FILSAFAT SAMKHYA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
hinduisme.
Pembimbing. Hj. Siti Nadroh, M. Ag
Nama : Innani Musyarofah
Nim : (1111032100041)
Jurusan
Perbandingan Agama
Fakultas
Ushuluddin
Universitas Islam
Negeri (Uin) Syarif Hidayatullah
Jakarta
2012
KATA PENGANTAR
Puji
dan Syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Sad Darsana
( Filsafat Samkhya ) “, yang
mana, Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas diskusi mingguan pada mata kuliah Agama Hindu.
Dalam penyusunan makalah ini kami
berusaha memaparkan dan menjelaskan tentang pengertian Samkhya , Konsep purusa
dan prakerti, serta ajaran-ajaran samkhya. Kami menyadari, tidak ada
manusia yang sempurna, sehingga bila terdapat kesalahan, baik dalam penulisan
atau dalam pembahasan makalah ini, dimohon kritik dan sarannya. Agar dapat kami
jadikan referensi dimasa yang akan datang.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat untuk menyumbangkan Ilmu dan Pengetahuan dalam bidang
pengkajian agama Hindu.
PENDAHULUAN
Ajaran samkhya sangatlah berpengaruh
terhadap ajaran hindu di Indonesia. Ajaran samkhya merupakan ajaran yang sudah
tua usianya. Samkhya termasuk salah satu di antara sistim-sistim filsafat India
terkuna. Arti kata Samkhya ialah jumlah, hitungan, sintesa atau perpaduan.
Samkhya merupakan sistem filsafat Hindu yang paling tua. Istilah samkhya
dijumpai dalam Upanishad dan Mahabharata. Nama ini diberikan kepada sistem
filsafat ini karena filsof-filosof Samkhya secara umum mengemukakan bahwa
terjadinya alam semesta beserta perkembangan dan perubahan obyek-obyek yang ada
di dalamnya didasarkan atas kategori keberadaan.
Filsafat
Samkhya
Dalam filsafat India yang bersumber dari kitab suci Hindu — Veda, Brahmakanda
dan
Upanishad
– terdapat enam aliran utama yang menjadi cikal bakal aliran-aliran lain dalam
masa-masa berikutnya. Keenam aliran atau madzab itu ialah Nyaya, Vaishesika,
Samkhya, Yoga, Mimamsaka dan Vedanta. Aliran yang akan kita bicarakan sekarang
ialah Samkhya, lazim dipasangkan dengan aliran lain yang merupakan
penjabarannya dalam bentuk disiplin kerohanian yaitu Yoga. Ajaran samkhya dan
yoga sangatlah berpengaruh besar terhadap ajaran agama hindu di Indonesia.[1]
Arti kata Samkhya ialah jumlah, hitungan, sintesa atau perpaduan. Samkhya
merupakan sistem filsafat Hindu yang paling tua. Istilah samkhya dijumpai
dalam Upanishad dan Mahabharata. Nama ini diberikan kepada sistem filsafat ini
karena filsof-filosof Samkhya secara umum mengemukakan bahwa terjadinya alam
semesta beserta perkembangan dan perubahan obyek-obyek yang ada di dalamnya
didasarkan atas kategori keberadaan. Corak filsafatnya bersifat dualis
dan sering disebut sebagai sistem filsafat yang mengajarkan teori evolusi
(Parinama Vada).
Sebagai sistem filsafat, Samkhya Darsana memiliki banyak pendukung dan
penafsie. Di antara tokoh-tokoh yang menonjol sebagai penafsir dan perumus-perumus
baru ajaran Kapila Muni ialah Isvara Krisna (abad ke-3 M), Vacaspati Misra
(abad ke-9 M), Ganganatha Jha (abad ke-10 M), Anirudha (abad ke-15), Vijnana
Bhiksu (abad ke-16 M), Mahadeva Vedantin (abad ke-18 M) dan masih banyak lagi
yang lain.
Samkhya merupakan sistem filsafat
Hindu yang paling tua. ,menurut tradisi pendirinya ialah Rsi Kapila Muni,
hidup sekitar tahun 700-600 SM. Nama Kapila dikaitkan dengan nama kota
Kapilavastu, pusat pemerintahan Dinasti Maurya da kota tempat lahirnya
Siddharta Gautama, yang lahir sekitar satu setengah abad setelah Kapila Muni.
Pengaitan ini bukanlah tanpa alasan. Filsafat Buddha banyak mengambil dasar
dari ajaran filsafat Samkhya yang non-theistik.
Selain berkecenderungan non-theistik
dan berpandangan bahwa materi (prakrti) kekal sebagaimana ruh (purusha),
Samkhya juga memiliki ciri yang membedakannya secara menyolok dari sistem
filsafat Hindu yang lain. Yaitu penekanannya pada persoalan dualitas dan
pluralitas. Pendukung sistem ini menyangkal bahwa dunia ini dicipta dari tiada
atau ketiadaan. Penekanan pada dualitas dapat dilihat pada ajarannya yang
menyatakan bahwa awal terjadinya dunia atau alam semesta ialah purusha dan
prakrti.
A.
Purusa dan Prakerti
Pokok ajaran samkyha ialah tentang Purusa dan Prakerti.
Yaitu, azas rohani dan badani. Dari azsa inilah yang menjadikan terciptanya
alam semesta ini dengan isinya. Purusha’ ialah asas ruhani, dan ‘prakrti’ ialah
asas kebendaan atau jasmani. Keduanya tanpa awal (anadi) dan tanpa akhir
(ananta). Purusha adalah ruh yang jumlahnya banyak, sedangkan prakrti ialah
materi yang kacau balau yang tidak berbentuk, jumlahnya tidak terkira banyaknya
dan berpusing dalam kegelapan. Prakrti mendapat bentuk tertentu setelah
bercampur dengan purusha. Dalam kehidupan keduanya tidak dapat dibedakan dan
dipisahkan. Jika purusha dan prakrti terpisah maka kehidupan akan berakhir dan
kelahiran baru akan mulai.
Purusha
dan prakrti dapat diuraikan seperti berikut. Purusha itu ‘nyata’ (sat) dan
dapat dikatakan sebagai suatu kesadaran yang meresapi segala sesuatu yang
abadi, kekal, berdiri sendiri , serta tidak dapat berubah. Setiap orang merasa
bahwa ia ada dan memiliki sesuatu. Rasa yang akan dirinya ada, adalah rasa yang
alamiyah dan pengalaman yang tidak dapat diragukan lagi. Maka itu, samkhya
mengatakan bahwa roh itu adalah karena roh itulah yang menjelma dan akan tidak
adanya, tidak dapat dinyatakan dengan jalan apapun juga.[2]
Menurut
ajaran samkhya, roh itu berbeda dengan indriya, pikiran, dan akal. Ia bukan
dunia obyek. Ia adalah semangat kesadaran yang selalu menjadi objek pengetahuan
dan tidak pernah menjadi obyek pengetahuan. Ia adalah kesadaran yang langgeng
yang padanya tidak ada perubahan dan aktifitas. Ia tanpa sebab abad, abadi
menyusupi segala namun bebas dari segala ikatan dan pengaruh dunia obyek ini.
Akan
adanya purusa atau roh itu dinyatakan oleh samkhya sebagaiu berikut :
- Semua manusia berusaha mendapatkan kelepasan. Hal ini menyatakan, bahwa ada sesuatu yang dapat mencapai kelepasan itu. Yang dapat mencapai kelepasan itu ialah purusa.
- Semua obyek dunia memberikan rasa senang, susah atau netral. Rasa senang, susah hanya ada artinya bila ada yang dapat menghalanginya. Yang mengalami itulah purusa.
Prakrti
adalah pelaku kehidupan yang mengandung unsur ruhani dan benda. Arti prakrti
ialah yang mula-mula dan yang mendahului semua kejadian. Pra= sebelum; kri=
membuat sesuatu yang mirip, yaitu dengan alam maya yang digambarkan oleh
Vedanta. Prakrti disebut pradhana, pokok asal segala sesuatu. Bergerak dan
berkembangnya prakrti menjadi obyek-obyek hidup yang banyak di alam semesta,
disebabkan adanya tiga guna atau sifat (triguna) yang melekat dalam dirinya dan
ketiganya bersama-sama melakukan aktivitas tanpa henti. Tiga guna itu ialah
Sattva, Rajas dan Tamas.
Ketiga
guna itu dipandang sebagai kekuatan-kekuatan yang menyusun prakerti, akan
tetapi bukan dalam arti bahwa prakerti terbentuk dari ketiga guna itu. Namun,
keduanya saling bergantungan, dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Baik prakarti
maupun ketiga guna itu, karena memilki sifat tidak terbatas. Ketiga guna itu
ada pada manusia dengan keseimbangan yang berbeda-beda, serta menentukan watak,
perangai dan pribadi seseorang. Dengan kata lain Sattwa ialah unsur terang atau
cahaya. Rajas ialah unsur aktif dan penggerak. Tamas ialah unsur gelap dan
berat’
Sattwa
adalah hakekat segala sesuatu yang memiliki sifat-sifat terang dan
menerangi. Unsur inilah yang menimbulkan segala hal yang baik dan yang
menyenangkan.
Rajas
adalah sumber aktivitas dan perluasan dan oleh karenanya menjadi sumber
kesusahan dan penderitaan.
Tamas
adalah kekuatan yang menentang segala aktivitas, sehingga menimbulkan segala
keadaan yang apatis ( dingin ) atau yang acuh tak acuh, kemalasan dan
ketidaktahuan.
Ketiga
guna ini memiliki tabiat asasi yang berlainan, akan tetapi ketiganya memang
saling berhubungan dan bergantungan, sehingga tidak dapat dipisahkan yang satu
dari pada yang lain. Kerja sama yang erat di antara ketiganya itu digambarkan
dengan kerjasaama di antara nyala api, minyak dan sumbu pada sebuah pelita.
Semula,
ketiga guna ini berada dalam keseimbangan kekuatan. Oleh karena itu prakarti
berada dalam keadaan yang tenang, dan tidak terjadi apa-apa. Ketika
keseimbangan kekuatan-kekuatan itu terganggu , terjadilah gerak, sehingga
berkembanglah prakerti. Gangguan keseimbangan itu terjadi ketika purusa
berhubungan dengan prakerti. Sebab, dari purusa itulah dengan sendirinya
keluarlah perangsang, seperti halnya dengan besi berani ( magnit ) terhadap
besi yang ditariknya. Kerja sama antara prakerti dan purusa ini,
menimbulkan perkembangan alam semesta dengan sebab segala isinya yang keluar
dari prakerti. Akan tetapi sebaliknya, karena berhubungan ini, prakerti
mengubah bentuk purusa yang banyak itu menjadi jiwa perorangan di dalam dunia.
Perkembangan
prakerti dari yang satu menjadi yang banyak itu adalah suatu perubahan bentuk,
suatu transformasi, bukan suatu perubahan tempat. Demikian juga, perubahan itu
tidak hanya terjadi dalam satu jurusan saja, melainkan dalam banyak jurusan.
Juga disebutkan, bahwa perkembangan prakerti : berkala, artinya : ada masa
perkembangan dan ada masa perleburan. Tiap masa perkembangan ( srsti )
disusul oleh masa peleburan ( paralaya ). Pada masa peleburan itu
seluruh keanekaragaman alam semesta ini menjadi terpendam, atau ditidurkan di
dalam prakerti. Perputaran masa ini tidak ada batasnya.
B.
Triguna
Prakerti dibangun oleh triguna, yaitu : sattwa, rajas, dan tamas. Guna artinya,
unsure, atau komponen penyusunan. Triguna itu tidak dapat kita amati dengan
indria. Adanya itu disimpulkan atas obyek dunia ini yang merupakan akibat dari
padanya. Karena adanya kesamaan azas antara akibat dan sebab. Maka dapat kita
ketahui sifat-sifat guna itu dari alam yang merupakan wujud hasil dari padanya.
Semua obyek di dunia ini memilki tiga sifat yaitu sifat-sifat yang menimbulkan
rasa senang, rasa susah, dan netral. Nyanyian burung yang menyenangkan seorang
seniman, menyusahkan orang sakit, tak berpengaruh apapun untuk orang yang acuh
tak acuh. Sebab, semua sifat ini merupakan akibat suatu sebab. Maka sifat-sifat
itu haruslah terkandung dalam sattwa, rajas , dan tama situ.
Sattwa
adalah suatu prakerti yang merupakab alam kesenangan yang ringan, yang terang bercahaya.
Wujudnya berupa kesadaran sifat ringan yang menimbulkan gerak keaatas. Angina
dan air di udara dan semua bentuk kesenangan seperti kepuasan, kegirangan dan
sebagainya. Rajas adalah unsure gerak pada benda-benda ini bergerak. Ialah
menyebabkan api berkobar, angina berhembus, pikiran berkeliaran kesana kemari.
Ialah yang menggerakkan sattwa dan tamas untuk melaksanakan tugasnya. Tamas
adalah unsure yang menyebabkan sesuatu menjadi pasif dan bersifat negative. Ia
bersifat keras, menentang aktifitas menahan gerak gerak fikiran sehingga
menimbulkan kegelapan, kebodohan, sehingga mengantar orang pada kebingungan
karena menentang aktivitas menyebabkan orang menjadi malas, acuh tak acuh,
tidur.[3]
Demikianlah
sifat-sifat triguna itu, maka dalam dunia impian kita, kita saksikan selalu ada
pertentangan dan kerja sama dalam kesatuan. Ketiga guna ini selalu bersama dan
tidak pernah berpisah satu sama lainnya. Tidak dapat hanya salah satu dari
padanya membangun benda-benda dunia ini. Kerja sama ketiga guna itu laksana
minyak, sumbu dan api yang bersama-sama menyebabkan adanya nyala lampu, warna
lautan masing-masing elemen itu itu berbeda-beda yang sifatnya bertentangan.
Ada
dua bentuk perubahan triguna :
- Pada waktu pralaya masing-masing guna berubah pada dirinya sendiri.. tanpa mengganggu yang lain. Perubahan seperti ini disebtu swarupaparimana. Pada waktu demikian tak ada ciptaan. Karena tidak ada kerjasama antara guna-guna itu.
- Namun bila guna yang satu menguasai yang lain, maka terjadillah suatu penciptaan. Perubahan ini disebut wirupaparimana.
C.
Ajaran – ajaran Samkhya
Menurut
ajaran samkhya ada tiga sumber pengetahuan yang benar. Tiga sumber itu adalah :
- Pratyaksa pramana atau pengamatan langsung;
- Anumana pramana (penyimpulan);
- Apta Vakya atau penegasan yang pantas, berlandaskan apa yang diajarkan kitab Veda atau ucapan para maharesi.
Proses
pengamatan, yakni indera-indera kita menerima objek-objek di luar kita tanpa
menentukannya, dan menyampaikan pengetahuan-pengetahuan itu dengan manas.
Pokok
ajaran samkhya ialah tentang Purusa dan Prakerti, yaitu azas rohani dan badani.
Dari kedua azsa inilah terciptanya alam semesta ini dengan isinya. Teori
samkhya tentang sebab asal benda-benda ini menimbulkan ajaran prakti sebagai
sebab terakhir dari dunia ini. Semua obyek dunia ini, baik badan,
pikiran, perasaan adalah terbatas dan merupakan suatu yang tergantung pada
gantungan yang lain. Yang dihasilkan oleh beberapa elemen. Alam semesta ini
merupakan serentetan akibat dari suatu sebab. Sebab itul haruslah suatu azas yang
bukan roh. Bukan kesadaran. Sebai itu, haruslah lebih halus dari akibat dan ia
harus ingin tumbuh menjadi obyek impian. sebab terakhir itu haruslah suatu azas
yang tidak merupakan akibat dari suatu sebab lagi. Suatu sebab yang kekal abadi
yang selalu menjadi sumber dari terciptanya dunia oyek ini. Nah, sebab terakhir
inilah yang disebut prakaerti dalam ajaran samkhya. Karena, prakerti itu
sebagai sebab pertama dari semua alam semesta ini. Ia haruslah bersifat kekal .
abadi dan tidak berubah,. Sebab tidak mungkin yang tidak kekal menjadi
sebab yang pertama dari semua yang ada di alam semesta ini.
KESIMPULAN
Istilah filsafat pertama kali
dipakai oleh Phytagoras (582-496 S.M), Filsafat merupakan pencarian rasional ke
dalam sifat kebenaran datau realitas, ia memberikan pemecahan yang jelas dalam
mengemukakan permasalahan-permasalahan dalam hidup. Filsafat bermula dari
keperluan praktis umat manusia yang ingin mengetahui sisi spiritual atau aspek
transcendental tentang hakikat kehidupan; baik terkait rahasia kematian,
rahasia kekalan, sifat dari jiva (roh) dan sang pencipta alam semesta.
Dalam agama Hindu, filsafat bukan
sekadar spekulasi atau dugaan belaka, namun ia memiliki nilai yang sangat
luhur, mulia, khas, dan sistematis yang didasarkan atas pengalaman spiritual
atau Aparoksa Anubhuti serta bersumber pada ajaran Veda.
Sad Darśsana dan terutama filsafat
Samkya ialah yang merupakan sistem filsafat yang berpengaruh besar di
Indonesia. Sad Darśana adalah enam sistem filsafat Hindu, yang merupakan 6 cara
mencari kebenaran atau 6 cara pembuktian kebenaran.
DAFTAR
PUSTAKA
- Suarjaya wayan, Darma sarsthi, Jakarta, 1990.
- Hadiwijono harun, Sari filsafat India, gunung nusa, 1989.
- Suhardana, Etika dan Moralitas Hindu, Paramita, Surabaya, 2006.
- http://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar