VEDA PERODIC
Zaman ini meliputi zaman kedatangan bangsa Arya dan penyebarannya
di India. Zaman ini sebenarnya belum disebut zaman filsafat dalam artian
sebenarnya. Namun dalam zaman ini sudah dimulai suatu idealisme India yang
tinggi.[1]
Zaman Veda dimulai ketika
orang-orang yang berbicara bahasa Sansekerta mulai menguasai kehidupan dan
pemikiran sekitar tahun 1500 SM di lembah Indus. Sejarawan biasanya berfikir
bahwa orang-orang yang berbicara bahasa Sansekerta itu menyebut dirinya bangsa
Arya, dan sebagai bangsa penakluk mereka memasuki lembah Indus di India barat
daya sekitar 3.500 tahun lalu. Namun hasil temuan baru para ahli menentang
tesis tentang bangsa Arya sebagai bangsa penakluk.[2]
Kira-kira tagun 1500 SM hingga 600 SM, yairu tumbuhnya sumber-sumber keagamaan dalam
bentuk kesusastraan yang diwahyukan, ialah Kitab Weda Samhita, Kitab Brahmana
dan Kitab Upanishad.[3]
Ketika pada zaman ini bangsa
Arya masih berada di Punjab, yang mana masih belum banyak terdapat penyesuaian
diri dengan peradaban India purba.[4]
Di katakan zaman Weda karena sumber benih pemikiran filsafat
berasal dari kitab-kitab Weda (Rig Weda, Sama Weda, Yajur Weda, dan Atharwa
Weda). Benih pemikiran filsafat tersebut dalam mantera “di atas air samudra
mengapung telor dunia, kemudian pecah menjadi wismakarman sebagai anak pertama
alam semesta.” Dunia tersusun menjadi tiga bagian yaitu : surga, bumi, dan
langit, di mana ketiga bagian tersebut mempunyai dewa sendiri-sendiri.” Jiwa
manusia tidak dapat mati”. “merekayang masuk surga adalah orang-orang yang
soleh dan hidup baik.”[5]
a.
Zaman
Weda Samhita
Pada zaman ini hidup manusia dikuasai oleh penyembahan kepada
dewa-dewa, yang banyak sekali bilanganya. Ada dewa langit, dewa angkasa dan
dewa bumi. Istilah dewa semula berarti “terang”. Kemudian istilah itu
dikenalkan kepada segala sesuatu yang terang misalnya : matahari, bulan,
bintang, fajar, hari, api dan sebagainya perkembangan yang lanjut ialah bahwa kekuatan-kekuatan
alam itu dipersonifikasikan, disembah sebagai dewa-dewa, sebagai ilah-ilah. [6]
Pada zaman ini kehidupan keagamaan orang Hindu didasarkan atas
kitab-kitab yang disebut Weda Samhita, yang berarti pengumpulan Weda.
Kata Weda berarti pengetahuan (Wid=tahi). Menurut tradisi Hindu
kitab-kitab ini adalah penciptaan Dewa Brahmana sendiri. Isinya diwahyukan oleh
Dewa Brahmana kepad Rsi atau para pendeta dalam bentuk mantra-mantra, yang kemudian
disusun sebagai puji-pujian oleh para Rsi tadi sebagai pernyataan rasa hati.
Sebagai wahyu yang tertinggi, maka Weda-weda itui sebut sruti, yang
secara harfiah berarti apa yang didengar, yaitu di dengar dari dewa yang
tertinggi. Orang Hindu yakin, bahwa Kitab-kitab Weda bukan hasil karya manusia.
Weda-weda adlah kekal. Weda adalah napas Tuhan, kebenaran yang kekal, yang
dinyatakan atau diwahyukan oleh Tuhan kepada para resi. Para resi tadi melihat
atau mendengar kebenaran iru. Bentuk yang diwahyukan tadi adalah mantra-mantra.
Sesudah dibukukan mantra-mantra itu dibagi menjadi 4 bagian atau
pengumpulan (samhita[7]),
yaitu:
·
Rg-Weda,
berisikan 1028 buah nyayian keagamaan (hmns) terdiri atas 10.600 bait,
terpandang samhita paling tertua diantara himpunan lainnya.
·
Sama-Veda,
berisikan kumpulan nada bunyi-bunyian bagi meniringi nyayian keagamaan di dalam
Rig-Veda.
·
Yajur-Veda,
berisikan kumpulan nyayian keagamaan beserta pengaturan upacara-upacara
kebaktian.
·
Atharva-Weda,
terpandang samhita paling belakangan sekali, berisikan himpunan mantra-mantra,
guna-guna, nyayian-nyayian perkawinan, disertai pembahasan filosofis dan
theologis.[8]
b.
Zaman
Brahman
Dalam sastra Brahman disebutkan bahwa ketika bangsa Arya telah menetap
di lembah Gangga, benih pemikiran filsafat berupa “korban”. Korban ini di
anggap penting dalam kehidupan manusia, yang dipersembahkan kepada imim.
Misalnya, korban diadakan agar matahari tetap bersinar sehingga dengan adanya
korban ini kehidupan masyarakat bersifat ritualistis.[9]
Brahmana itu berisikan interprestasi (penafsiran) atas
ajaran-ajaran keagamaan yang terkandung dalam himpunan nyayian Veda. Penafsiran
itu bermula timbul lebih kurang pada 1.00 dan 800 tahun SM, berbentuk prosa.
Permasalan yang paling pokok di dalam Brahmana itu ialah korban-Soma
(Soma sacrifice), yakni upacarakebaktian yang terpandang paling suci di antara
seluruh kebaktian di dalam Veda. Soma itu sejenis cairan minuman yang
memberikan sifat-sifat kedewaan bagi yang meminumnya dan memabukkan.
Brahman itu terdiri atas 13 bagian, dan bagian yang terpandang
paling penting ialah Shtapata-Brahmana, berisikan petunjuk- petunjuk tentang Purusa-medha (Pengorbanan
diri) dan berbagai korban lainnya.
Sedangkan Alitareya-Brahmana berisikan petunjuk-petunjuk
tentang upacara kebaktian besar, yakni Rajasuya, tentang penunjukan raja
dan upacara korban beserta tatacara penunjukan ganti raja.
Ciri khusus dari Brahmana itu berisikan wewenang kependetaan
(sacerdotalism) didalam setiap upacara kebaktian. Justru menempati kedudukan
terpenring di dalam Agama hindu, yaitu nama pada masa belakangan
terhadap Agama Brahma.[10]
Ciri-ciri zaman ini adalah:
·
Kurban
mendapat tekanan yang berat
·
Para
imam menjadi golonghan yang paling berkuasa
·
Perkembangan
kasta dan asrama
·
Dewa-dewa
berubah perangainya.
·
Timbulnya
Kitab-kitab Sutra.[11]
c.
Zaman
Upanisad
Pada tahun 700 benih pemikirna filsaat pembahasanya lebih mendalam
lagi, bersumber pada sastra Upanisad. Keadaan yang demikian ini muncul tatkala
kaum Ksatria memberontak kepada kaum Brahman. Pemberontakan ini karena ajaran
Upanisad banyak yang diselewengkan. Kedalam pemikiran filsafat terbukti
dari anggapan dahulu (zaman Brahman), Dewa Brahman hanya dianggap sebagai asas
pertama alam semesta. Namun. Sekarang (zaman Upanisad) Dewa Brahman dianggap sebagai
Dewa yang transenden dan immanen. Juga, Dewa Brahman dianggap berada dalam alam
semesta dan diri manusia, yang terjelma berupa unsur api.[12]
Upanisad berisikan pembahasan- pembahasan yang bersifat mistik dan
filosofis tentang Brahman, dan kejadian alam semesta, dan diri, dan jiwa, dan
Atman, dan cara memulangkan Arman ke dalam Brahman.
Bagian Upanisad itu dipandang ilmu tertinggi di dalam agama Brahman
karena isinya berkisar dalam masalah theologi, yang dinyatakan himpunan ilham
kepada para Resi.
Arti yang dari kata Upanisad itu ialah “duduk berdekatan dengan
kidmat,” dan juga punya arti “ajaran teramat rahasia.” Mungkin hal itu
disebabkan bahwa bagian Upanisad itu Cuma khusus diajarkan pada masa dulu
kepada orang yang seluruh jiwa dan rohaninya telah diserahkan sepenuhnya bagi
menerimanya dan mengambil guna dari padanya. Tetapi sekarang ini Upanisad itu
sudah dicetak dan disiarkan dan disalin orang hingga siapapun dapat
mempelajarinya.[13]
Pada zaman Veda ini para pendeta atau para penekun spiritual
atau Maha Rsi atau Nabi dari bangsa Arya menerima wahyu yang kemudian hari
dituliskan dalam bentuk kitab Suci Veda (Catur Veda). mendapatkan wahyu berupa
bisikan-bisikan dan mulailah wahyu atau bisikan itu disebarluaskan dari mulut
kemulut yang berupa ajaran cikal-bakalnya hindu lanjutan dari budaya Lembah
Sungai Sindhu. Sumber keterangan mengenai orang Arya di India berasal dari
kitab suci Veda yang disebut Veda Shruti. Kata Veda yang berasal dari kata
“Wid” yang artinya Pengetahuan atau mengetahui. Ajaran Veda ini diajarkan
dari dulu kala dari mulut kemulut yang merupakan wahyu Tuhan dengan demikian
Veda bukanlah buatan manusia melainkan wahyu Tuhan sehingga sangat disucikan
oleh Umat Hindu. Maka terbentuklah Veda yang tertua dinamakan Rig veda.
Sebagai cikal-bakalnya veda yang lain seperti sama veda, Yayur Veda,
dan Atharwa Veda. Seperti kita ketahui bahwa untuk Rig veda
berisikan doa/mantra/nyayian ketuhanan pengunaannya dengan dibaca. pada sama
veda berisikan doa/mantra/nyayian ketuhan pengunaannya dengan dinyanyikan, dan
Yayur Veda sama berisikan tentang doa/mantra/nyayian dan pada umumnya tentang
upakara yadnya, sedangkan Atarwa Veda berisikan mantra tentang ilmu gaib.
Ajaran ini tersebar ke seluruh India Barat Iaut India termasuk wilayah Sungai
Saraswati sehingga pada zaman ini dikenal dengan Zaman Veda.
Ciri-Ciri Budaya Zaman Veda
Pada zaman veda ini
kehidupan masyarakat setempat memiliki ciri-ciri kebudayaan antara lain:
- Percaya adanya
manesfestasi Tuhan yaitu para Dewa.
- Percaya adanya Tuhan
Yang Maha Esa.
- Pentingnya
kedudukan upakara kurban suci
- Pentingnya
pelaksanaan upakara kematian
- Percaya adanya
leluhur
- Tidak memuja
patung-patung
- Tegas disebutkan
adanya 33 dewa.
Percaya Adanya Dewa-Dewa
pada zaman veda ini disebutkan mereka percaya dengan dewa-dewa, mereka percaya
ada dewa-dewa sebagi penolong yang amat baik sebagai berikut:
- Yang terpenting
adalah Dewa Indra, Dewa Indra sebagai Dewa Perang, Dewa Hujan, Dewa
halilintar, Dewa penganugrah, Dewa sahabat manusia.
- Dewa yang
terpenting kedua pada zaman Veda adalah Dewa Waruna/Baruna
disebutkan sebagai Dewa Pengampun segala dosa (kita di Bali memiliki
tradii melukat/mandi kelaut) , Dewa air, Pengukum yang bersalah, Dewa Alam
Smesta, Dewa lautan Luas.
- Juga ada beberapa
dewa lainnya tapi tidak begitu diangap penting namun berperan antara lain
Dewa Agni/ Dewa Brahma sebagai dewa perantara antara manusia dengan Tuhan
(Guide manusia ke Tuhan) (ingat fungsi pasepan/ agni homa), sebagi Wujud
dari Pendeta/dewa pelaksana upakara, Dewa yang memperbaiki kesalahan
mantra, dewa Agni sebagai saksi (Di Bali kita ingat fungsi hasep/dupa),
dewa yang dapat melihat segala-galanya dengan memiliki banyak muka dengan
banyak mata. Sebagai Dewa penolak roh jahat (ingat di Bali kita membikin dapur
di dekat pintu pekarangan).
- Dewa lain juga
berperan di zaman veda adalah Dewa Ludra sebagai dewa tumbuhan
obat-obatan, dewa pembunuh mahkluk hidup yang bersalah dan Dewa
Gunung.
- Dan dewa lainnya
yang dipuja pada zaman ini yaitu Dewa Visnu sebagai Dewa matahari (Tri
wikrama: terbit, siang dan terbenam). Dewa Maruti yang disebutkan sebagai
Dewa Angin Ribut, Dewa Wayu sebagai Dewa Angin, DewaParjanya sebagai Dewa
Awan, juga disini disebutkan bahwa Dewa Aditya sebagai Dewa Matahari
dipuja dengan berbagai wujud, misalnya sebagai Dewa mitra (Dewa yang
bersifat dermawan), Dewa Aditya sebagai Dewa Surya (Dewa pemberi sinar),
Dewa Aditya sebagai Dewa Sawitri (Dewa pemberi Gairah), Dewa Aditya
sebagai Pushan (Dewa pemberi makanan) dan Dewa Aditya sebagai Dewa Sawita,
Ashwin dan Usada. Dan juga Dewi Saraswati sebagai dewa Sungai dan dewa
Ilmu pengetahuan pada zaman itu.
Percaya Adanya Tuhan
Yang Maha Esa
Dan pada Rig Veda
ditegaskan bahwa Tuhan itu adalah Esa yang memiliki banyak nama. Dalam kitab suci
Rig Veda (Mandala X) menyatakan bahwa “yang ada berasal dari yang tidak ada”
dan “ yang nyata muncul dari yang tidak nyata” yaitu kepercayaan
monotheisme. pada zaman ini tidak ada diajarkan menyembah dan membuat
patung, ataupun membuat kuil-kuil tempat pemujaan mereka memuja Tuhan di tempat
terbuka atau altar-altar seperti Padmasana (di Bali). Itu terjadi di zamaan Rig
Veda antara tahun sekitar 1500 sebelum masehi-1000 sebelum masehi.
Pentingnya Upacara
Kurban / Yadnya
Pada zaman Veda ini masyarakat bersifat orthodox yaitu tradisi mempersembahkan
binatang sebagai kurban suci, seperti pada kitab atharwa veda disebutkan
doa-doa untuk mengiringi binatang dalam upakara kurban, adanya yadnya kurban
suci yang brtujuan:
1. Mengharmoniskan keadaan alam
2. Untuk mendapatkan kekuatan, kekuasaan dan kemenangan.
3. Untuk memproleh kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan dan agar tanah subur.
4. Untuk mendapatkan pengampunan dosa.
5. Sebagai bukti bhakti untuk mencapai sorga.
1. Mengharmoniskan keadaan alam
2. Untuk mendapatkan kekuatan, kekuasaan dan kemenangan.
3. Untuk memproleh kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan dan agar tanah subur.
4. Untuk mendapatkan pengampunan dosa.
5. Sebagai bukti bhakti untuk mencapai sorga.
Ada juga kurban upakara khusus lainnya dilakukan pada zaman veda ini bagi
praktisi/pelaksana bertujuan seperti:
- Untuk memproleh keturunan.
- Untuk mendapatkan kekayaan.
- Untuk memenuhi keinginan
personal lainnya.
Pada zaman veda ini disebutkan
bahwa dengan melakukan upakara yadnya juga dipercaya akan mendapatkan
hasil sebagi berikut:
- Untuk membantu roh binatang itu
pergi kesorga
- Untuk membebaskan dosa dari binatang
itu dan juga untuk membebaskan dosa dari yang mempersembahkannya.
- Binatang dikorbankan maka para dewa
akan memebrikan kekayaan /rejeki pada orang yang melakukan yadnya
persembahan tersebut.
- Roh binatang yang dipersembahkan itu
akan terlahir menjadi kehidupan yang lebih terhormat.
Pada zaman veda ini ada berbagai macam yadnya besar yang dilakukan diluar rumah
atau ditempat umum disebutkan dalam kitab Rig veda jenis upakara kurban itu
antara lain:
- Ashwanedha
yadnya yaitu suatu persembahan binatang kuda termasuk persembahan manusia,
ini sutu persembahan yang sangat utama. Dipersembahkan dengan cara
disemblih atau dilepaskan, disebutkan upakara yang utama membutuhkan 609
jenis binatang baik binatang yang hidupnya di air, darat dan udara.
Upakara seperti ini hanya boleh dilakukan oleh pejabat tinggi
pemerintahan, kaum bangsawan/raja yang dilakukan selama kurun waktu satu
tahun. Pada pelaksanaanya binatang kuda dihias dengan berbagai pernak-pernik
yang mewah dan mahal kemudian binatang kuda itu dilepas bebas selama satu
tahun namun diikuti oleh Putra Mahkota dan para prajurit kerajaan yang
terlatih yang bertujuan memperluas wilayah jajahannya. Apabila kuda
tersebut melewati wilayah lain tanpa mendapatkan perlawanan dari pemilik
wilayah tersebut yang berarti wilayah baru yang dilaluinya menjadi
miliknya. Setelah pelaksanaan upakara ini selesai maka kuda tersebut
dipersembahkan dan disemblih.
- Agni Dheya yaitu:
upakara persembahan pendahuluan sebelum mempersembahkan upakara yang
lainnya, dini ditafsirkan sebagai caru berupa binatang.
- Raja Suya yadnya
yaitu suatu persembahan untuk penobatan sebagai seorang raja dengan
melakukan kurban binatang.
- Waja Peya Yadnya
yaitu Kurban binatang untuk acara penobatan pendeta/orang yang disucikan
pada saat itu.
- Sarwa Nedha
Yadnya yaitu persembahan berbagai jenis binatang untuk
kesuburan/mendapatkan berkah.
- Dan yadnya kurban
lainnya.
Pada zaman veda ini juga adanya upakara Agni hotra, bentuk tempat pelaksanaan
Agni hotra yang berupa pasepan berbentuk binatang dan ukurannya tertentu (baca
ayurveda tentang agni hotra), upakara Agni hotra ini yang digolongkan menjadi 3
macam jenis antara lain:
- Dhaksina agni
- Graha agni (dipakai saat upakara
perkawinan)
- Ahawaniya agni
Pentingnya Pelaksanaan
Upakara Kematian
Pada zaman veda
dilaksanakan upakara kematian, pada zaman veda upakara kematian berupa:
- Dengan cara penguburan/ditanam yang
dikenal dengan nama An Agni Dagdha.
- Dengan cara dibakar/ dikremasi yang
dikenal dengans ebutan Agni Dagdha.
Tidak Adanya Pemujaan
Leluhur secara khusus
Pada zaman Veda ini peracya setelah menjadi leluhur akan tinggal di tempat
Indra Yama (alam para Dewa) dengan standard sama seperti para dewa. disebutkan
bahwa :
- Leluhur akan memeberikan perlindungan,
kesejahteraan/rejeki, dan kesehatan
- Leluhur tidak akan menyakiti
keturunannya yang bersalah/berdosa
- Leluhur akan memberikan keturunan
serta kekayaan kepada keturunannya.
Tidak Adanya Pemujaan
Patung-patung
Tentang pemujaan dengan menggunakan patung-patung tidak disinggung pada zaman
veda ini, sehingga ditafsirkan tidak menggunakan sarana berupa patung-patung
seperti pada zaman Lembah Sungai Shindu adanya archa/benda sejarah yang
ditemukan bahwa menggunakan sarana Patung-patung sebagai sarana pemujaan.
Tidak disebutkan adanya tempat persembahyangan tertutup seperti gedong (dibali) mandir (di India) namun ditafsirkan hanya berupa altar terbuka serti Palinggih Surya, padmasana (di Bali).
Pada zaman veda ini yang terpenting adalah upakara yadnya, diyakini bahwa sorga didapat dari upakara yadnya. Pada zaman ini suatu ajaran yang optimisme, para dewa sangat baik sehingga yakin benar baik, merupakan agama kepuasan hati atau agama rasa yang disebutkan sebagai symbol rasa bhakti (Amanastuti). Benih-benih filsafat sudah disampaikan namun belum begitu berkembang karena pada zaman ini hanya ada Rig Veda.
Lainnya setelah Zaman Rig Veda sekitar 1000 sebelum masehi – 800 sebelum masehi dapat dijumpai pada kitab suci Sama veda, Ayur Veda dan Atharwa Veda termasuk kitab kitab Vedanta. Ke empat veda tersebut diatas oleh Bhagawan Byasa atau Krisna Dwipayana mengkondifikasikan kedalam Catur Veda. Bhagawan Byasa juga menulis kitab-kitab Purana dan Mahabharata. Seperti kita ketahui bahwa Kitab Suci Veda dibedakan menjadi 4 kelompok Veda, antara lain:
1. Rig Veda: Suatu veda yang memuat tentang Mantra/Doa kepada paraa dewa-Dewi yang pemakaiannya dominan dibaca.
2. Sama Veda: Suatu Veda yang berisikan tentang Mantra/Doa kepada Dewa-Dewi namun pemakaiannya dinyanyikan.
3. Yayur Veda: Suatu veda yang berisikan tentang Mantra/Doa pada Dewa-Dewi yang pada umumnya memuat tentang upacara Yadnya.
4. Atharwa Veda: Suatu veda yang berisikan tentang ilmu Gaib.
Tidak disebutkan adanya tempat persembahyangan tertutup seperti gedong (dibali) mandir (di India) namun ditafsirkan hanya berupa altar terbuka serti Palinggih Surya, padmasana (di Bali).
Pada zaman veda ini yang terpenting adalah upakara yadnya, diyakini bahwa sorga didapat dari upakara yadnya. Pada zaman ini suatu ajaran yang optimisme, para dewa sangat baik sehingga yakin benar baik, merupakan agama kepuasan hati atau agama rasa yang disebutkan sebagai symbol rasa bhakti (Amanastuti). Benih-benih filsafat sudah disampaikan namun belum begitu berkembang karena pada zaman ini hanya ada Rig Veda.
Lainnya setelah Zaman Rig Veda sekitar 1000 sebelum masehi – 800 sebelum masehi dapat dijumpai pada kitab suci Sama veda, Ayur Veda dan Atharwa Veda termasuk kitab kitab Vedanta. Ke empat veda tersebut diatas oleh Bhagawan Byasa atau Krisna Dwipayana mengkondifikasikan kedalam Catur Veda. Bhagawan Byasa juga menulis kitab-kitab Purana dan Mahabharata. Seperti kita ketahui bahwa Kitab Suci Veda dibedakan menjadi 4 kelompok Veda, antara lain:
1. Rig Veda: Suatu veda yang memuat tentang Mantra/Doa kepada paraa dewa-Dewi yang pemakaiannya dominan dibaca.
2. Sama Veda: Suatu Veda yang berisikan tentang Mantra/Doa kepada Dewa-Dewi namun pemakaiannya dinyanyikan.
3. Yayur Veda: Suatu veda yang berisikan tentang Mantra/Doa pada Dewa-Dewi yang pada umumnya memuat tentang upacara Yadnya.
4. Atharwa Veda: Suatu veda yang berisikan tentang ilmu Gaib.
Pada zaman sama Veda ini perekonomian , politik dan budaya sangat maju pesat
sehingga tersebarnya agama veda makin meluas. Sehingga pada zaman ini isi veda
yang berupa pujuan/doa atau mantra-mantra mulai dinyanyikan bukan sekedar
dibaca saja pada acara keagamaan seperti pada zaman Rig Veda. Kemudian nyanyian
pujian/doa atau mantra ini dikondifikasikan dalam kitab Sama veda.
Selanjutnya Zaman Yayur Veda, mulai lagi dikumpulkan sloka-sloka baru, dan pada zaman ini economi sangat subur dan situasi politik membaik dan orang-orang Arya saat itu memperkuat kekuasaan dan kedudukan di masyarakat maka mulailah disusun berupa cara-cara melakukan upakara yadnya(kurban suci) dan diperkuat dengan petunjuk-petunjuknya kedalam kitab suci Veda Yayur Veda. Dan yadnya-yadnya itu dibagi-bagi menjadi beberapa klasifikasi menurut tujuannya masing-masing. Kedudukan yadnya pada saat itu sangat penting.Yadnya adalah satu-satunya jalan untuk bisa mencapai moksa. Yadnya pada saat itu sudah disesuaikan pada daerah-daerah setempat.
Diteruskan dengan zaman Atharwa veda yang memuat berbagai hal tentang nilai kemagisan/magic. Suatu kitab yang berisikanmantra-mantra penolak ilmu sihir/ilmu hitam, untuk melindungi orang sakit dan mantra untuk melawan penyakit itu sendiri. Dan juga di kitab Atharwa Veda ini berisikan mengenai upakara pemakaman Jenasah.
Selanjutnya Zaman Yayur Veda, mulai lagi dikumpulkan sloka-sloka baru, dan pada zaman ini economi sangat subur dan situasi politik membaik dan orang-orang Arya saat itu memperkuat kekuasaan dan kedudukan di masyarakat maka mulailah disusun berupa cara-cara melakukan upakara yadnya(kurban suci) dan diperkuat dengan petunjuk-petunjuknya kedalam kitab suci Veda Yayur Veda. Dan yadnya-yadnya itu dibagi-bagi menjadi beberapa klasifikasi menurut tujuannya masing-masing. Kedudukan yadnya pada saat itu sangat penting.Yadnya adalah satu-satunya jalan untuk bisa mencapai moksa. Yadnya pada saat itu sudah disesuaikan pada daerah-daerah setempat.
Diteruskan dengan zaman Atharwa veda yang memuat berbagai hal tentang nilai kemagisan/magic. Suatu kitab yang berisikanmantra-mantra penolak ilmu sihir/ilmu hitam, untuk melindungi orang sakit dan mantra untuk melawan penyakit itu sendiri. Dan juga di kitab Atharwa Veda ini berisikan mengenai upakara pemakaman Jenasah.
Pada saat upakara berlangsungnya upakara yadnya ketiga kitab suci Veda (Rig
Veda, Sama Veda dan Yayur Veda) harus dibawa dibaca dan atau dinyanyikan oleh
para pendeta(Brahmana) dan semua upakara yadnya mengacu pada petunjuk kitab
veda suci Ayur veda. Pada kitab Ayur veda (mandala X) juga disebutkan adanya
upacara yang dilakukan harus memakai selempot/selendang senteng (Mekhala) yang
dililitkan sekitar pinggang, dan juga memakai destar atau ketu (Ushnisha) yang
dipakai di kepala.
Pada zaman Veda ini ada berupa korban binatang dengan tujuan:
Mengharmoniskan keadaan alam (Rta), Untuk mendapatkan kekuatan, kekuasaan, kemenangan, untuk memproleh kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan, agar tanah subur, dan untuk mendapatkan pengampunan dosa dan untuk mendapatkan sorga.
Pada zaman Veda ini (zaman agama Veda) penganutnya memuja Sinar atau Dewa dari Prakerti (Alam) yang mana sinar ini sebagai manesfestasi dari Brahma(Tuhan). Berasal dari kata Brh yang memiliki arti Tumbuh atau tercipta, dari kata Brhati yang memiliki arti penyebab sesuatu yang tumbuh atau yang tercipta. Orang-orang Arya sangat tertarik dan terpesona akan cahaya yang cemerlang keindahan dan kedahsyatan serta keagungan Prakerti yang kemudian dipuja sebagai Surya (Matahari), Indra (Halilintar) Wahyu (Angin), Agni (api), Pratiwi (bumi) dan lain sebagainya. Menurut suku bangsa Arya saat itu dewa-dewa yang terpenting adalah Dewa Indra dan Dewa Waruna. pada zaman itu orang Arya dan orang asli lembah Sindhu dan orang Dravida menyebut agama mereka berbagai nama, antara lain Agama Waidika, Tantrika dan juga Sanatana Dharma. Namun orang-orang Persia menyebutnya agama Hindu, karena menyebut kata Shindu dengan huruf S nya tidak bisa. Kemudian zaman Purana disebutkan orang Arya di lembah Sungai Sindhu memebri nama agama mereka Agama Purana, mamun ada lain yang menyebut agama Veda. Pada agama Veda diajarkan secara lisan dari mulut kemulut kemudian ditulis dikit demi sedikit. Kitab Veda ini berisikan pengaturan masalah-masalah keagamaan seperti upacara-upacara keagamaan dan ritual-ritual lainnya serta Yadnya yang mana semua ini wajib dilaksanakan oleh setiap orang dari masa di dalam kandungan sampai meninggal. Di Veda ini disebutkan konsep Catur Ashrama sebagaai sebuah kerangka hidup yang berlaku. Serta di veda tersebut disebutkan kedudukan dan pelaksanaan Yajna, juga disebut pengucapan dan pembacaan sloka-sloka suci veda yang menemani hidup sampai mati adalah konsep penting menurut Veda, namun di India konsep ini sudah mulai punah bahkan di Bali seperti kita lihat sendiri nyaris punah karena masyarakat lebih cendrung mencari jalan pintas agar lebih efficient karena berharganya waktu dan kesempatan untuk berkarya memenuhi kebutuhan hidup yang lebih modern sesuai tuntutan zaman yang ada. Jadi Hindu yang berkembang sekarang ini sudah perpaduan antara Suku bangsa Arya, suku bangsa Dravida yang hidup di lembah Sungai Shindu dan combinasi dari evolusinya termasuk budaya dari suku bangsa-bangsa lainnya yang contak langsung dengan perkembangan Hindu sampai saat ini.[14]
Pada zaman Veda ini ada berupa korban binatang dengan tujuan:
Mengharmoniskan keadaan alam (Rta), Untuk mendapatkan kekuatan, kekuasaan, kemenangan, untuk memproleh kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan, agar tanah subur, dan untuk mendapatkan pengampunan dosa dan untuk mendapatkan sorga.
Pada zaman Veda ini (zaman agama Veda) penganutnya memuja Sinar atau Dewa dari Prakerti (Alam) yang mana sinar ini sebagai manesfestasi dari Brahma(Tuhan). Berasal dari kata Brh yang memiliki arti Tumbuh atau tercipta, dari kata Brhati yang memiliki arti penyebab sesuatu yang tumbuh atau yang tercipta. Orang-orang Arya sangat tertarik dan terpesona akan cahaya yang cemerlang keindahan dan kedahsyatan serta keagungan Prakerti yang kemudian dipuja sebagai Surya (Matahari), Indra (Halilintar) Wahyu (Angin), Agni (api), Pratiwi (bumi) dan lain sebagainya. Menurut suku bangsa Arya saat itu dewa-dewa yang terpenting adalah Dewa Indra dan Dewa Waruna. pada zaman itu orang Arya dan orang asli lembah Sindhu dan orang Dravida menyebut agama mereka berbagai nama, antara lain Agama Waidika, Tantrika dan juga Sanatana Dharma. Namun orang-orang Persia menyebutnya agama Hindu, karena menyebut kata Shindu dengan huruf S nya tidak bisa. Kemudian zaman Purana disebutkan orang Arya di lembah Sungai Sindhu memebri nama agama mereka Agama Purana, mamun ada lain yang menyebut agama Veda. Pada agama Veda diajarkan secara lisan dari mulut kemulut kemudian ditulis dikit demi sedikit. Kitab Veda ini berisikan pengaturan masalah-masalah keagamaan seperti upacara-upacara keagamaan dan ritual-ritual lainnya serta Yadnya yang mana semua ini wajib dilaksanakan oleh setiap orang dari masa di dalam kandungan sampai meninggal. Di Veda ini disebutkan konsep Catur Ashrama sebagaai sebuah kerangka hidup yang berlaku. Serta di veda tersebut disebutkan kedudukan dan pelaksanaan Yajna, juga disebut pengucapan dan pembacaan sloka-sloka suci veda yang menemani hidup sampai mati adalah konsep penting menurut Veda, namun di India konsep ini sudah mulai punah bahkan di Bali seperti kita lihat sendiri nyaris punah karena masyarakat lebih cendrung mencari jalan pintas agar lebih efficient karena berharganya waktu dan kesempatan untuk berkarya memenuhi kebutuhan hidup yang lebih modern sesuai tuntutan zaman yang ada. Jadi Hindu yang berkembang sekarang ini sudah perpaduan antara Suku bangsa Arya, suku bangsa Dravida yang hidup di lembah Sungai Shindu dan combinasi dari evolusinya termasuk budaya dari suku bangsa-bangsa lainnya yang contak langsung dengan perkembangan Hindu sampai saat ini.[14]
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi,Asmoro, Filsafat Umum,PT, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010
Hadiwijono,Harun ,Agama Hindu dan Buddha, PT
BPK Gunung Mulia,Jakarta,2010
Hadiwijono ,Harun, sari Filsafat India,PT BPK
Gunung Mulia,Jakarta,1989
Joedoef Sou’yb, Agama-agama di dunia, PT. Al
Husna Zikra, Jakarta, 1996
Kebung,Konrad, filsafat berfikir orang timur {Indonesia. Cina dan India}, Prestasi
Pustaka Publisher, Jakarta, 2011
Koller,John m., Filsafat asia Pengantar dan Penerjemah Donatus Sermada,PT
Ledalero,Maumere-Flores, NTT,2010
[1]Konrad, Kebung, filsafat berfikir orang timur
{Indonesia. Cina dan India}, (Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2011), h.83
[2] John m. Koller, Filsafat
asia Pengantar dan Penerjemah Donatus Sermada,PT Ledalero,Maumere-Flores,
NTT,2010) h.6-7
[13] Joedoef Sou’yb,
Agama-agama di dunia, (PT. Al Husna Zikra, Jakarta, 1996), h.31
Tidak ada komentar:
Posting Komentar