Rabu, 19 Desember 2012

ZAMAN MODERN


Zaman Modern zaman Kemerdekaan India
Pengaruh kebudayaan Barat memberikan dampak menentukan bagi Hinduisme. Walaupun Hinduisme  popular dan tradisional tetap menguasai masyarakat umum,  namun orang-orang terpelajar sangat – sangat dipengaruhi oleh  ide-ide baru  yang  datang dari Barat. Rasionalisme dan Positivisme cukup memikat pikiran orang-orang yang tidak puas dengan Hinduisme tradisional. Berbagai gerakan reformasi  dimulai, dimana Brahmo-Samaj, Arya-Samaj,dan Ramakrisna Mission merupakan  gerakan yang paling penting. Secara umum dapat dikatakan bahwa  hubungan  dengan  Barat telah membuat penganut Hinduisme lebih sadar akan keniscayaan untuk menjaga nilai-nilai tradisional Hinduisme, walaupun mereka harus menyesuaikan diri dengan  melintas modern.
Masuknya orang-orang Inggris sebagai penjajah membuat Hinduisme memenghadapi situasi yang berbeda secara kualitatif, serta mengurangi kekuatan Islam, namun Hinduisme harus menghadap sebuah kekuatan  baru, yakni agama Kristen. Pada saat yang sama, Hinduisme dihadapkan dengan sebuah ancaman baru, yakni:  sain, sekularisme dan humanisme. Justru melalui inisiatif orang-orang Barat, pengetahuan tentang Hinduisme ditemukan kembali dan termasuk studi atas kitab Weda. Dampak bagi pengikut Hinduisme tampak dari pernyataan orang  seorang tokoh nasionalis seperti  Swami  Vivekananda  bahwa Max Muller yang mengedit Rig-Weda dimasa modern mungkin adalah reinkarnasi dari Sayana  di masa kerajaan Vijayanegara.
Walaupun ada sejumlah unsur yang dipertimbangkan untuk menjelaskan kebangkitan kembali Hinduisme setelah tahun  1800, namun dari sisi Hinduisme sebagai system religious, orang harus mengenali peran Weda dalam proses tersebut.  Pada masa reformasi awal, justru isu tentang Weda dan otoritas Weda muncul kembali kepermukaan. Tokoh reformasi  Hindu  pertama adalah  Raja Rammohun  Roy  berusaha untuk  membenarkan monoteisme  yang berbasis Vedanta. Sekitar 1830, dia mendirikan gerakan Brahmo Samaj  di wilayah Bengal untuk melanjutkan perjuanganya. Kemudian di akhir abad ke-19, Swami Dayananda Saravati mendirikan gerakan  Arya Samaj di Bombay, memperkuat keabsolutanWeda yang telah dicetuskan oleh gerakan Brahma Samaj.
Menjelang akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, perkembangan Hinduisme mengalami sebuah proses pembalikan. Pada perkembangan sebelumnya, tradisi Hinduisme memperkeras posisinya untuk mempertahankan otoritas Weda karena  di bawa tekanan  Buddhisme,  Jainisme dan Materialisme. Di masa modern, walaupun Hinduisme sekali lagi mendapat tekanan dari sumber Kristiani  yang  rasional,  modernis, dan reformis, Hinduisme tidak bereaksi dengan cara yang sama. Hinduisme sekarang  meninggikan religious di atas otoritas religious dan tidak lagi terikat pada otoritas Weda. Sri Ramakrisna kadang kala melakukan penolakan terhadap Weda dan hanya menggunakanya sebagai simbul. Kemudian Swani  Vivekananda  juga pada saat tertentu meremehkan otorita Hindu berkata: “Jika saya mengutip sebuah teks dari Weda dan memberikan arti yang tidak masuk akal… maka semua orang bodoh akan mengikuti saya”. Dia tidak ragu untuk mengatakan ini dalam ceramah-ceramahnya.[1]


[1]Matius  Ali, Filsafat India sebuah pengantar Hinduisme & Buddhisme,( Sanggar Luxor, Tanggerang, 2010),  h. 26-27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar