Zaman Modern zaman Kemerdekaan India
Pengaruh kebudayaan Barat memberikan
dampak menentukan bagi Hinduisme. Walaupun Hinduisme popular dan tradisional tetap menguasai
masyarakat umum, namun orang-orang
terpelajar sangat – sangat dipengaruhi oleh
ide-ide baru yang datang dari Barat. Rasionalisme dan
Positivisme cukup memikat pikiran orang-orang yang tidak puas dengan Hinduisme
tradisional. Berbagai gerakan reformasi
dimulai, dimana Brahmo-Samaj, Arya-Samaj,dan Ramakrisna
Mission merupakan gerakan yang
paling penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan
dengan Barat telah membuat
penganut Hinduisme lebih sadar akan keniscayaan untuk menjaga nilai-nilai
tradisional Hinduisme, walaupun mereka harus menyesuaikan diri dengan melintas modern.
Masuknya orang-orang Inggris sebagai penjajah
membuat Hinduisme memenghadapi situasi yang berbeda secara kualitatif, serta
mengurangi kekuatan Islam, namun Hinduisme harus menghadap sebuah kekuatan baru, yakni agama Kristen. Pada saat yang
sama, Hinduisme dihadapkan dengan sebuah ancaman baru, yakni: sain, sekularisme dan humanisme. Justru
melalui inisiatif orang-orang Barat, pengetahuan tentang Hinduisme ditemukan
kembali dan termasuk studi atas kitab Weda. Dampak bagi pengikut Hinduisme
tampak dari pernyataan orang seorang
tokoh nasionalis seperti Swami Vivekananda
bahwa Max Muller yang mengedit Rig-Weda dimasa modern mungkin adalah
reinkarnasi dari Sayana di masa kerajaan
Vijayanegara.
Walaupun ada sejumlah unsur yang
dipertimbangkan untuk menjelaskan kebangkitan kembali Hinduisme setelah
tahun 1800, namun dari sisi Hinduisme
sebagai system religious, orang harus mengenali peran Weda dalam proses
tersebut. Pada masa reformasi awal,
justru isu tentang Weda dan otoritas Weda muncul kembali kepermukaan. Tokoh
reformasi Hindu pertama adalah Raja Rammohun
Roy berusaha untuk membenarkan monoteisme yang berbasis Vedanta. Sekitar 1830,
dia mendirikan gerakan Brahmo Samaj
di wilayah Bengal untuk melanjutkan perjuanganya. Kemudian di akhir abad
ke-19, Swami Dayananda Saravati mendirikan gerakan Arya Samaj di Bombay, memperkuat
keabsolutanWeda yang telah dicetuskan oleh gerakan Brahma Samaj.
Menjelang akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20, perkembangan Hinduisme mengalami sebuah proses pembalikan. Pada
perkembangan sebelumnya, tradisi Hinduisme memperkeras posisinya untuk
mempertahankan otoritas Weda karena di
bawa tekanan Buddhisme, Jainisme dan Materialisme. Di masa modern,
walaupun Hinduisme sekali lagi mendapat tekanan dari sumber Kristiani yang
rasional, modernis, dan reformis,
Hinduisme tidak bereaksi dengan cara yang sama. Hinduisme sekarang meninggikan religious di atas otoritas
religious dan tidak lagi terikat pada otoritas Weda. Sri Ramakrisna kadang kala
melakukan penolakan terhadap Weda dan hanya menggunakanya sebagai simbul.
Kemudian Swani Vivekananda juga pada saat tertentu meremehkan otorita
Hindu berkata: “Jika saya mengutip sebuah teks dari Weda dan memberikan arti
yang tidak masuk akal… maka semua orang bodoh akan mengikuti saya”. Dia tidak
ragu untuk mengatakan ini dalam ceramah-ceramahnya.[1]
[1]Matius Ali, Filsafat India sebuah pengantar Hinduisme & Buddhisme,( Sanggar
Luxor, Tanggerang, 2010), h. 26-27
Tidak ada komentar:
Posting Komentar