tentang upacara Yadnya.
4. Atharwa Veda:  Suatu  veda yang berisikan tentang ilmu Gaib.
            Pada zaman sama Veda ini perekonomian , politik dan budaya sangat maju pesat sehingga tersebarnya agama veda makin meluas. Sehingga pada zaman ini isi veda yang berupa pujuan/doa atau mantra-mantra mulai dinyanyikan bukan sekedar dibaca saja pada acara keagamaan seperti pada zaman Rig Veda. Kemudian nyanyian pujian/doa atau mantra ini dikondifikasikan dalam kitab Sama veda.
            Selanjutnya Zaman Yayur Veda, mulai lagi dikumpulkan sloka-sloka baru, dan pada zaman ini economi sangat subur dan situasi politik membaik dan orang-orang Arya saat itu memperkuat kekuasaan dan kedudukan di masyarakat maka mulailah disusun berupa cara-cara melakukan upakara yadnya(kurban suci) dan diperkuat dengan petunjuk-petunjuknya kedalam kitab suci Veda Yayur Veda. Dan yadnya-yadnya itu dibagi-bagi menjadi beberapa klasifikasi menurut tujuannya masing-masing. Kedudukan yadnya pada saat itu sangat penting.Yadnya adalah satu-satunya jalan untuk bisa mencapai moksa. Yadnya pada saat itu sudah disesuaikan pada daerah-daerah setempat.
             Diteruskan dengan zaman Atharwa veda yang memuat  berbagai hal tentang nilai kemagisan/magic. Suatu kitab yang berisikanmantra-mantra penolak ilmu sihir/ilmu hitam, untuk melindungi orang sakit dan mantra untuk melawan penyakit itu sendiri. Dan juga di kitab Atharwa Veda ini berisikan mengenai upakara pemakaman Jenasah.
            Pada saat upakara berlangsungnya upakara yadnya ketiga kitab suci Veda (Rig Veda, Sama Veda dan Yayur Veda) harus dibawa dibaca dan atau dinyanyikan oleh para pendeta(Brahmana) dan semua upakara yadnya mengacu pada petunjuk kitab veda suci Ayur veda. Pada kitab Ayur veda (mandala X) juga disebutkan adanya upacara yang dilakukan harus memakai selempot/selendang senteng (Mekhala) yang dililitkan sekitar pinggang, dan juga memakai destar atau ketu (Ushnisha) yang dipakai di kepala.
            Pada zaman Veda ini ada berupa korban binatang dengan tujuan:
Mengharmoniskan keadaan alam (Rta), Untuk mendapatkan kekuatan, kekuasaan, kemenangan, untuk memproleh kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan, agar tanah subur, dan untuk mendapatkan pengampunan dosa dan untuk mendapatkan sorga.
            Pada zaman Veda ini (zaman agama Veda) penganutnya memuja Sinar atau Dewa dari Prakerti (Alam) yang mana sinar ini sebagai manesfestasi dari Brahma(Tuhan). Berasal dari kata Brh yang memiliki arti Tumbuh atau tercipta, dari kata Brhati yang memiliki arti penyebab sesuatu yang tumbuh atau yang tercipta. Orang-orang Arya sangat tertarik dan terpesona akan cahaya yang cemerlang keindahan dan kedahsyatan serta keagungan Prakerti yang kemudian dipuja sebagai Surya (Matahari), Indra (Halilintar)  Wahyu (Angin), Agni (api), Pratiwi (bumi) dan lain sebagainya. Menurut suku bangsa Arya saat itu dewa-dewa yang terpenting adalah Dewa Indra dan Dewa Waruna. pada zaman itu orang Arya dan orang asli lembah Sindhu dan orang Dravida menyebut agama mereka berbagai nama, antara lain Agama Waidika, Tantrika dan juga Sanatana Dharma.  Namun orang-orang Persia menyebutnya agama Hindu, karena menyebut kata Shindu dengan huruf S nya tidak bisa.  Kemudian zaman Purana disebutkan orang Arya di lembah Sungai Sindhu memebri nama agama mereka Agama Purana, mamun ada lain yang menyebut agama Veda. Pada agama Veda diajarkan secara lisan dari mulut kemulut kemudian ditulis dikit demi sedikit. Kitab Veda ini berisikan pengaturan masalah-masalah keagamaan seperti upacara-upacara keagamaan dan ritual-ritual lainnya serta Yadnya yang mana semua ini wajib dilaksanakan oleh setiap orang dari masa di dalam kandungan sampai meninggal.  Di Veda ini disebutkan konsep Catur Ashrama sebagaai sebuah kerangka hidup yang berlaku.  Serta di veda tersebut disebutkan kedudukan dan pelaksanaan Yajna, juga disebut  pengucapan dan pembacaan sloka-sloka suci veda yang menemani hidup sampai mati adalah konsep penting menurut Veda, namun di India konsep ini sudah mulai punah bahkan di Bali seperti kita lihat sendiri nyaris punah karena masyarakat lebih cendrung mencari jalan pintas agar lebih efficient karena berharganya waktu dan kesempatan untuk berkarya memenuhi kebutuhan hidup yang lebih modern sesuai tuntutan zaman yang ada. Jadi Hindu yang berkembang sekarang ini sudah perpaduan antara Suku bangsa Arya, suku bangsa Dravida yang hidup di lembah Sungai Shindu dan combinasi dari evolusinya termasuk budaya dari suku bangsa-bangsa lainnya yang contak langsung dengan perkembangan Hindu sampai saat ini.[14]
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,Asmoro, Filsafat Umum,PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010

Hadiwijono,Harun ,Agama Hindu dan Buddha, PT BPK Gunung Mulia,Jakarta,2010

Hadiwijono ,Harun, sari Filsafat India,PT BPK Gunung Mulia,Jakarta,1989

Joedoef Sou’yb, Agama-agama di dunia, PT. Al Husna Zikra, Jakarta, 1996

Kebung,Konrad, filsafat berfikir orang timur {Indonesia. Cina dan India}, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2011

Koller,John m., Filsafat asia Pengantar dan Penerjemah Donatus Sermada,PT Ledalero,Maumere-Flores, NTT,2010




[1]Konrad, Kebung, filsafat berfikir orang timur {Indonesia. Cina dan India}, (Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2011), h.83
[2] John m. Koller, Filsafat asia Pengantar dan Penerjemah Donatus Sermada,PT Ledalero,Maumere-Flores, NTT,2010) h.6-7
[3] Harun Hadiwijono, sari Filsafat India,( PT BPK Gunung Mulia,Jakarta,1989), h.13
[4] Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha,( PT BPK Gunung Mulia,Jakarta,2010), h.13
[5] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,(PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010), h.86-87
[6] ibid, h.13                                                                                                                                   
[7] Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha,( PT BPK Gunung Mulia,Jakarta,2010), h.17
[8] Joesoef sou’yb, Agama-agama Besar Di Dunia,(PT.Al husna Zikra, Jakarta, 1996), h.28                
[9] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,(PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010), h.87
[10] Joedoef Sou’yb, Agama-agama di dunia, (PT. Al Husna Zikra, Jakarta, 1996), h.29-30
[11] Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha,( PT BPK Gunung Mulia,Jakarta,2010), h.23
[12]  Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,(PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010), h.87
[13] Joedoef Sou’yb, Agama-agama di dunia, (PT. Al Husna Zikra, Jakarta, 1996), h.31

Tidak ada komentar:

Posting Komentar